Uncle Julian

Fabian menghela napas sejenak. Dia tau putrinya begitu keras kepal. beberapa tahun lalu, Clara bahkan sempat mengalami ganguan mental karna calon suaminya menghamili wanita lain. Setiap hari Clara selalu mencoba mengakhiri hidupnya.

Bahkan saat Franki yang tak lain adalah mantan pacarnya sudah menikah, Clara masih saja meneror Franki dan istrinya. Clara bahkan pernah nekat untuk menabrak istri Franki yang sedang mengandung. Untung saja saat itu, istri Franki bisa menghindar.

Fabian tau, bagaimana pernikahan putrinya dan Julian. Karena walaupun mereka berada di Swiss, Fabian selalu mengawasi. Yang tak Clara dan Julian sadari, Maid yang berada di Mansion Julian dan Clara di Swiss adalah mata-mata Fabian. Fabian hanya takut, Clara akan menyiksa diri dan mencelakakan Julian.

Fabian pun melangkah masuk kedalam kamar Clara. Dia duduk di sofa dan memandang tajam Clara yang sedang menunduk.

"Sekarang, Daddy minta padamu untuk melepaskan Julian. Biarkan dia bahagia dan kau juga berhak bahagia dengan pria yang mencintaimu."

Seketika Clara mendongak melihat wajah sang ayah. Clara tau, kini ayahnya tak bisa dijadikan senjata untuk menahan Julian.

Clara pun maju dan berlutut dihadapan Fabian. Dia menaruh kepalanya di paha Fabian.

"Daddy, aku sungguh mencintainya. Aku tau caraku salah. Tapi, aku benar-benar tak sanggup jika melihat Julian bersama yang lain, walau dia tak mencintaiku aku tak masalah. yang terpenting Julian menjadi miliku." Clara menangis tersedu-sedu. Ini satu-satunya cara agar daddynya tetap mau mendukungnya. "Daddy, aku pernah kehilangan Franki dan aku tak mau kehilangan lagi," ucap Clara lagi.

"Tapi, kita tak bisa membuat Julian tersiksa karna perasaanmu Clara! Dia pun memiliki hak untuk bahagia."

Mendengar ucapan Fabian yang terus membela Julian, Clara meradang. Dia bangkit dari duduknya dan kemudian dia mengamuk melempar barang-barang disekitarnya.

"Tenanglah, Clara! tenang!" teriak Fabian saat Clara mengamuk dengan membabi buta.

Saat Clara memegang pecahan guci dan akan mengarahkan pada tangannya, dengan cepat Fabian berlari kearah Clara dan menepis tangan Clara yang sedang memegan pecahan guci.

Fabian yang panik langsung memeluk Clara.

"Lepas, Daddy! biarkan aku mati saja! aku lebih baik mati dari pada aku kehilangan Julian!" teriak Clara sambil meronta-ronta dipelukan Fabian.

"Baiklah, Daddy akan turuti semua kemauan mu. Berhentilah berniat menyakiti diri mu sendiri," ucap Fabian.

Seketika Clara berhenti memberontak. Dia tersenyum samar setelah mendapat dukungan dari Fabian.

"Sekarang pergi kekamar atas dan istirahat. Biarkan maid membersihkan kamar mu. Daddy akan menelpon Julian dan berbicara kepadanya!"

Clara pun melepaskan pelukannya, dia mengangguk patuh dan meninggalkan kamar yang telah porak poranda seperti kapal pecah.

•••

"Tania, apa kau akan membuat rancangan dengan tanganmu sendiri?" tanya Diana setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka.

"Tentu, Aunty. Jika tidak sibuk, aku ingin mengundang Aunty dan ...." Tania sedikit ragu untuk menyebutkan nama Julian. Tapi, mau tak mau dia harus mengundang Julian juga. "Aku mengundang Uncle Julian dan istri Uncle untuk menghadiri fashion show Rose Fashion yang akan diadakan pekan depan. Aku akan memperkenalkan rancangan ku untuk pertama kalinya."

"Sayang sekali. Pekan depan kita harus kem ...." Perkatan Diana terputus saat Julian menginjak kakinya.

"Kami akan datang," kata Julian dengan cepat.

•••

Tania menghempaskan tubuhnya keranjang. Hari ini hari yang sungguh amat berat bagi Tania. Setelah bertemu dengan Julian dan Diana. Tania bersama Aysel langsung pergi ke kantor Rose Fashion. Tania pikir, dia hanya akan mengecek dan berkeliling prusahaannya. Namun Tania salah, Aysel langsung membingbing Tania untuk menjalankan tuganya sebagai Ceo di Rose Fashion.

"Mamih, benar-benar berhasil membuatku ingin kembali ke Indonesia!" lirih Tania. Selain lelah karna seharian berada di prusahaan. Pertemuan kembali dengan Julian pun membuat tekadnya untuk terus berada di Spanyol goyah. Tapi lagi-lagi Tania memantapkan hatinya.

•••

"Kau!" sentak Diana yang terkejut dengan cerita kaka kembarnya. Dia tak menyangka bahwa Tania dan Julian pernah berpacaran dan tak menyangka bahwa Tania adalah wanita yang dicintai Julian. Saat ini mereka sedang dalam mobil dan berencana pulang ke Mansion mereka.

"Diana, bantu aku! aku tak ingin terjebak terus menerus dengan pernikahan yang memuakan seperti ini. Aku ingin mengejar kebahagiaan ku sendiri."

Diana menggeleng, "Kau yang seharusnya mencari cara, Jul. Itu urusan pribadimu. Kenapa kau tak bicara baik-baik dengan Clara."

Julian terdiam sejenak, Seketika Julian teringat cctv di apartemen Clara dulu saat tragedi itu terjadi. Dengan cepat Julian memutar kemudi mobilnya dan menuju apartemen Clara.

Julian bersorak dalam hati saat teringat cctv yang mungkin saja akan membongkar kebohongan Clara.

Maaf ya semua, beberapa hari ini aku slow update dan up nya sedikit. Karena kan bentar lagi aku lahiran dengan proses sesar. Jadi mulai sekarang aku harus rutin cek darah dan cek kondisi tubuh apalagi lagi musim pandemi. dan aku juga lagi ngelakuin hipnoterapi agar siap dan rilex untuk menghadapi persalinan. Jadi waktu ku aga kebagi-bagi. Tapi ini hanya beberapa hari kok. kalau udh beres semua aku bisa up teratur dan panjang. Terimakasih semua.