Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Mencari Ketenangan
Hujan masih terus mengguyur ibukota Jakarta dan sekitarnya. Aleta mulai terlihat kedinginan. Keduanya sama-sama tidak membawa ponsel karena ditinggalkan di mobil. Beruntung lah Revan masih mengantongi dompetnya sehingga mereka bisa menumpang taksi.
"Sebaiknya kita pulang ke apartemen saja agar kamu bisa lebih tenang, sayang!" pinta Revan dan Aleta memang menginginkan hal yang sama.
Saat ini ia bahkan tidak bisa berpikir jernih. Banyak hal yang masih perlu diselidiki oleh pihak kepolisian atas kecelakaan mobil mereka. Entah itu disengaja atau memang mobil truk itu yang mengalami rem blong. Revan berbicara dengan polisi untuk memesankan mereka taksi. Namun polisi menawarkan untuk mengantarkan mereka ke alamat yang dituju.
"Maafkan aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Aku makin takut untuk meninggalkan kamu sendiri. Maaf jika kehidupanmu makin hancur karena bersama denganku," ucap Revan sambil memeluk tubuh istrinya yang sudah kedinginan.
"Tidak apa mas. Selama masih bersama denganmu aku akan melewati semuanya tanpa beban. Aku sudah dilatih oleh kehidupan yang sangat menyakitkan. Jadi tidak aneh lagi kalau didera dengan sakit yang lebih dari sebelumnya. Aku yakin ujian itu ibarat malam pekat yang akan berangsur menghilang setelah fajar tiba," ungkap Aleta.
Revan menarik nafas panjang. Ada kelegaan dihatinya menemukan wanita kuat yang selama ini ia idamkan." Aku bersyukur Allah mempertemukan kita dengan cara yang salah. Tapi aku yakin pasti ada tujuan mulia di setiap rencanaNya. Tidak tahu bakalan seperti apa hasilnya nanti," ucap Revan.
"Aku yang seharusnya lebih bersyukur karena aku berada di tangan yang tepat. Sekalipun kita kelak berpisah, tetap saja aku tidak akan menyesal menikah denganmu," ucap Aleta.
Mobil polisi tiba juga di sebuah apartemen mewah. Revan turun diikuti Aleta. Keduanya masuk ke lift khusus. Aleta tersenyum melihat bagaimana suaminya memperlakukannya seperti ratu. Aleta mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mewah itu. Revan mengajaknya masuk ke kamar mandi.
"Kita mandi bersama saja biar cepat...!" ajak Revan mengatur suhu air hangat di shower. Aleta melepaskan pakaiannya dibantu oleh sang suami. Lagi-lagi Revan tidak mampu menahan hasratnya melihat tubuh sang istri.
"Apakah kamu lelah, sayang?" tanya Revan setelah shower itu mengucurkan air hangat ke tubuh mereka. Seolah tahu keinginan suaminya, Aleta sedikitpun tidak menolak. Ia lebih dulu memagut bibir suaminya. Revan tersenyum menyambut ciuman hangat sang istri.
Permainan panas di dalam sana mulai terjadi hingga berlanjut di kasur. Revan melakukan dengan hati-hati mengingat sang istri sedang hamil besar. Jika Revan dan Aleta menikmati kebersamaan mereka yang manis namun tidak dengan Rere yang tersenyum bahagia karena mengira rifalnya sudah mati hangus terbakar di dalam mobil suaminya. Padahal berita yang disampaikan oleh media televisi belum dikonfirmasi kebenarannya.
"Rasanya aku ingin menikmati pesta kematian keduanya. Akhirnya aku memiliki semua warisan Revan dan perempuan itu mati dengan sendirinya. Salah siapa kamu bermain-main denganku," ucap Rere lalu meneguk wine yang ada ditanganinya.
Tawa itu kembali reda saat ponselnya kembali berdering. Rere menerima panggilan itu dengan cepat." Nyonya, kami hanya berhasil membunuh nona Aleta namun tidak dengan suami anda Nyonya. Kabarnya suami anda dibawa ke rumah sakit oleh polisi karena mengalami syok berat," ucap suruhan Aleta.
Awalnya Aleta ingin marah namun ia kemudian berusaha tenang." Baiklah. Tidak apa. cukup menyingkirkan perempuan itu saja setidaknya aku belum jadi janda. Katakan rumah sakit mana suamiku dirawat?" tanyakan Rere.
"Kami juga tidak tahu Nyonya," sahut suruhannya.
Rere lantas memutuskan obrolannya dengan suruhannya. Ia tidak mau tahu lagi keadaan suaminya. Ia bahkan mematikan ponselnya dan memilih untuk tidur.
...----------------...
