Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 : TCB
"Untuk Alana?" tanya Karina begitu dia sudah masuk kedalam mobil. "Apa kamu berniat untuk melamarnya?"
Zergan menutup kotak kecil ditangannya dan menyimpannya kembali didalam saku jasnya. Cincin itu sudah dia siapkan sejak dua tahun lalu, namun semuanya sirna saat Karina kembali ke dalam hidupnya dengan membawa seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sekitar empat tahunan.
"Jika kamu tidak datang dengan membawa anak itu, mungkin sekarang aku dan Alana sudah menikah." ucap Zergan dingin, mengarahkan pandangannya lurus kedepan.
"Jadi kamu masih menyalahkan kehadiran kami?" Karina tersenyum kecut. "Kamu harus ingat Zergan, Kayla adalah anakmu, anak kandung kita!"
"Cukup, Karina!" bentak Zergan, rahangnya mengeras. "Jangan pernah sebut anak itu sebagai anakku! Jika kamu dulu mendengarkan saranku untuk menggugurkannya, mungkin sekarang kamu juga sudah bahagia tanpa harus terbebani dengan keberadaan anak itu!"
Karina menggeleng tak percaya, kilatan amarah jelas terlihat dikedua matanya. "Tega kamu, Zergan. Tega kamu bicara seperti itu!"
"Jangan merasa seperti korban, Karina!" suara Zergan tak kalah kerasnya. "Semua ini berawal dari kamu juga, kamu yang menjebakku lebih dulu! Kamu menghancurkan masa depanku!"
Zergan menatap tajam pada Karina, napasnya terdengar berat. "Ingat Karina, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu. Meskipun kamu memberikan tubuhmu padaku, itu tidak akan membuat hatiku goyah. Cintaku hanya untuk Alana. Untuk Alana!" tegasnya.
Suara mesin mobil menyala, Zergan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke arah hotel dengan Karina yang duduk disebelahnya. Jika bukan karena Karina mengancam akan menceritakan semua kebenarannya pada keluarganya dan juga Alana, Zergan enggan untuk mempekerjakan Karina sebagai sekretarisnya.
-
-
-
"Aku duduk ditengah ya,"
Lagi-lagi Alana hanya bisa menghela napas panjang. Setelah di restauran tadi Cindy terus mengajak Zen mengobrol, sekarang sahabatnya itu meminta duduk di tengah-tengah antara dirinya dan Zen saat mereka nonton di bioskop.
Berbeda dengan Zen dan Cindy yang nampak menikmati film dengan tenang, Alana justru sebaliknya. Dia benar-benar dibuat tidak fokus selama film berputar, beberapa kali dia menoleh ke arah Zen yang duduk di samping Cindy, namun Zen seperti tidak terganggu dengan keberadaan Cindy disana.
"Aku ke toilet dulu," Alana berdiri, meninggalkan ruangan dimana film sedang diputar.
Diam-diam Zen tersenyum, memperhatikan Alana yang pergi meninggalkan ruangan. Sebenarnya sudah sejak di restauran tadi dia memperhatikan wajah kesal Alana, tapi dia berpura-pura tidak tahu saja.
Sementara itu, Alana yang sudah selesai dengan kegiatannya di toilet segera keluar. Dia terkejut saat melihat Zen sudah berdiri menungguinya di depan toilet, pria itu tersenyum padanya.
"Mau kabur dari temanmu?" tawar Zen. "Aku lihat kamu tidak nyaman dengan keberadaan temanmu."
"Aku hanya ingin berduaan saja denganmu," ungkap Alana blak-blakan, menciptakan senyuman tipis diwajah Zen. "Tapi Cindy menggagalkan kencan kita,"
"Maaf Zen, aku terpaksa menceritakan tentang hubungan kita pada Cindy" ucap Alana penuh sesal. "Tadi mama hampir saja mengetahui kebohonganku jika sebenarnya malam itu aku tidak menginap di rumah Cindy."
"Aku tidak keberatan tentang itu," Zen mendekat, meraih tangan Alana dan menggenggamnya erat. "Filmnya masih berputar, sebaiknya kita kembali kedalam sebelum temanmu itu menyusul kita kesini."
Zen lebih dulu menyuruh Alana masuk, selang dua menit kemudian dia menyusul masuk dan kembali duduk di kursinya semula. Setelah film selesai dan mereka keluar dari gedung bioskop, Cindy mendapatkan telefon dari suaminya yang mengatakan jika hari ini suaminya akan pulang cepat karena ingin mengajaknya makan malam diluar.
