Mungkin berat bagi wanita lain menjalankan peran yang tidak ia inginkan. Tetapi tidak dengan Arumi yang berusaha menerima segala sesuatunya dengan keikhlasan. Awalnya seperti itu sebelum badai menerjang rumah tangga yang coba ia jalani dengan mencurahkan ketulusan di dalamnya. Namun setelah ujian dan cobaan datang bertubi-tubi, Arumi pun sampai pada batasnya untuk menyerah.
Sayangnya tidak mudah baginya untuk mencoba melupakan dan menjalani lagi kehidupan dengan hati yang mulai terisi oleh seseorang. Perdebatan dan permusuhan pun tak dapat di hindari dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk memilih diantara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Baju Mantan
Bab 3. Baju Mantan
Arumi tertegun saat melihat rumah megah di hadapannya. Rumah 2 lantai bergaya klasik dengan pilar besar dengan pagar tinggi menjulang membuat Arumi terkesima.
Namun itu hanya sesaat ketika ia teringat kesepakatan yang belum lama ia buat dengan Dimas bahwa sebagai ganti ia berhenti bekerja dari perusahaan pamannya, ia akan mengurus suami dan rumah tempat tinggal mereka.
Mati aku, rumah sebesar ini!
"Kau tidak masuk?" Tanya Dimas menghentikan langkahnya di depan pintu utama ketika menyadari Arumi tidak ada di dekatnya.
"Ah, maaf..." Jawab Arumi, lalu buru-buru melangkah menyusul Dimas.
Ketika masuk ke dalam rumah, Arumi semakin kagum di buatnya. Interior di dalam rumah begitu berkelas, selaras dengan funitur-funitur mewah yang mungkin bisa menghabiskan satu tahun gajinya atau lebih.
Lantai bawah terdapat ruang tamu dan ruang keluarga yang terpisah. Di dekat ruang keluarga ada ruang makan dengan meja bulat panjang yang berbuat dari batu alam yang begitu mewah. Tidak jauh dari ruang makan ada dapur dengan desain mewah dan elegan. Dan ada mini bar serta tempat bersantai mirip dengan kafe dengan yang disertai live musik.
Namun tujuan mereka bukan di lantai bawah. Dimas terus melangkah menuju lantai dua dimana terdapat ruang bersantai dengan sofa panjang yang menghadap ke balkon yang berdindingkan kaca. Suasana disini kurang lebih mirip degan kamar suit room hotel yang tadi malam mereka tempati.
Lalu Arumi melihat ada tiga kamar di lantai atas. Kamar di dekat balkon terlihat lebih besar dari dua kamar lainnya. Namun Arumi di giring ke kamar di sebelahnya.
"Ini kamar tamu yang bisa kau gunakan sebagai kamar mu." Ucap Dimas sembari membuka pintu kamar.
Perlahan Arumi masuk ke dalam kamar itu dan melihat sekelilingnya. Meski hanya kamar tamu, tetapi kamar itu terasa mewah baginya yang sudah biasa hidup sederhana bersama kedua orang tuanya.
Kamar itu memiliki kamar mandi sendiri, lalu ada lemari pakaian dengan 4 pintu, meja rias, dan juga tempat tidur yang terlihat empuk dan begitu menggoda dirinya untuk berbaring disana. Juga ada kursi sofa dan meja kecil di dekat jendela kaca. Arumi dapat membayangkan, ia bisa bersantai sambil menikmati sepotong roti dan segelas kopi dengan membaca novel kesukaannya.
Melihat wajah Arumi yang tersenyum, Dimas dapat memperkirakan istrinya itu tidak keberatan tidur di kamar tamu tersebut. Ia cukup tenang Arumi tidak merepotkan dirinya karena wanita itu selalu menurut padanya.
"Apa cuma segitu pakaian yang kau bawa?" Tanya Dimas melirik koper kecil Arumi.
"Sebenarnya, pakaian ku cukup banyak di rumah. Tapi, aku hanya membawa beberapa saja, karena ku pikir aku bisa balik lagi ke rumah untuk mengambil beberapa lagi yang ku butuhkan."
"Kau tak perlu repot. Dalam lemari itu, sudah tersedia banyak pakaian wanita. Semua masih baru dan belum di pakai. Yang mana cocok buatmu, pakai saja. Kalau tidak suka, tinggal buang."
Mata Arumi mengerjap-ngerjap pelan mendengar ucapan Dimas yang begitu entengnya berkata demikian. Seolah-olah barang yang di suruh buang adalah sampah yang tidak berguna.
Orang kaya memang beda, batin Arumi.
"Lalu jangan pernah mengganggu ku bila bukan hal yang penting. Jangan masuk ke kamar ku, atau mengetuk pintu kamar. Jika kau ada perlu, cukup kirim pesan. Dan tak perlu menelpon jika bukan hal darurat. Kau mengerti?!"
"Baik. Tapi aku tidak memiliki nomor mu."
Dimas mengambil handphone Arumi yang sejak tadi di pegang oleh wanita itu. Lalu tanpa ijin yang punya, Dimas membuka handphone tersebut dan mengetikan sesuatu disana.
Awalnya Arumi sedikit terkejut. Namun ia langsung mengerti apa yang sedang di lakukan oleh Dimas.
"Ini. Sudah kan?"
Dimas mengembalikan handphone tersebut kepada Arumi.
"Oh, iya."
Setelah mengembalikan handphone milik Arumi, Dimas pun berlalu menuju kamarnya di dekat balkon. Arumi berpikir, itu adalah kamar utama yang akan di gunakan untuk Dimas sendiri.
Arumi lalu menutup pintu kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur empuk yang sedari tadi seperti memanggil dirinya untuk dijamah. Matanya terpejam dan masih merasa ini mimpi, dirinya sudah menikah dan tinggal di rumah megah meski memiliki suami dingin mengalahkan kutub utara.
