Kevin Xander AdiJaya adalah cowok yang sangat susah mendapatkan kebahagiaan yang tulus dalam hidupnya. Kevin selalu di setir oleh papah angkatnya sehingga membuatnya menjadi sangat muak dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
Namun Kevin masih bertahan sejauh ini karena ada satu wanita di hidupnya, yaitu Adara Syila Alterina. Namun Kevin selalu gengsi menunjukan perasaannya kepada Dara, jadi ia selalu mencari cara agar bisa ribut dengan Dara.
Sampai suatu hari ada sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tua kandung Kevin, siapakah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Es Krim dan Hati Sama-sama Meleleh
Tak lama, Bu Rini masuk dengan dandanan mencolok dan suara seperti sirene ambulans.
"Selamat pagi, anak-anak! Kita mulai pelajaran biologi!"
Lima menit berselang, Kevin tertidur di mejanya. Bu Rini berjalan ke arahnya dengan gaya horor. Vellos panik, mengguncang tubuh Kevin.
"Bro, bangun! Tsunami datang!"
Tapi Kevin tetap terlelap.
Akhirnya, Bu Rini menyentil bahu Kevin. Tak mempan. Ia pun mengambil napas dalam-dalam dan—
"KEVIIIIIN!!"
Kevin langsung duduk tegak. "Hah?! Saya tidak mencuri ikan buaya bu rini! Eh, maksud saya..."
Satu kelas tertawa. Bu Rini, dengan suara menggelegar, menghukum Kevin berdiri di depan kelas.
Tapi Kevin malah tersenyum saat berdiri. Tatapannya langsung tertuju pada Dara.
Kevin menatapnya sepanjang pelajaran, membuat Dara tak bisa fokus. Saat mata mereka bertemu, Kevin tersenyum manis.
Dara buru-buru menunduk, wajahnya merah seperti tomat rebus.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Bu Rini curiga.
"Nggak bu... cuma, eh... kepikiran soal... fotosintesis."
Anak-anak tertawa lagi.
Jam pelajaran selesai. Bu Rini berseru, "Besok tidur lagi ya, biar saya hukum lagi."
Kevin menjawab dengan gaya tentara, "Siap, Komandan!"
Bu Rini hanya menggeleng. "Anak ini… stress kayaknya."
Sambil berjalan ke bangkunya, Kevin kembali melirik Dara. Dara iseng menoleh, kaget melihat Kevin sudah lebih dulu menatapnya.
Singkat cerita bel pulang sekolah pun berbunyi.
Dara mengambil sepedanya. Tiba-tiba, Rony muncul.
"Dar, boleh nebeng? Motor gue mogok."
Dara ragu. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Kevin muncul entah dari mana.
"Nggak bisa. Dara udah janji nganterin gue duluan."
Rony menatap tajam. Kevin membalas dengan lebih tajam.
Dara di tengah-tengah mereka seperti sandwich isi ketegangan.
Kevin mengambil alih sepeda Dara dan duduk. "Ayo naik."
Dara menurut, meski menggerutu, "Seenaknya aja lo, Kev."
Di jalan, Dara protes. "Ngapain sih, lo sok-sokan ngelarang Rony?"
"Dia modus," jawab Kevin singkat.
"Terus kenapa? Emangnya lo siapa?"
Kevin mendelik. "Lo seneng ya dimodusin?"
Dara cengar-cengir. "Biasa aja sih. Selama gak nyebelin kayak lo."
Kevin mendengus. "Si\*lan."
Dara menggoda, "Lo cemburu ya?"
"Ngg... nggak... apaan sih, siapa juga yang cemburu!"
Dara terkekeh. Dalam hati, dia senang. Dan Kevin... dia tahu, dia benar-benar cemburu.
Di perjalanan pulang,Sepeda Dara melaju pelan, dengan Kevin yang mengayuh di depan dan Dara duduk manis di boncengan.
Tiba-tiba, mata Dara menangkap sosok penjual es krim keliling yang sedang berhenti di pinggir jalan.
“Kev, itu tuh! Penjual es krim!” seru Dara sambil menepuk pelan pundaknya. “Berhenti dulu, ya? Gue pengen beli.”
