NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Sejak pengakuan Biru beberapa hari yang lalu, suasana rumah menjadi hening dan kaku. Tidak ada lagi canda tawa atau kelakuan konyol dari para penghuninya, Biru juga hanya berbicara sepatah dua patah kata. Bilal dan Ismail berusaha untuk mencairkan suasana, namun sepertinya baik Biru maupun Salma masih betah dalam kebisuannya.

"Gus," panggil Mail, pria itu menoleh kearahnya. "Anterin Abi ke kebun, hari ini panen jagung." kata Mail. Usahanya memang hanya bertani, namun hasil dari bertani itu bisa memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya.

Bahkan, Ismail berhasil membangun pondok pesantren yang lumayan besar dari hasil bertani. Ladangnya yang lebar membuat Ismail bisa menanam berbagai jenis tanaman. Seperti jagung, singkong, sayuran, bahkan beberapa ladang diantaranya dijadikan kebun karet dan sawit.

"Kamu masih marah sama Umi?" tanya Mail yang duduk disamping kemudi.

"Nggak, Biru gak marah sama Umi." jawab Biru pelan, sambil fokus mengemudi, karena jalan yang dilewati banyak berlubang.

"Terus apa namanya? Kamu sama Umi diem-dieman, udah dua hari lho." kata Mail mengingatkan putranya. Terdengar helaan napas kasar dari hidung bangir Biru.

"Kan Umi yang gak ngajak ngomong, Biru." sahutnya tak ingin disalahkan.

"Umi mu itu wanita, Gus ...,"

"Kan gak mungkin kalau Umi laki-laki." potong Biru membuat Mail terperangah.

"Itu dia, wanita itu maunya di bujuk. Walaupun dia sudah tua, tapi sifat manjanya tidak akan pernah hilang." Mail melanjutkan nasehatnya.

"Abi tahu dalam agama kita, seorang pria bisa saja menikah tanpa restu orang tua, termasuk Ibu. Disini, Abi seribu persen merestuimu, jika memang kamu mantap memilih Hagia sebagai calon istri. Abi sama sekali tidak masalah," ujar Mail. "Tapi Abi minta, kamu bujuk Umi, pastikan kamu mendapatkan restu dari Umi. Pernikahan itu ibadah yang paling panjang, kalau bisa seumur hidup, ujiannya datang dari berbagai arah, tiba-tiba, dan tidak pernah memberikan aba-aba. Mental, iman, dan cinta harus kuat, itu mengapa Abi ingin kamu mendapatkan restu dari Umi." Mail bersikap sebijak mungkin sebagai kepala keluarga, tanpa memihak siapapun.

"Semoga dengan adanya restu orang tua, pernikahan yang akan kamu jalani menjadi lebih kuat. Tapi Abi tidak bilang jika menikah dengan restu, bisa terbebas dari ujian rumah tangga. Karena setiap rumah tangga pasti di uji, agar kita tidak lupa dengan rasa syukur dan sang pemberi kenikmatan." meskipun Mail tahu jika Biru sudah pasti paham, tapi sebagai seorang ayah, Mail tetap berusaha menasehati dan mengingatkan.

.....

Sejak seminggu yang lalu, Hagia sudah mulai aktif datang ke tokonya, hingga mengurangi waktunya bersama Hasya. Karena hari ini adalah hari minggu, seperti biasa Hagia membawa Hasya jalan-jalan keliling komplek dengan mendorong sepeda kecilnya.

"Hasya, jalan-jalan ya sama Bundanya." sapa tetangga ramah.

"Iya Bu, lagi belanja?" tanya Hagia basa-basi. Hagia berhenti mendorong sepeda Hasya dan mengobrol sebentar, lalu kembali mendorong sepeda kecil itu.

Diujung sana, Salma melihat Hagia dengan tatapan sinis. Salma semakin tak suka pada Hagia, setelah Biru tidak mengajaknya bicara semala dua hari ini.

"Assalamualaikum, Umi." sapa Hagia tersenyum ramah. Namun Salma malah mendengus sebal.

"Dasar, janda gatel." gumam Salma meninggalkan Hagia begitu saja tanpa membalas salamnya.

"Umi Salma kenapa ya?" batin Hagia bingung.

Sejak dulu, Salma memang tidak begitu suka dengan Hagia. Menurutnya, Hagia itu perempuan yang egois, keras kepala, hanya karena Hagia fokusnya bekerja disaat gadis seusia Hagia sudah menikah.

Bagi Salma, wanita pekerja keras dan terlalu mandiri tidak bisa diatur dan tidak menghargai suaminya. Terbukti dengan pernikahan Hagia yang hanya bertahan lima tahun. Begitulah menurut Salma, tanpa tahu sebab asal muasalnya.

