NovelToon NovelToon
Seribu Hari Mengulang Waktu

Seribu Hari Mengulang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:973
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

"Tuan Putri, maaf.. saya hanya memberikan pesan terakhir dari Putra Mahkota untuk anda"
Pria di depan Camilla memberikan sebilah belati dengan lambang kerajaan yang ujungnya terlihat begitu tajam.
.
"Apa katanya?" Tanya Camilla yang tangannya sudah bebas dari ikatan yang beberapa hari belakangan ini telah membelenggunya.
"Putra Mahkota Arthur berpesan, 'biarkan dia memilih, meminum racun di depan banyak orang, atau meninggal sendiri di dalam sel' "
.
Camilla tertawa sedih sebelum mengambil belati itu, kemudian dia berkata, "jika ada kehidupan kedua, aku bersumpah akan membiarkan Arthur mati di tangan Annette!"
Pria di depannya bingung dengan maksud perkataan Camilla.
"Tunggu! Apa maksud anda?"
.
Camilla tidak peduli, detik itu juga dia menusuk begitu dalam pada bagian dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, pada helaan nafas terakhirnya, dia ingat bagaimana keluarga Annette berencana untuk membunuh Arthur.
"Ya.. lain kali aku akan membiarkannya.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ Bab 15

Suara kayu beradu menggema di Arena Latihan Istana. Aiden, yang dikenal tegas namun sabar, sudah berdiri di depan Camilla sambil membawa dua batang pedang kayu. Tubuhnya tegap, matanya tajam, dan gerakannya penuh disiplin.

“Yang Mulia, ini pedang kayu untuk latihan awal,” katanya, menyerahkan satu ke tangan Camilla.

Camilla menerima pedang itu dengan ragu. Beratnya tidak seberapa, tapi cara memegangnya terasa canggung. Tangannya gemetar sedikit, seakan benda sederhana itu mendadak berubah menjadi beban tak tertahankan.

Arthur mengamati dari sisi arena, menyilangkan tangan di dada. Senyum tipisnya sulit dibaca, antara bangga atau sekadar menunggu kesalahan.

Aiden melangkah ke depan, suaranya mantap. “Hal pertama yang harus Anda kuasai adalah genggaman. Jangan terlalu keras, karena itu akan membuat pergelangan kaku. Tapi jangan terlalu longgar juga, karena pedang bisa terlepas.”

Ia memperagakan cara memegang dengan benar, lalu menunggu Camilla menirukan. Camilla mencoba menyesuaikan genggaman, tapi pedang kayu itu tampak bergetar di tangannya.

Arthur menghela napas pelan. “Fokus, Camilla. Kau tidak sedang memegang pena. Pedang menuntut keyakinan, bukan keraguan.”

Camilla menggertakkan giginya. Ia benci terlihat lemah di depan Arthur. Dengan menarik napas panjang, ia menyesuaikan genggaman seperti yang diperintahkan. Perlahan, getaran itu berhenti.

“Bagus,” puji Aiden. “Sekarang, langkah dasar. Gerakkan kaki kanan ke depan, kaki kiri ke belakang, bahu tetap rileks. Pusatkan berat badan.”

Camilla mengikuti, tapi kakinya terasa kaku. Aiden mendekat, membenarkan posisinya, bahkan sempat menepuk bahunya agar lebih rileks. Meski baru dasar, Camilla merasa peluh mulai membasahi dahinya.

Aiden memberi aba-aba. “Sekarang, coba ayunkan. Dari atas ke bawah, lurus. Jangan biarkan pedangmu goyah.”

Camilla mengayun dan pedang kayu itu menghantam udara dengan bunyi whoosh. Tapi ayunannya meleset, terlalu miring, membuat tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan.

Arthur tertawa kecil. “Apa itu? Kau hampir menjatuhkan dirimu sendiri.”

Pipi Camilla memerah. “Aku baru pertama kali,” gumamnya, jelas malu.

Aiden menatap Arthur sekilas, lalu kembali fokus pada Camilla. “Tidak apa-apa, Yang Mulia. Ulangi lagi. Latihan bukan tentang kesempurnaan, melainkan ketekunan.”

Camilla mencoba lagi, dan lagi. Setiap kali ayunannya masih meleset, tapi sedikit demi sedikit, gerakannya mulai lebih stabil. Tangannya mulai terbiasa, meski lengan terasa berat.

Setelah beberapa puluh kali mengulang, nafas Camilla terengah, keringat menetes dari pelipisnya. Ia hampir ingin berhenti, tapi ketika menoleh, ia melihat Arthur masih memperhatikannya. Tatapan pria itu penuh ekspektasi.

Tidak. Aku tidak boleh berhenti. Aku tidak boleh terlihat lemah di matanya.

Camilla menggenggam pedang lebih erat, mengayun sekali lagi dengan segenap tenaga. Kali ini, suara thwack! terdengar mantap, pedang kayu menghantam papan latihan yang dipasang Aiden.

