Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Laras yang sejak tadi berada di samping Rere mengkerut kan keningnya melihat ekspresi sahabatnya itu, apalagi dia sempat mendengar perkataan nya walau tidak terlalu jelas.
"Ada apa Rere??, kok muka kamu begitu??". Tanya Laras dnegan penasaran.
" Bang Aska tadi menelpon, katanya dia ingin ketemu dengan aku, katanya ada ingin yang dia bicarakan denganku ". Ucap Rere dengan kesal.
Wajah Laras lansung berubah mendengar nama keluarga Rere yang menelpon, dia sangat tahu bagaimana perbuatan keluarga Rere padanya selama ini.
"Mau ngapain dia menelpon, belum cukup puas dia mempermalukan kamu waktu itu?? ". Kesalnya dengan penuh emosi.
Dia mengingat jelas bagaimana Aska mempermalukan Rere dihadapan orang banyak padahal Rere menolongnya dari bahaya sehingga dia tidak dipecat.
"Entahlah Ras, aku juga tidak mau tahu, tapi kamu akan bertemu nanti malam selesai tugas kita, aku akan menemuinya". Rere tersenyum sinis mengingatnya.
Dia tahu kalau keluarganya itu pasti akan menuntut jatah bulanan yang selama ini dia berikan, di antara semua keluarganya gajinya lah yang paling besar dan diberikan kepada ibunya selama ini, dia yakin jika karena tidak mengirimnya maka keluarganya mencarinya untuk itu.
"Aku akan temani kamu Rere, aku tidak akan biarkan dia bertindak seenaknya, mereka tidak berhak memperlakukan kamu seperti itu". Geram Laras mengingatnya.
"Kamu yakin, kamu istirahat saja, bukankah besok kamu ada misi penting dari pak bos?? ". Tolak Rere dengan halus, dia tidak mau selalu merepotkan sahabatnya ini.
"Tidak apa-apa Rere, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa ketemu dengan keluargamu, mereka saja bisa mempermalukan mu didepan umum seperti kemaren, apalagi jika kamu sendirian, aku tidak mau ambil resiko". Ucapnya dengan gelengan kepala.
Rere menatap sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca, orang lain malah lebih menyayangi dirinya dibandingkan keluarganya sendiri.
"Makasih ya Ras, aku tidak tahu harus berkata apa tentang semua bantuan mu selama ini padaku". Rere memeluk sahabatnya itu dengan sayang.
Mereka memang bersahabat tapi persahabatan yang terjalin sudah hampir 10 tahun itu membuat mereka seperti saudara.
"Kamu kayak sama siapa aja Re, kita kan sahabat sejak kita masih belia, aku tidak punya saudara dan kamu adalah sahabat rasa saudara yang aku punya, bahkan orangtua ku juga dulu menyayangi kamu sebelum mereka tiada, jadi jangan sungkan padaku seperti itu". Laras membalas pelukan sahabatnya itu dengan sayang.
Dia sekarang yatim piatu, Rere adalah sahabatnya yang selalu membuatnya tegar untuk menjalani hidupnya selepas orangtuanya Wafat, andai Rere mau tinggal bersama nya, dia pasti akan senang.
"Ya sudah, kita kerjakan lagi kerjaan pak Bos setelah itu kita pergi jalan-jalan dan nonton sebelum ketemu bang Aska". Ucap Rere melepaskan pelukan sahabatnya itu.
Mereka memang tengah berada diluar seperti keinginan bosnya karena mereka sedang ada misi penting, bosnya itu memang selalu mengandalkan keduanya jika ada apa-apa.
Sedangkan Dirumah Keluarga Rere, kini Marsya tengah membantu sang ibu dengan wajah pasrah, dia meletakkan piring untuk sarapan mereka.
Dia tidak tahu memasak jadi ibunya menyuruhnya menyapu rumah dan Mengepelnya setelah itu dia membantu menata makanan karena dia akan pergi bekerja.
"Nanti ayah akan mengantar kamu nak, kamu mau?? ". Ucap Rauf dengan semangat.
Marsya mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk dengan malas, dia menatap sang ayah dengan senyuman palsu.
"Tentu ayah, siapa yang tidak senang jika ayahnya mengantarnya untuk pertama kali bekerja". Ucapnya pura-pura girang padahal dalam hatinya sangat dongkol.
Akhirnya dia sampai ditempat kerja dirinya yang baru, dia harus mendapatkan training selama 3 bulan lebih dulu sebelum memulai bekerja, dan dia akan berusaha sebaik-baiknya, dia akan pergi dari keluarga yang selama ini mengurusnya jika mereka terus menerus menyuruhnya membantu pekerjaan rumah.
Dia hidup harus menjadi ratu bukan babu, dia sudah tidak membutuhkan keluarga itu jika pekerjaan nya sudah mapan.
"Aku pasti bisa, aku akan dapat jabatan bagus, bos di tempatku ini sangat tampan dan juga kaya, akan ku pastikan dia menjadi milikku agar bisa menjadi nyonya kaya". Ucapnya dalam hati.
Tak terasa waktu berjalan cepat, kini sudah malam hari dan dia akan bertemu dengan sang kakak setelah menikmati liburan singkat mereka.
"Ada apa?? ". Tanya Rere begitu dia duduk didepan sang kakak bersama laras.
Dia tidak peduli tatapan sang kakak yang melihat kehadiran Laras dan sikap ketusnya.
"Pesanlah makanan atau minuman terlebih dahulu Re, baru kita mengobrol". Ucap Aska dengan pelan.
Dia menyadari jika adiknya enggan bertemu dengannya bahkan membawa temannya bersama nya padahal dia ingin mengobrol berdua.
"Tidak perlu, aku dan Laras sudah makan, katakan saja apa yang mau disampaikan". Rere menatap tidak suka sang kakak.
Melihat sikap adiknya seperti ini, dia hanya bisa menghela nafas dalam, berusaha menahan gejolak rasa bersalah yang semakin bergemuruh dihatinya.
"Kakak ingin minta maaf atas sikap kakak kemaren padamu, dan kakak juga ingin menyampaikan jika kakak akan menikah, kakak ingin kamu datang pada acara lamaran kakak dan pernikahan kakak nanti". Aska menatap sendu sang adik yang sama sekali tak bersikap baik padanya.
Dia tidak menyalahkan sang adik karena dia tahu, adiknya seperti ini karena keluarganya sendiri.
"Maaf aku sibuk, lagian aku bukan bagian dari keluarga kalian, toh itu yang kalian lakukan selama ini kepadaku kan?? ". Rere mengangkat bahunya tidak peduli.
"Re". Aska menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya.
"Sudahlah, jika hanya itu yang mau dibicarakan, aku tidak peduli". Rere membalas tatapan sang kakak dengan tatapan tajam.
"Tapi biar bagaimanapun aku ini kakak kandungmu Rere, jangan keterlaluan!! ". Aska tidak bisa mengontrol emosinya karena sang adik berkata seperti itu.
"Maaf seperti yang kukatakan, silahkan urus sendiri, aku bukan keluarga kalian, setelah aku keluar dari rumah itu aku sudah menganggap diriku yatim piatu karena percuma punya keluarga hanya sebatas ikatan saja tapi tak ada tempatku disana". Rere tersenyum sinis menatap sang kakak dengan tatapan mengejek.
"Jangan keterlaluan Rere, kakak tidak mau tahu, kau harus datang, suka atau tidak kau bagian dari keluarga". Aska berkata dengan lantang.
Dia tidak perduli apa pandangan Laras padanya, dia tidak mau kalau adiknya tidak datang.
" Kalian ini lucu sekali, dulu Saat Rere berada ditengah keluarga kalian, kalian tidak menganggap keberadaannya dan memperlakukan dirinya sebagai orang lain, tapi setelah dia pergi dari sana kalian bersikap seolah-olah Rere menjadi orang yang tidak tahu diri, kalian betul-betul tidak tahu malu". Sinis Laras yang jengah melihat tingkah Kakak dari Rere itu.
Mata Aska membulat mendengar perkataan pedas dari sahabat adiknya itu, dia menunduk karena tahu jika perkataan sahabat adiknya itu benar adanya.