Kevin melirik ke arah yang ditunjuk Dara. “Yang naik sepeda itu?” tanyanya memastikan.
“Iya, yang bawa kotak es warna biru. Yuk, berhenti!”
Tanpa pikir panjang, Kevin menepikan sepeda. Ia tersenyum, lalu turun membantu Dara turun dari boncengan.
Tak lama kemudian, mereka duduk berdua di sebuah taman kecil tak jauh dari sana.
Sambil menyantap es krim, suasana terasa begitu damai. Angin sepoi-sepoi menyapu pelan, membuat rambut panjang Dara menari lembut tertiup angin. Kevin yang duduk di sampingnya tiba-tiba terpaku.
Dara terlihat… luar biasa. Cahaya matahari memantul di wajahnya yang sedang tersenyum sambil menikmati es krim. Hati Kevin berdetak tak karuan.
“Eh, es krim lo tumpah tuh,” ujar Dara tiba-tiba sambil menunjuk es krim Kevin yang sudah mencair dan menetes ke tangan.
Kevin tersentak, “Hah? Oh, iya... iya. Aduh.” Ia buru-buru menjilat es krimnya, lalu mengusap tangannya dengan tisu.
“Kok nggak dimakan? Nggak enak, ya?” tanya Dara polos.
Kevin menggeleng cepat, lalu menatap Dara sambil tersenyum canggung. “Enak, kok. Cuma... tadi gue sibuk mikirin sesuatu.”
“Mikirin apa?” Dara mencondongkan tubuhnya penasaran.
Kevin menoleh sebentar, lalu kembali menatap es krimnya. “Rahasia,” gumamnya pelan.
Dara mencibir manja. “Ih, pelit.”
Setelah beberapa menit hening dalam suasana yang nyaman, Dara menoleh pada Kevin. “Lo masih tinggal di gang itu?”
Kevin mengangguk pelan. “Iya. Masih numpang di rumah Bu Indah, sama keluarganya Vellos.”
Wajah Dara tampak sedikit sendu. “Oh...” Ia hanya mengangguk dengan tatapan lembut. Ia sudah tahu cerita Kevin,yang ia ceritakan saat di sekolah tadi.
Kevin mendongak dan menatap Dara. “Eh, ngomong-ngomong... si Rony tadi kenapa, sih, sok-sokan mau nebeng pulang sama lo?”
Dara terdiam sejenak, sedikit terkejut arah pembicaraan berubah begitu cepat. Ia lalu mengerling nakal. “Kenapa emangnya? Gue suka kok dimodusin Rony,” ucapnya sambil tersenyum jail. “Dia kan ketua OSIS. Keren, ganteng lagi…”
Kevin menatapnya tajam, jelas tak suka.
“Dia juga rajin,aktif,baik. Beda ya sama cowok-cowok jahil, yang suka ngelamun sambil makan es krim,” lanjut Dara sambil menahan tawa.
Wajah Kevin langsung cemberut. Ia menunduk, tak mau menatap Dara. “Heh, apaan, sih,” gerutunya dengan suara rendah.
Melihat wajah Kevin yang tiba-tiba ditekuk, Dara malah terkekeh. “Ya ampun, lo cemburu ya?”
“Enggak!” sahut Kevin cepat, tapi nada suaranya malah menguatkan bahwa ia memang cemburu.
Karena suasana hatinya yang sudah terlanjur rusak, Kevin berdiri. “Udah, yuk, pulang aja.”
“Tapi es krim gue belum habis…”
“Bawa aja sambil jalan.” ucap Kevin dengan ketus
Dara menghela napas, lalu berdiri juga. “Iya, iya… nyebelin banget, deh.” Ia tahu Kevin sedang kesal karena ulahnya.
Kevin kembali mengayuh sepeda, Dara duduk di belakang. Sepanjang jalan, Kevin hanya diam dengan wajah masam. Dara yang duduk di boncengan tak bisa menahan tawa kecilnya.
“Lucu banget sih lo kalo lagi ngambek,” gumamnya sambil menepuk bahu Kevin pelan.