Aiden tersenyum puas. “Bagus sekali, Yang Mulia. Itu ayunan yang benar.”

Arthur mengangguk tipis. “Tidak buruk. Setidaknya kau tidak membuatku malu.”

Camilla mengangkat dagu, senyum tipis muncul di bibirnya. Walau tubuhnya terasa remuk, ada kepuasan tersendiri di hatinya. Ia berhasil membuat Arthur mengakui usahanya, walau hanya sedikit.

***

Sementara itu, di kediaman keluarga Annette, suasana berbeda sama sekali. Lilin-lilin menyala redup, dan aroma dupa memenuhi ruangan. Annette duduk di kursinya dengan elegan, sementara Risa berlutut di depannya, memberikan laporan lebih detail.

“Orang kita sudah menyusup ke area dapur istana, Lady,” kata Risa lirih. “Ia akan menunggu waktu yang tepat. Entah racun dalam makanan, atau serangan cepat ketika Lady Camilla sendirian.”

Annette meneguk anggur dari gelas kristal. Matanya berbinar penuh kepuasan. “Bagus. Aku tidak peduli bagaimana caranya, yang penting Camilla lenyap. Setelah itu, Arthur akan sadar siapa yang lebih pantas di sisinya.”

Risa ragu sejenak, lalu berkata, “Namun, Lady… Camilla tidak mudah dijatuhkan. Banyak mata yang mengawasinya, termasuk Putra Mahkota sendiri.”

Annette mendengus. “Camilla hanya di pilih karna Ibu Suri, saat dia tiada.. pasti Arthur akan memilihku”

***

Kembali ke arena, latihan Camilla mulai memasuki tahap baru. Aiden kini menambahkan gerakan serangan menyilang, menguji koordinasi tangan dan kaki.

“Bayangkan musuh di depanmu,” instruksi Aiden tegas. “Jangan hanya ayun tanpa arah. Fokuskan pandangan, dan tebas titik vital.”

Camilla mengangguk, mencoba menuruti. Setiap ayunan kayunya kini lebih bertenaga, meski sering kali mengenai udara kosong. Tapi ia tidak menyerah.

Arthur mendekat, lalu tiba-tiba mengambil pedang kayu cadangan. “Izinkan aku menguji sejauh mana kau belajar.”

Mata Camilla melebar. “Apa? Dengan Anda?”

Arthur mengangkat alis. “Kenapa? Takut?”

Camilla menegakkan tubuh, meski jelas gugup. “Tidak. Aku hanya.. belum siap.”

“Tak ada yang benar-benar siap untuk pertarungan,” jawab Arthur dingin. “Justru itulah gunanya latihan.”

Ia berdiri di hadapan Camilla, memegang pedang kayu dengan posisi santai, tapi aura tegas terpancar darinya. “Seranglah aku, Camilla.”

Camilla menggenggam pedangnya erat. Ini gila. Bagaimana aku bisa melawan Arthur, seorang pendekar terlatih? Tapi tatapan Arthur penuh tantangan. Ia tahu, mundur bukan pilihan.

Dengan teriakan kecil, Camilla maju dan mengayun pedang ke arah bahu Arthur. Dalam sekejap, Arthur menangkis dengan mudah, suara kayu beradu keras menggema. Tubuh Camilla terdorong ke belakang.

Arthur menatapnya datar. “Lemah. Serang lagi.”

Camilla menggertakkan giginya, lalu menyerang lagi, kali ini lebih cepat. Tapi sekali lagi, Arthur menangkis dengan mudah.

Setiap kali ia menyerang, Arthur selalu berhasil menahan, bahkan kadang memukul balik dengan ringan hingga Camilla hampir jatuh. Rasa frustrasi merayap dalam dirinya.

Namun, ia tidak berhenti. Nafasnya terengah, tangan gemetar, tapi ia terus menyerang. Hingga akhirnya salah satu ayunannya hampir mengenai sisi tubuh Arthur, meski berhasil ditepis detik terakhir.

Arthur terdiam sejenak, lalu senyum tipis muncul di wajahnya. “Lumayan."

Camilla terkejut, lalu merasa dadanya hangat. Untuk pertama kali, ia merasa dirinya bukan hanya Putri Mahkota yang harus dilindungi, tapi seseorang yang bisa berjuang.

***

Risa berdiri di ambang pintu, menunduk dalam-dalam, lalu melangkah masuk setelah Annette mengangguk. Ia membawa selembar perkamen kecil, dilipat rapat, lalu menyodorkannya dengan sikap hati-hati.

“Apa ini?” tanya Annette sambil meraihnya.

“Daftar peralihan penjaga dapur istana minggu ini, Lady,” jawab Risa pelan. “Dengan jadwal ini, kita bisa tahu kapan jalur rahasia itu tidak dijaga ketat. Pelayan yang saya pilih akan masuk bersama rombongan pemasok bahan makanan.”

Annette membuka lipatan perkamen itu. Matanya bergerak cepat membaca tulisan sederhana tapi jelas: nama-nama penjaga, waktu pergantian, serta tanda kecil pada jam-jam rawan. Sebuah kesempatan emas terbentang di hadapannya.

Senyum licik merekah di bibirnya. “Kau benar-benar bisa diandalkan, Risa.”

Dayang itu berlutut rendah. “Saya hanya melakukan apa yang terbaik bagi Lady.”

“Camilla.. semua orang mengagumimu. Tapi aku yang lebih pantas berada di sisinya. Aku yang lebih pantas menjadi permaisuri masa depan.”

Risa mengangkat kepalanya, menatap tuannya dengan cermat. “Dan itulah yang akan terjadi, Lady. Selama kau percaya pada rencana ini.”

Annette menurunkan pandangan ke perkamen di tangannya, lalu menggenggamnya erat. “Kalau begitu, kita akan maju. Tak ada jalan kembali.”

Malam tiba. Istana sepi, hanya suara obor yang berderak dan langkah para penjaga yang berpatroli. Di sebuah ruangan tersembunyi dekat dapur, seorang pria muda berpakaian lusuh duduk menunggu. Wajahnya pucat, penuh bekas luka lama, tapi matanya menyala dengan tekad.

Risa melangkah masuk, menyodorkan sebuah kantong berisi koin. “Ini upahmu. Lakukan sesuai yang sudah kita rencanakan.”

Pria itu menerima kantong itu, lalu menyimpannya ke balik jubah. “Aku tahu jalannya. Aku pernah bekerja di sini. Tidak akan ada yang mencurigai seorang pelayan dapur yang sibuk mengangkat karung gandum.”

“Bagus,” sahut Risa. “Sasarannya adalah Lady Camilla. Tidak perlu cepat. Racun dalam makanannya cukup membuatnya sakit parah, bahkan bisa mati perlahan. Tak akan ada yang mengira ini perbuatan kita.”

Pria itu mengangguk. “Aku mengerti.”

Risa menatapnya lama, memastikan kesungguhannya. Lalu ia berbisik, “Ingat, setelah ini kau akan pergi jauh. Lady Annette akan memastikan semuanya.”

Pria itu tersenyum samar. “Untuk emas sebanyak ini, aku rela hilang dari muka bumi.”

***

Pagi berikutnya, istana kembali ramai. Pelayan-pelayan dapur berlarian membawa keranjang buah segar, karung gandum, dan kendi berisi anggur. Suara panci beradu, kayu bakar berderak, dan aroma daging panggang memenuhi udara.

Di antara kerumunan itu, seorang pria berwajah pucat dengan pakaian lusuh menyusup masuk. Ia membawa karung kecil di bahunya, wajahnya tidak terlalu mencolok di tengah hiruk pikuk. Tak ada yang mengenali, meski sebenarnya ia bukan pelayan baru.

Pria itu adalah orang yang dipilih Risa. Namanya Garrick, mantan pekerja dapur istana yang pernah dipecat karena mencuri roti untuk keluarganya yang kelaparan. Kini ia kembali, bukan untuk mencuri, melainkan membawa misi yang jauh lebih berbahaya.

Tangannya meraba kantong kecil di dalam jubahnya mengambil kantong berisi bubuk halus berwarna pucat. Racun yang, menurut Risa, akan bekerja lambat tapi mematikan.

Hanya perlu beberapa butir yang dicampur ke makanan Camilla, dan sisanya akan berjalan alami seperti sakit demam, tubuh melemah, dan akhirnya mati dalam hitungan minggu.

Garrick menelan ludah. Hanya itu tugasku. Lalu aku pergi, dan hidupku berubah selamanya.

Ia menyelinap lebih dalam ke dapur, memilih waktu ketika para juru masak sibuk menyiapkan hidangan untuk makan siang Putra Mahkota dan Putri Mahkota. Semua tampak sibuk, tak ada yang memperhatikan dirinya.

Perlahan, ia membuka kantong kecil itu. Bubuk racun tampak berkilau samar di bawah cahaya obor. Ia menggerakkan tangannya, bersiap menaburkannya ke dalam periuk sup hangat yang akan dibawa ke meja bangsawan.

Namun,

“Siapa kau?” suara tajam terdengar.

Garrick tersentak. Seorang juru masak tua menatapnya curiga, matanya menyipit. “Aku tak mengenali wajahmu. Kau dari kelompok mana?”

Garrick hampir panik. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia buru-buru menunduk, menyembunyikan wajahnya. “Saya.. saya hanya pelayan pengantar bahan dari luar kota, Tuan. Baru saja dipekerjakan.”

Juru masak itu masih menatapnya dengan curiga, tapi hiruk pikuk dapur membuatnya tidak sempat meneliti lebih jauh. Ia hanya mendengus. “Cepat selesaikan tugasmu. Kalau tidak, kau akan dilempar keluar oleh kapten pengawal!”

“Baik, Tuan,” jawab Garrick, menahan napas lega.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!