Pagi harinya, Aleta sudah terlihat lebih segar. Revan memesan sarapan mereka melalui layanan food online. "Apakah kita akan bertahan disini, mas?" tanya Aleta.
"Yah. Tetaplah di sini sampai aku memastikan sesuatu. Aku akan membawa bundamu ke sini setelah beliau dinyatakan sehat oleh dokter," ucap Revan.
"Benarkah? aku jadi tidak sabar bertemu dengan bunda," ucap Aleta.
"Aku tidak mau kamu kesepian saat aku tinggalkan. Sekarang aku berangkat dulu. Aku sudah menghubungi asisten ku untuk mengirim kamu ponsel baru," ucap Revan.
"Terimakasih mas. Tapi mas belum sarapan," ucap Aleta.
"Nanti saja di perusahaan. Tolong jangan buka pintu untuk siapapun kecuali Reno. Kamu mengerti!"
"Ya. Pergilah. Nanti aku akan mengabari mas kalau ponselnya sudah ditanganku," Aleta mencium punggung tangan suaminya. Revan mengecup bibir Aleta dan juga perut besar Aleta.
"Jaga mamamu dengan baik selagi papa pergi..! tolong jangan nakal," Revan mengelus perutnya Aleta lalu meninggalkan wanita itu.
Tepat di saat pintu dibuka Revan sarapan mereka telah tiba. Revan memberikan kepada Aleta. Sementara itu Rere mendapatkan informasi kalau mobil Revan tidak ada jenazah di dalamnya. Rere kembali geram. Lagi-lagi ia gagal menyingkirkan Aleta.
"Jika Aleta tidak ada di mobil, lantas dia ke mana? terus kenapa Revan belum menghubungi ku? ahh sial...! pasti ponsel mereka terbakar di dalam mobil itu. Sebaiknya aku ke perusahaan. Siapa tahu wartawan sedang mencari tahu informasi tentang kecelakaan Revan.
Belum saja Rere keluar dari kamarnya, Revan tiba-tiba sudah muncul. Rere terkejut dan langsung memainkan drama.
"Revan. Syukurlah sayang kamu selamat. Semalaman aku tidak bisa tidur menunggu kabar kalian. Lantas di mana Aleta? apakah dia baik-baik saja?" Rere memeluk tubuh kekar itu.
Tubuh Rere di dorong perlahan oleh Revan. Walaupun ia belum tahu keterlibatan Rere dalam kecelakaan mobilnya namun intuisi nya berkata jika Rere terlibat kecelakaan mereka kemarin sore.
"Aku harap kamu tidak sedang bersandiwara di hadapanku, Rere. Jika pada akhirnya aku tahu kalau istriku yang cantik ini punya seribu cara untuk menyingkirkan aku dan madunya, maka aku tidak akan segan menceraikan dirimu. Paham...?!" Kecam Revan lalu membalikkan tubuhnya masuk ke ruang ganti.
Rere berusaha menghampiri Revan namun pintu itu ditutup dengan keras di depannya." Sialan...! kenapa dia bisa menuduhku seperti itu? mana mungkin dia akan mendapatkan bukti kejahatan ku?" batin Rere.
Revan keluar lagi dengan membawa koper besar. Rere begitu kaget melihat perubahan sikap suaminya. " Ada apa denganmu, Revan? kenapa kamu pulang marah-marah padaku dan menuduhku? padahal aku sangat kuatir pada kalian berdua? di mana Aleta dan mengapa kamu membawa koper?" desak Rere.
"Yah, saat ini aku belum punya bukti kejahatanmu. Tapi aku akan dapatkan segera dan akan aku lemparkan ke hadapanmu," ucap Revan lalu keluar dari kamarnya. Rere terus mengejarnya. Ia tidak mau Revan mencampakkan nya dengan perceraian karena perjanjian pra pernikahan mereka akan merugikan dirinya karena dia tidak memiliki keturunan dari Revan.
"Tolong jangan tinggalkan aku Revan..! salah ku di mana? bukankah aku sudah berbaik hati mencari wanita lain untuk mengandung anakmu. Sebelumnya kita sudah sepakat untuk menantikan kehamilan Aleta hingga dia melahirkan. Tapi ternyata kamu tidak bisa menyingkirkan dia malah jatuh hati padanya. Perempuan mana yang mau dimadu? bukankah aku menolak keras untuk kamu melakukan poligami?" teriak Rere membuat langkah Revan terhenti.
"Jika memang kamu ingin menyingkirkan Aleta tidak dengan cara biadab seperti itu Rere!" bentak Revan tidak mau kalah.
"Apakah kamu bisa membuktikan kalau aku pelakunya, hah?!" teriak Rere.
"Baiklah. Kamu mau bukti? tunggu sebentar...!" ucap Revan membuat mata Rere membulat penuh.
"Apa....?"
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina