NovelToon NovelToon
BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:810
Nilai: 5
Nama Author: Lina Hwang

Xandrian Elvaro, pria berusia 30 tahun, dikenal sebagai pewaris dingin dan kejam dari keluarga Elvaro Group. Sepeninggal ayahnya, ia dihadapkan pada permintaan terakhir yang mengejutkan: menikahi adik tirinya sendiri, Nadiara Elvano, demi menyelamatkan reputasi keluarga dari skandal berdarah.

Nadiara, 20 tahun, gadis rapuh yang terpaksa kembali dari London karena surat wasiat itu. Ia menyimpan luka masa lalu bukan hanya karena ditinggal ibunya, tetapi karena Xandrian sendiri pernah menolaknya mentah-mentah saat ia masih remaja.

Pernikahan mereka dingin, dipenuhi benteng emosi yang rapuh. Tapi kebersamaan memaksa mereka membuka luka demi luka, hingga ketertarikan tak terbendung meledak dalam hubungan yang salah namun mengikat. Ketika cinta mulai tumbuh dari keterpaksaan, rahasia kelam masa lalu mulai terkuak termasuk kenyataan bahwa Nadiara bukan hanya adik tiri biasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Tidak Bisa Pergi

Malam hari. Lampu kamar menyala temaram, menciptakan bayangan lembut di dinding yang terasa sunyi. Nadiara berdiri di depan koper yang terbuka di atas ranjang. Bajunya sudah dilipat rapi, tersusun seakan ia tak ingin meninggalkan kekacauan. Tapi jiwanya justru sedang berantakan. Tangannya gemetar saat menyentuh sebuah sweter abu-abu sweter yang pernah ia pakaikan pada Xandrian saat pria itu demam dan menolak bantuan siapa pun, kecuali darinya.

Ia menatap sweter itu lama lalu menjatuhkan diri ke atas kasur membenamkan wajah ke dalam tumpukan pakaian yang berbau rumah. Ia menarik napas panjang, menahan gejolak emosi yang nyaris meledak.

Langkah kaki terdengar di balik pintu. Suara lembut namun tegas. Pintu terbuka, dan Xandrian masuk. Tubuhnya tegap, tapi sorot matanya menunjukkan sesuatu yang runtuh di dalam dirinya saat melihat koper itu terbuka.

“Kamu mau pergi?” tanyanya, suaranya lebih lirih dari biasanya.

Nadiara tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya dengan mata yang berkabut. Pandangan mereka saling bertemu dalam diam. Mata mereka berbicara lebih banyak dari lisan mana pun.

“Setelah semua ini kamu tetap memilih pergi?” tanya Xandrian lagi kali ini dengan suara yang nyaris patah.

“Aku tidak tahu lagi bagaimana harus tinggal,” jawab Nadiara pelan. Kalimat itu seperti duri yang menancap perlahan tapi dalam.

Xandrian menghela napas panjang. Ia menunduk sebentar, lalu maju beberapa langkah dan duduk di pinggir ranjang, dekat koper itu. “Kalau kamu ingin pergi, aku tak bisa menghentikanmu,” ucapnya lirih. “Tapi aku tak akan pernah membiarkanmu pergi tanpa tahu perasaanku.”

Kepala Nadiara menoleh cepat. “Perasaanmu?”

Xandrian menatapnya dalam-dalam. “Aku mencintaimu, Nadiara. Dengan semua cara yang buruk. Dengan semua ketidaksempurnaan yang kupunya. Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu menangis di pemakaman ibumu. Tapi aku terlalu pengecut untuk mengakuinya.”

Air mata Nadiara jatuh tanpa suara. Ia menutup wajah dengan telapak tangan. “Lalu kenapa sekarang saat aku ingin menyerah baru kamu bicara?”

“Karena aku takut” bisik Xandrian. “Takut kehilanganmu. Takut cinta ini akan menghancurkanmu. Tapi aku lebih takut jika kamu benar-benar menghilang. Aku bisa bertahan dengan diriku yang rusak. Tapi tanpa kamu di sini aku bahkan tak tahu siapa diriku.”

Kamar itu mendadak begitu senyap, hanya suara hujan yang mulai turun tipis di luar jendela. Petir menyambar jauh di kejauhan, seperti menggemakan ketegangan dalam hati mereka.

Xandrian berdiri. Ia membuka koper itu perlahan, mengambil satu per satu pakaian dan memasukkannya kembali ke dalam lemari. Tangannya gemetar, tapi ia tak berhenti. Setiap baju yang dilipat ulang seperti simbol perlawanan. Ia menolak menyerah.

“Xandrian…” suara Nadiara nyaris tak terdengar.

“Kamu tidak bisa pergi" ucapnya pelan, namun penuh keyakinan. “Karena aku akan mengejarmu. Karena aku tahu, meski kamu benci mengakuinya kamu juga mencintaiku.”

Nadiara menunduk. Kata-kata itu menusuk jantungnya. Ia tahu itu benar. Ia mencintai Xandrian. Dengan segala luka. Dengan segala ketakutan. Tapi cinta itu membuatnya rapuh.

“Aku sudah mencoba membenci semua tentangmu,” gumamnya. “Tapi setiap kali aku mencoba menjauh, kau justru membuatku ingin bertahan.”

Ia bangkit perlahan, lalu memeluk Xandrian dari belakang. Tangisnya pecah di punggung pria itu. Tubuhnya bergetar hebat. “Jangan biarkan aku pergi… bahkan jika aku memaksa.”

Xandrian menutup mata. Ia menggenggam tangan Nadiara yang melingkar di perutnya. Detak jantung mereka menyatu.

Ia berbalik, memutar tubuh Nadiara, lalu memeluknya erat. Seerat mungkin, seolah takut jika perempuan itu akan lenyap dari pelukannya.

“Aku tidak akan pernah,” bisiknya di telinga Nadiara.

Untuk beberapa saat, mereka hanya berpelukan. Menangis dalam diam. Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan luka yang mereka bagi, tapi pelukan itu cukup untuk mengakui bahwa mereka masih ada untuk satu sama lain.

Malam itu, koper kosong kembali tersimpan di bawah tempat tidur. Tapi luka-luka mereka masih terbuka. Cinta memang membuat mereka bertahan, tapi belum tentu menyelamatkan. Karena cinta tak selalu menyembuhkan kadang ia hanya menunda perih.

Mereka berbaring di ranjang yang sama, namun kali ini tak saling menyentuh. Nadiara menghadap ke jendela, Xandrian ke langit-langit. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Aku tidak sempurna, Xandrian. Hatiku masih compang-camping karena Leo, karena masa lalu, karena semua kebohongan yang pernah kita bagi,” ucap Nadiara lirih.

“Aku juga tidak sempurna,” balas Xandrian. “Tapi kalau kita bisa bertahan sejauh ini, mungkin... kita bisa menyembuhkan satu sama lain. Perlahan.”

Keheningan kembali menguasai kamar, namun kali ini bukan keheningan yang dingin. Ada kehangatan samar di dalamnya sebuah harapan kecil bahwa cinta mereka, meski terluka, masih bisa tumbuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!