Sesampainya dirumah, Hagia segera mandi, dan memandikan Hasya. Hari ini Hagia akan melihat rumahnya dan mengambil beberapa barang yang masih tertinggal disana. Sudah lebih dari tiga bulan, Hagia tidak menyambangi rumah itu.

"Kamu mau kemana? Rapi bener," tanya Malik melihat putrinya sudah berpakaian rapih.

"Hagia mau mengambil beberapa barang dirumah lama, Pak. Sebentar aja kok, titip Hasya." ujar Hagia mencium pipi Hasya dan punggung tangan Malik.

"Assalamualaikum," ucap Hagia.

"Walaikumsalam," sahut Malik melihat Hagia sudah memasuki mobilnya.

Sebenarnya Hagia hanya ingin mengambil buku tahunan tokonya dan beberapa berkas penting lainya. Kemarin-kemarin Hagia terlalu sibuk di toko, karena selama masa Iddah, Hagia tidak pergi ke toko. Satu persatu mulai Hagia bereskan, termasuk rumah yang menjadi tempat tinggalnya dulu saat masih berumah tangga.

"Bukannya itu mobil mas Heru," gumam Hagia melihat mobil Heru terparkir manis dihalaman rumah. "Bener kok," ucap Hagia keluar dari dalam mobil.

Hagia juga melihat jika pintu rumah itu terbuka. "Apa yang mas Heru lakukan disini?" batin Hagia bertanya-tanya.

Saat langkah kaki Hagia mendekati pintu, terdengar suara gelak tawa, serta nyanyian khas anak-anak. Membuat Hagia semakin penasaran dan segera masuk dalam rumah.

"Mas Heru." ucap Hagia. Terlihat Heru sedang bermain dengan putra kecilnya sambil menonton tv.

"Hagia, kamu ngapain kesini?" tanya Heru. Hagia menautkan alisnya, bukankah seharusnya Hagia yang bertanya seperti itu.

"Seharusnya aku yang tanya, ngapain mas disini?" tanya Hagia datar.

"Ya, aku tinggal disini ...,"

"Siapa mas ...," Dewi datang dari arah dapur membawa botol susu ditangannya. "Oh, ada tamu." ucap Dewi memberikan botol susu itu pada putranya. "Hai, Mbak. Mari duduk," ucap Dewi ramah. Namun tidak dengan Hagia.

"Apa maksudnya ini, Mas?" tanya Hagia meminta penjelasan.

"Aku membawa Dewi dan anakku tinggal disini. Lagi pula, kita sudah bercerai, tidak masalah bukan kalau rumah ini aku yang tempati." kata Heru tanpa beban.

Hagia tersenyum sinis menatap mantan suami dan mantan madunya, sepertinya mereka hidup dengan bahagia setelah menghancurkan istana impiannya.

"Kamu benar, Mas. Tidak salah jika kamu tinggal disini." Hagia menganggukkan kepalanya. "Tapi ada tata caranya, rumah ini rumahku? Aku yang membeli rumah ini, dan tidak ada sedikitpun uangmu ikut andil dalam membeli rumah ini, kamu gak lupa kan?" ucap Hagia membuat Heru salah tingkah.

"Kamu boleh kok, tinggal dirumah ini, dengan siapapun itu. Tapi, kamu harus membelinya dulu dariku. Rumah ini murni rumahku, dan tidak termasuk dalam harta gono-gini! Aku sangat tidak rela jika kamu menempatinya dengan istri muda mu! Eits, istri kedua maksudku." ralat Hagia dengan nada sinis.

"Hagia, kamu kan tidak membutuhkan rumah ini ...,"

"Aku butuh! Aku berencana untuk menjualnya, jika mas mau membelinya, kita akan selesaikan semuanya di kantor notaris. Tapi jika tidak! Silahkan angkat kaki." tegas Hagia. "Kurasa aku sudah cukup baik dengan tidak menuntut harga gono-gini, dan nafkah untuk Hasya! Tapi bukan berarti kamu bisa menginjak-injak ku seperti ini!" ucap Hagia membalik tubuhnya.

"Besok jam 9 aku tunggu di kantor notaris, tapi jika kamu tidak datang, aku harap kamu tahu diri dan tinggalkan rumah ini!" pungkas Hagia.

Bagaimana bisa Heru dengan tidak tahu malunya menempati rumah yang bukan miliknya. Rumah itu, adalah rumah mantan istri, dan dengan tidak tahu dirinya Heru membawa istri barunya tinggal dirumah itu.

"Benar-benar luar biasa tidak tahu malunya kamu, Mas." gerutu Hagia mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman rumah itu, tanpa ingin tahu apa yang terjadi dalam rumah itu setelah dia pergi.

*

*

*

*

*

TBC

1
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!