Alzahro adalah pria miskin dan hanya bekerja serabutan. Awalnya pernikahan itu terjadi karena kecelakaan kecil, ya itu Saat Genisa hendak menikah, tunangan Genisa kabur di hari pernikahannya. kebetulan Alzahro sedang lewat ia pun di tarik oleh Genisa sebagai pengganti pengantin pria.
Selama hidupnya di rumah keluarga Genisa, ia tidak pernah di anggap sebagai keluarga, melainkan seorang pembantu di rumah itu, tapi meskipun Genisa tidak mencintainya, Genisa juga tidak membencinya. Hanya Genisa yang baik padanya di rumah itu.
Berkali-kali Ibu Genisa minta Alzahro bercerai dengan Genisa, tapi Alzahro selalu menolaknya, hingga akhirnya Ibu mertuanya itu pun melakukan sesuatu padanya, memukulnya dengan kayu hingga ia sekarat.
Di saat ia sekarat, ia mendapatkan sebuah berkah, yaitu sistem yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Pemotongan Poin
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
Alzahro pun masuk ke dalam mobil, ia menekan poin di layar hologramnya.
[Gunakan poin untuk belajar mengemudi otomatis]
[Di gunakan 40 poin untuk belajar mengemudi]
Proses belajar mengemudi...
Mulai
10%...
20%...
30%...
40%...
50%...
Sepertinya ada data-data aneh yang muncul di kepalanya, ia sendiri pusing melihatnya.
60%...
70%...
80%...
90%...
100%...
[Selesai]
[Poin Anda di potong 40 poin]
[Sisa Poin Anda 40 poin]
Seketika Alzahro merasa jika ia seperti sudah ahli membawa mobil, ia pun menghidupkan mesin mobil dan beberapa saat ia pun menarik tuas mobil.
Perlahan-lahan mobil pun bergerak "Waw, ini benar-benar sangat luar biasa, aku bisa mengemudi mobil!" serunya, suara gembira bercampur rasa tak percaya. Mobil mewah itu pun mulai bergerak perlahan.
Alzahro melihat anak itu masih duduk sendirian di pinggir jalan, wajahnya tampak sedih dan lusuh. Ia memberhentikan mobil di tepi jalan, kemudian perlahan-lahan menurunkan kaca jendela.
"Hai, Adik," sapa Alzahro dengan lembut. "Ayo aku mengantar kamu pulang."
Anak itu menatap Alzahro dengan ragu-ragu, lalu mengangguk pelan. Alzahro tersenyum, membantu anak itu masuk ke dalam mobil.
Bau harum wangi dari mobil sedikit menghilangkan bau apek dari anak itu. Setelah memastikan anak itu nyaman duduk di sampingnya, Alzahro kembali melaju, mengarahkan mobil menuju rumah anak tersebut.
Sepanjang perjalanan, Alzahro mencoba mengajak anak itu bicara. Ia mengetahui nama anak itu adalah Fahri.
Sepanjang perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa hening. Alzahro merasa perlu mengetahui lebih banyak tentang Fahri. Dengan hati-hati, ia memulai percakapan.
"Fahri," Alzahro memulai, suaranya lembut, "boleh ceritakan sedikit tentang ayah dan ibumu?"
Fahri terdiam sejenak, lalu air mata mulai menetes di pipinya. "Ibu... Ibu sudah lama sakit, sejak melahirkan adikku. Ibu terkena struk ringan, tapi semakin parah setelah itu. Ayah... Ayah sering pulang malam, kadang mabuk. Hidup kami susah sekali, Kak," suara Fahri tercekat. "Ayah akhirnya pergi dengan wanita lain, meninggalkan kami. Ibu... Ibu depresi dan akhirnya meninggal." Fahri terisak.
Alzahro merasakan sesak di dadanya mendengar cerita Fahri. Bayangan kehidupan Fahri yang keras membuatnya merasa iba.
Mungkin kehidupan sangat menyedihkan, tapi Fahri lebih menyedihkan di mana ibunya meninggalkan seroang bayi kecil.
Setelah beberapa saat terdiam, Alzahro berkata, "Fahri, aku rasa akan lebih baik jika kamu tinggal di panti asuhan. Di sana kamu akan aman dan terurus. Kamu dan adikmu akan mendapatkan perawatan dan kasih sayang yang layak."
Fahri menatap Alzahro dengan mata berkaca-kaca. Ia tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk pelan. "Iya, Kak," jawabnya lirih. Meskipun ada kesedihan yang terpancar dari raut wajahnya.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tampak usang dan kurang terawat. Rumput liar tumbuh lebat di halaman, dan beberapa bagian dinding rumah tampak retak. Alzahro membantu Fahri turun dari mobil, hatinya dipenuhi rasa iba.
Saat memasuki rumah, Alzahro mendapati pemandangan yang menyayat hati. Seorang anak perempuan kecil tertidur pulas di atas tikar usang, bekas air mata masih terlihat di pipinya.
Udara di dalam rumah pengap dan berbau pesing. Alzahro mengerutkan hidung, tapi tetap berusaha tegar. Ia mengganti celana anak perempuan itu dengan pakaian bersih. Meskipun bau pesing menusuk hidung, Alzahro berusaha menahannya demi anak kecil itu.
Fahri, dengan wajah yang tampak tegar, mulai mengumpulkan beberapa pakaiannya ke dalam sebuah tas kecil yang sudah usang.
"Semoga saja ada panti asuhan yang mau menerima kami berdua kak," ucapnya lirih, suaranya dipenuhi harapan dan sedikit kecemasan.
Alzahro mengulurkan tangannya, menepuk pundak Fahri dengan lembut. "Tenang, Fahri. Aku akan membantumu." Ia berjanji dalam hati untuk melakukan segala yang ia bisa demi masa depan Fahri dan adiknya.
Setelah selesai, Fahri menggendong adiknya, Alzahro membawa barang-barang Fari masuk ke dalam mobil.
Perlahan-lahan mobil pun melaju meninggalkan rumah itu, Alzahro akan mencari panti asuhan yang akan di tinggalin oleh Fahri dan adiknya.
Jangan lupa like, vote, komen, subscribe dan hadiah ya gaes🥰
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......