NovelToon NovelToon
Gadis Manja Milik CEO Arogan

Gadis Manja Milik CEO Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / One Night Stand / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Nikah Kontrak / Konflik etika
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Diandra_Ayu

Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.

Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makin Tengil

[Kirim foto kegiatanmu hari ini. Jangan mentang-mentang bisa keluar, kau bisa seenaknya].

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Lily mengerutkan dahinya. "Apakah ini dari Mas David?" tanyanya dalam hati.

Lily yang tak sengaja berpapasan dengan Ricardo saat menuruni tangga, segera menghentikan langkah adik kandung suaminya itu.

"Ricardo!" Sapanya ramah.

Ricardo yang baru saja menaiki tangga sambil menunduk karena sibuk dengan ponselnya itu seketika mengangkat wajahnya lalu tersenyum lebar. Rasanya seperti mimpi, bertemu dan melihat wajah manis wanita yang disukainya itu.

"Lily? Waah, senang banget ketemu kamu. Ehm, mau kemana udah rapi begini?" Pria itu terkagum-kagum melihat sosok di hadapannya. Penampilan Lily terlihat pangling namun tetap menarik untuknya. Lily yang biasa berpakaian santai dengan celana jeans dipadukan dengan t-shirt atau kemeja khas anak muda itu kini lebih anggun dengan gaun selutut yang dipakainya. Sepatu cats pun berganti dengan pantofel tanpa hak berwarna senada dengan tas selempang miliknya.

"Aku mau ke toko buku," jawabnya ramah. Karena Ricardo sudah menjadi iparnya, ia pikir tak ada salahnya berbicara baik dengan pria menyebalkan itu. Toh karena hubungan ipar ini, Lily yakin jika pria itu tak akan lagi mengejarnya seperti dulu.

"Oohh, mau aku temenin?" Ricardo yang baru pulang menginap di rumah temannya itu menawarkan diri. Meski matanya terasa pedih karena pesta semalam, tapi ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Mumpung gak ada David dan kedua orang tuanya, ia pikir ini waktu yang tepat untuk mengajak Lily keluar.

Ricardo sudah memikirkan hal ini matang-matang. Ia akan bersikap baik untuk menarik simpati Lily seperti apa kata ibunya semalam. Pria itu akan terus bersandiwara, seolah dirinya adalah dewa penolong. Akan menghibur Lily saat David menyakitinya. Ia sangat yakin jika David juga tak mencintai istrinya itu. Pernikahan mereka hanya karena kecelakaan akibat kecerobohannya.

Meski nasi sudah menjadi bubur karena Lily telah menikah dengan kakaknya, namun tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan hati wanita itu.

"Ehm... gak usah. Aku udah janjian sama Rena," jawab Lily menolak secara halus.

Ricardo mendesah pelan. Padahal ia berpikir ini adalah kesempatan emasnya. Ingin memaksa, tapi ia takut jika Lily marah dan kembali ketus padanya.

"Ya sudah kalau begitu, aku pamit dulu ya, Ric. See you!" Lily melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Namun baru beberapa langkah, ia berhenti kembali dan menoleh pada Ricardo yang masih bergeming di tempat.

"Aku mau tanya, Ric. Apa ini nomor David?" tanyanya seraya memperlihatkan pesan dari nomor tak dikenalnya itu.

Ricardo menyipitkan matanya lalu melemparkan pandangannya ke arah lain, menyembunyikan raut kesalnya saat ini.

"Hemm,, itu memang nomor David," ucapnya datar.

Lily tersenyum lebar lalu berterima kasih pada Ricardo sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya kembali untuk keluar dari rumah mewah ini.

Ricardo mengepalkan tangannya dengan kuat. Satu sisi ia senang karena selama lebih dari satu minggu ini menikah, Lily dan David ternyata tidak memiliki komunikasi yang baik. Terbukti dari Lily yang tidak memiliki kontak suaminya sendiri.

Tapi yang membuatnya sangat kesal saat ini David sudah mulai menghubungi nomor wanita yang ia sukai itu.

'ini gak boleh sampai keterusan. Duh, bego banget sih gue. Kenapa coba tadi malah jawab iya. Bilang aja bukan atau gak tahu. Ckk... Semoga saja komunikasi mereka tetap buruk. Lihat saja nanti, Dav, gue bakal ngerebut Lily dari Lo!' 

***

"Fotoin dong, Ren!" titahnya pada Rena, teman satu kampus dengannya.

"Ish, alay banget. Tumben banget sih minta di fotoin segala?" tanya Rena bingung. Ia sangat kenal dengan Lily. Wanita itu tidak senang bermain di dunia maya meskipun dirinya adalah bintang kampus.

"Ini buat kirim ke laki gue," jawab Lily seraya merebut ponselnya setelah Rena mengambil beberapa foto Lily di dekat rak buku.

"Eheem, ciyee... yang udah punya laki. Iya deh iya. Eh tahu gak sih, Ly? Gara-gara pernikahan dadakan lo itu banyak pria yang patah hati."

"Hemm... masa sih? Bukannya satu kampus membicarakan keburukan gue? Ckk ... untung saja gue punya bukti pernikahan dengan suami gue. Kalau gak, udah pasti lah gue di DO," sahut Lily dengan mata yang fokus pada ponselnya. Ia mencari foto yang tepat untuk dikirimkan pada David sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar pergi ke toko buku.

"Awalnya sih iya. Tapi kan ternyata skandal itu kan cuma salah paham aja. Lagian siapa suruh menikah diam-diam? Pantes aja kan orang lain menyangka jika kau berzina," tutur Rena yang sudah mengetahui kelanjutan kasus sahabatnya itu.

Berkat foto pernikahan yang sudah tersebar luas itu, bukan hanya nama baik Bagaskara grup yang tertolong. Namun juga nama baik Lily sendiri di kampusnya. Hampir saja Lily dikeluarkan dari kuliahnya jika sampai terbukti telah melakukan tindak asusila.

Namun ada untung dan ruginya juga. Lily jadi merasa tidak bebas karena semua orang kini tahu bahwa dirinya adalah istri dari seorang CEO ternama. Dan betapa dahsyatnya kekuatan dari mata-mata netizen yang berhasil mengulik keluarga Bagaskara itu. Kini satu kampus sudah tahu bahwa Lily adalah kakak ipar dari pria yang selama ini mengejar-ngejarnya.

Beberapa teman kampusnya mengasihani Ricardo karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Namun beberapa lagi ada yang mensyukuri pernikahan Lily ini. Mereka beranggapan bahwa CEO itu lebih pantas bersanding dengan Lili dibandingkan Ricardo yang sikapnya seperti berandalan.

Tapi kasak-kusuk tersebut hanya di belakang pria angkuh itu. Karena jika Ricardo tahu bahwa ada yang membicarakannya, tentu saja ia tak segan-segan untuk memberi pelajaran pada siapa pun yang berani menghinanya.

"Btw kapan kamu mau masuk kampus?" tanya Rena.

"Ehm... mungkin lusa. Suamiku sudah meminta izin pada pihak sekolah saat skandal itu tersebar. Entah apa yang dibicarakan Mas David pada rektor sehingga kasus ini tak menjadi masalah meski nama kampus sempat terseret-seret," ujarnya seraya mengendikkan bahu. Tidak mengerti karena baik teman-teman maupun pihak kampus tak ada satu pun yang berani menegurnya. Padahal Lily sudah menduga-duga jika setelah ini, sanksi sosial akan ia dapatkan akibat malam nahas itu.

"Ish, senang banget sih punya suami. Aku juga jadi pengen married. Tapi siapa yang mau sama gue?"

Lily terkekeh sambil menepuk pundak sahabatnya. "Sekolah dulu yang bener. Nanti juga pasti akan bertemu jodohnya," ucapnya seraya bangkit.

"Yuk, ah cabut! Anter aku ke mall ya! Aku mau beli pakaian!" ajaknya.

"Serius, Ly?"

"Iya, serius. Nanti aku traktir makan siang. Ambil yang kamu mau," sahut Lily sok punya uang banyak. Maklum saja, ia tidak pernah belanja barang mewah. Dirinya mengerti keadaan orang tuanya, jadi ia hanya minta barang biasa saja meski kadang Ayah maupun bundanya memintanya untuk membeli barang mahal yang ia inginkan.

***

Jam menunjukkan pukul dua siang. Lily dan Rena baru saja keluar dari food court. Di tangan mereka menenteng Tote bag berisi pakaian, high heels hingga tas mewah. Aji mumpung sekali Lily saat ini. Ia pikir mumpung suaminya lagi baik dengan memberikan black card untuk ia gunakan sesuka hati.

"Habis ini anterin gue ke lantai atas ya."

"Kemana? Ke bioskop?" tanya Rena.

"Yo'i," jawab Lily dengan wajah yang sangat ceria hari ini.

"Mau ngapain? Mau ajak gue nonton?" Rena terlihat sangat bersemangat. Seperti ketiban durian runtuh, ia mengantar Lily seharian ini. Sudah ditraktir makan, dibelikan satu stel pakaian, sekarang mau ditraktir nonton. Ia pikir gak apa-apa deh kalau tiap hari jadi kacung Lily, dirinya jadi kecipratan rezeki oleh sahabatnya yang kini tajir melintir setelah menikah itu.

"Ish, gue gak ada waktu buat nonton. Jam empat suami gue pulang kerja. Jangan sampai gue belum pulang juga," ujarnya seraya menaiki lift menuju lantai paling atas.

Hari ini terlihat sangat ramai dari biasanya. Banyak orang-orang yang menuju ke lantai atas tempat bioskop berada. Mungkin tujuan mereka sama seperti Lily, ingin bertemu para artis yang saat ini launching film terbarunya. Namun bedanya Lily hanya ingin bertemu dengan seseorang yaitu, Veronica.

"Terus kira mau ngapain kalau gitu?" tanya Rena kebingungan.

"Ish, Lo itu kudet banget sih. Lupa apa hari ini tuh launching film The Sexs Ladies?"

Rena langsung menutup mulutnya tidak percaya. "Astaga, sejak kapan kau suka film panas?"

Lily refleks mentoyor kepala sahabatnya. "Siapa juga yang suka nonton film panas itu. Gue cuma mau ketemu sama artisnya. Pemain film itu Veronica? Kenal kan artis cantik papan atas yang sering bikin kontroversi itu?"

Rena mengangguk-angguk. Sampai akhirnya matanya kembali terbelalak.

"Astaga. Kalau nggak salah sih Veronica itu bukannya tunangan suamimu kan? Duh, beritanya viral kemana-mana kenapa gue sampai lupa ya? Jadi bener, Lo merebut David Angkasa dari Veronica. Kalian diam-diam menikah sehingga hubungan mereka kandas? Waah, luar biasa memang kau ini, Ly. Aku gak nyangka kau sehebat itu," puji Rena sambil menepuk-nepuk bahu Lily.

Wanita itu mengerucutkan bibirnya. Ia mendelik sebal, entah ucapan Rena tadi merupak pujian atau malah sindiran?

"Gue gak merebutnya. Sudah gue bilang ini cuma salah paham aja," ucap Lily membela diri.

"Ya, terus sekarang mau ngapain nemuin artis itu? Mau bunuh diri? Lo mau sampai ada wartawan yang melihat keberadaan Lo dan membuat Lo disorot kembali oleh media?"

Lily menghentikan langkahnya sejenak. Benar juga apa yang dikatakan oleh Rena. Jika dia muncul tiba-tiba di tengah kerumunan banyak orang, sama saja ia bunuh diri. Pasti akan ada paparazi yang menjadikan ini sebuah bahan gosip.

Gak bisa dibayangkan jika nanti ia kembali viral dengan caption, Pelakor dan wanita yang ditinggalkan CEO tampan terlihat bersama.

'Iiwwhh... gak banget deh. Bisa-bisa dibunuh Mas David kalau begitu,' gumamnya.

"Ckkk... iya juga ya. Ya udah kita balik deh. Thanks ya udah ngingetin."

Lily berbelok arah menuju eskalator untuk kembali turun ke lantai bawah.

Melihat kelakuan sahabatnya yang aneh itu membuat Rena terheran-heran. Sebenarnya apa sih rencana Lily mau ketemu sama artis itu? Bukannya Lily sudah bahagia bersama suaminya? Sang CEO dan artis itu juga sudah putus. Apa lagi yang Lily permasalahkan?

"Ly, tunggu!" teriak Rena, berlari menyusul Lily yang sudah berjalan cukup jauh meninggalkannya.

***

Di kantor.

David memperhatikan foto yang baru dikirimkan wanita yang selalu membuatnya kesal itu. Lily nampak cantik dengan dress yang dipakainya. Ia berfoto dengan posisi bersandar pada rak dan ia memegang sebuah buku yang cukup tebal. Gayanya terlihat sangat menggemaskan.

"Sok paling rajin. Dasar tengil!" ucapnya datar namun dalam hatinya sedikit terhibur dengan kelakuan istrinya itu. Apalagi saat ia mengecek laporan bahwa Lily benar-benar membelanjakan uangnya dalam jumlah yang fantastis.

"Dasar wanita, ternyata dia hobi juga menghabiskan uangku. Menyebalkan sekali!" gerutunya namun sambil tersenyum tipis.

Entah mengapa sejak dinner semalam, ia merasa ada sesuatu yang lain yang membuatnya tidak terlalu membenci istri kecilnya itu.

David mulai berpikir apa yang terjadi pada mereka saat ini bukan sepenuhnya salah Lily. Dan mengenai Veronica, pria itu juga sangat yakin jika sang pujaan hati juga masih mencintainya. Hanya saja saat ini sedang emosi dan terlanjur malu akibat skandal yang juga mencoreng namanya.

David menggeser ponselnya sehingga foto lain muncul dari galeri benda pipih itu. Ia menatap lamat-lamat potret wanita cantik dengan gaun mini yang membuat lekuk tubuh bak gitar Spanyol itu tercetak dengan jelas.

"Vero, aku sangat merindukanmu. Aku harap kau mau memaafkan aku dan kita bisa kembali berhubungan seperti dulu."

***

Bersambung...

1
ahok wijaya
Gak kecewa! 👍
Diandra Ayu: makasih kak🥰
total 1 replies
Shinn Asuka
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Diandra Ayu: Wah, makasih banyak kakak🥰🫰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!