Arumi membuka matanya dan pandangannya tertuju pada sebuah lemari besar di depannya. Ia teringat pada ucapan Dimas yang mengatakan banyak pakaian wanita di dalam lemari itu. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Arumi memutuskan untuk bangun dan mendekati lemari tersebut. Tanpa ragu ia pun membuka pintu lemari yang kuncinya tergantung begitu saja disana.
Dan sekali lagi Arumi dibuat tertegun memandang pemandangan di depannya. Sederet baju baru mewah bergantung dengan lebel yang masih melekat disana. Arumi pun mencoba memegang satu persatu baju-baju tersebut.
Wanita itu nyaris tidak percaya dengan nama merek dan harga yang tercantum di baju-baju tersebut. Karena satu helai baju itu sudah hampir setara dengan gaji Arumi selama satu bulan bahkan ada yang lebih.
Masih penasaran dengan isi lemari Arumi membuka semua pintu dan laci lemari. Tidaknya hanya dress, ada juga baju atasan, bawahan rok dan celana dengan model dan warna berbeda-beda tertata rapi disana. Bahkan piyama dan dress tidur semua lengkap disana.
"Ini gila! Tapi apa pakaian dalam juga ada?" Gumam Arumi penasaran.
Wanita itu pun memeriksa laci dan kembali terkejut di buatnya. Bahkan pakaian dalam bagian atas dan bawah pun tersedia disana.
Arumi berpikir sejenak. Tidak mungkin pakaian-pakaian itu memang disediakan untuknya. Arumi yakin pakaian-pakaian itu pasti di peruntukan kepada Renata, sepupunya. Namun karena Renata kabur, pakaian-pakaian itu kini menjadi miliknya.
Untungnya ukuran tubuh Renata dan Arumi hampir sama. Hanya saja, Renata sedikit lebih kurus dari Arumi. Dan tentunya penampilannya pun lebih glowing dari Arumi.
Arumi memisahkan pakaian yang terlihat seksi dan tidak mungkin ia gunakan karena dirinya menggunakan hijab. Pakaian-pakaian itu tidak ia buang seperti yang di perintahkan oleh Dimas. Namun, pakaian-pakaian itu ia kumpulkan dan di simpan terpisah di salah satu ruang pintu lemari tersebut.
Lalu Arumi memilih pakaian santai yang bisa ia gunakan untuk beraktivitas di dalam rumah tersebut. Beberapa saat memilih, Arumi tidak kunjung menjatuhkan pilihan karena baju tersebut terlalu bagus untuk di pakai sehari-hari. Pada akhirnya, Arumi mengambil bajunya di dalam koper. Baju tunik dan celana panjang kain menjadi pilihannya dibandingkan pakaian mewah yang ada dalam lemari.
Merasa nyaman setelah mengganti pakaian kerjanya, Arumi pun mulai hendak berkeliling rumah dan mencari senjata perang untuk membersikan rumah.
"Aduh! Maaf.."
Arumi tanpa sengaja bertabrakan dengan Dimas di depan pintu kamarnya. Ia yang tidak mengira Dimas akan mendatanginya itu, tanpa ragu membuka pintu kamar dan langsung melangkah ke depan begitu saja.
Dimas tak bergeming di tabrak oleh Arumi. Sorot matanya yang dingin hanya menatap Arumi dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan kedua tangannya yang bersembunyi di dalam saku celana panjangnya.
"Baju apa itu?" Tanya Dimas dengan tatapan merendahkan.
Sedikit kesal dengan tatapan Dimas padanya, Arumi pun membalas tatapan itu dengan berani.
"Tentu saja ini bajuku. Ini salah satu baju terbaik ku." Jawab Arumi apa adanya.
"Jelek!" Ucap Dimas menohok hati Arumi.
"Haah?"
Arumi tertegun dan melongo.
"Apa baju di dalam lemari itu tidak ada yang cocok untuk mu?!" Tanya Dimas lagi dan langsung melangkah ke dalam dan membuka semua pintu lemari untuk melihat isinya.
Bibir Arumi mengerucut mendengar ucapan pria kulkas 4 pintu itu. Arumi pun mengekori Dimas tanpa berani berbicara dan mengamati apa yang pria itu lakukan dengan pakaian-pakaian di dalam lemari itu.
Celana kain panjang putih model jubrai berbahan lembut dan nyaman, serta sebuah kemeja berbahan sutra berwarna pastel ia keluarkan dari lemari dan diberikan kepada Arumi. Awalnya Arumi ragu untuk menerima dan memakainya. Namun sorot mata Dimas yang sedalam laut tanpa batas dan seakan-akan hendak menelan dirinya itu meruntuhkan kekuatan Arumi untuk menolak.
"Aku tunggu di bawah." Ucap Dimas dan meninggalkan Arumi untuk berganti pakaian yang ia pilihkan.
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
hari ini apes bener arumi.. bertemu org2 ##$$@## dpt tlp dr pamannya yg juga sama2 ##$@##$🙄
suka dgn gaya rumi yg tdk mudah memperlihatkan kelemahannya pd lawan bicara yg pd nyebelin itu..meski dlm hatinya remuk redam... pasti berat bagi rumi dlm situasi yg spt ini.. semangat arumi... semoga semua masalah cpt berlalu n kamu bisa hidup dgn lbh baik kedepannya
kamu yg ninggalin dimas... tp sekarang malah gk tau malu minta balikan... maksudmu piye? jgn takut arumi lawan aja itu si renata.. bkn kamu yg salah.. dia yg ninggalin dimas jd jgn kepengaruh sama renata...
kpn up nya