"Yah, padahal masih ingin memantau kalian," helaan napas terdengar begitu Cindy menurunkan ponselnya.
"Mau kami antar pulang sekalian?" tawar Zen pada Cindy.
"Nggak usah, aku naik taksi aja. Kalau suamiku lihat kalian berduaan, nanti malah bisa bahaya." tolak Cindy, dia tidak ingin Alana berada dalam masalah jika Roy sampai tahu Alana jalan dengan Zen dan memberitahukannya pada Zergan.
"Ya Tuhan, ampunilah aku yang sudah mendukung perselingkuhan sahabat baikku sendiri." batin Cindy.
Setelah memastikan taksi yang dinaiki oleh Cindy melaju pergi, Zen membawa Alana ke mobilnya yang terparkir di basement. Sekarang baru jam lima sore, jadi Zen tidak ingin cepat-cepat mengantarkan Alana pulang dan melanjutkan kencan mereka.
"Jadi, kita mau kemana sayang?" tanya Zen saat mobilnya mulai melaju meninggalkan area parkiran.
"Kemana saja, aku hanya tidak ingin cepat-cepat pulang." jawab Alana. "Lagipula, Zergan tidak akan menghubungiku di jam segini."
Zen mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, "Ngomong-ngomong tentang pacarmu yang satu lagi itu, apa kamu tidak pernah mempermasalahkan dia pergi keluar kota sampai berhari-hari hanya dengan sekretarisnya?"
Alana menoleh cepat, "Maksud kamu?" tanyanya, merasa tidak suka dengan pertanyaan yang Zen ajukan.
"Zergan bukan laki-laki seperti itu, dia sangat mencintaiku dan tidak mungkin macam-macam dibelakangku." imbuhnya dengan begitu yakin.
Ujung bibirnya melengkung, Zen tersenyum tipis, "Bahkan laki-laki normal saja bisa melakukan hubungan badan dengan wanita yang tidak dikenal ataupun dicintainya. Kamu pasti paham maksudku, Alana."
"Aku tidak bilang dia berselingkuh, tapi tidak ada salahnya kamu coba mencari tahu alasan sebenarnya mengapa dia tak kunjung memberikan kepastian pada hubungan kalian." imbuhnya.
Alana terdiam, sepertinya apa yang dikatakan oleh Zen ada benarnya juga. Selama ini dia terlalu percaya jika Zergan tidak mungkin macam-macam dibelakangnya. Meskipun Karina sudah memiliki seorang anak, tapi Karina masih muda dan cantik. Tidak menutup kemungkinan jika Zergan memiliki kedekatan dengan Karina juga diluar hubungan antara bos dan sekretaris.
-
-
Hari sudah gelap saat Zen menghentikan mobilnya di depan lorong sempit yang mengarah ke atap gedung bertingkat. Begitu turun dari mobil, Zen langsung menggenggam tangan Alana dan membawanya melangkah melewati lantai beton menuju ke puncak gedung.
Meskipun napasnya sedikit terengah-engah, Alana tetap mengikuti langkah Zen karena dia penasaran dengan apa yang ingin ditunjukkan oleh Zen di atas sana.
Udara malam yang segar langsung menyentuh wajah mereka begitu mereka mencapai puncak gedung. Alana terkejut, mulutnya terbuka sedikit. Di depannya terbentang pemandangan malam kota yang sangat indah dan menakjubkan. Gedung-gedung pencakar langit yang disinari cahaya lampu, jalan raya yang dipenuhi dengan kendaraan, serta cahaya bulan dan bintang-bintang yang berkelap-kelip dilangit yang nampak cerah.
Zen berdiri bersandar pada tembok pengaman, menatap wajah Alana yang sedang tersenyum bahagia. "Aku menemukan tempat ini saat sedang pergi keluar dengan teman-temanku semalam. Kupikir, kamu pasti akan menyukainya kalau aku ajak kesini."
Alana mengangguk, menatap Zen sekilas lalu mengarahkan kembali tatapannnya pada pemandangan menakjubkan yang ada dihadapannya.
Zen tersenyum, menatap wajah cantik Alana tanpa berkedip. "Kalau dia tidak siap menjalin hubungan serius denganmu. Aku siap."
Alana terkejut mendengarnya, menolehkan kepalanya cepat ke arah Zen yang sedang berdiri bersandar pada tembok pembatas, "Heuh, apa?"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek