ADARA Warna Hidupku
Triiiiinggg... Triiiiinggg... Triiiiinggg...
Suara alarm berbunyi nyaring dari kamar seorang gadis bernama Dara. Nama lengkapnya adalah Adara Syila Alterina. Dengan malas, Dara membuka matanya, lalu segera mematikan alarm yang terus meraung. Jam di dinding menunjukkan pukul 06.00 pagi—waktu untuk bersiap ke sekolah.
Usai mandi, Dara mulai merias diri. Ia tak memerlukan makeup tebal bak seorang pengantin, cukup sedikit bedak di wajah dan liptint di bibirnya yang merah merona. Wajah polos Dara sudah sangat cantik tanpa perlu polesan berlebihan.
Baru saja Dara selesai bersiap, terdengar suara lembut dari lantai bawah yang memanggil namanya.
“Daraa... sarapan, Sayang!” teriak Bu Maya, Bunda Dara, dari bawah.
“Iya, Bundaaa... Dara turun sekarang!” balas Dara sambil berjalan menuju sumber suara.
Sesampainya di ruang makan, Dara langsung menghampiri Bu Maya yang sedang menata sarapan di meja. Di sana juga duduk seorang pria paruh baya yang masih tampak tampan dan berwibawa—Pak Delan, ayah Dara.
“Pagi, Ayah, Bunda,” sapa Dara sambil tersenyum dan duduk di kursinya.
“Pagi juga, Sayang,” jawab keduanya serempak.
“Nih, Bunda sudah siapin sarapan buat kamu,” ujar Bu Maya sambil menyodorkan piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi ke hadapan putrinya.
“Makasih, Bunda cantikkk,” balas Dara sambil tersenyum manis, lesung pipinya terlihat jelas.
Setelah sarapan, Dara pamit kepada kedua orangtuanya dan bersiap berangkat ke sekolah, mengendarai sepeda kesayangannya.
---
ADARA SYILA ALTERINA, gadis berusia 17 tahun, saat ini duduk di kelas 12 SMA Harapan Bangsa. Dara berasal dari keluarga berada. Ayahnya memiliki bisnis kuliner terkenal, sementara ibunya mengelola butik sukses di pusat kota.
---
Di Sekolah
Sesampainya di sekolah, Dara baru hendak memarkirkan sepedanya ketika tiba-tiba...
Tiiiiiiiiiiiiiiin!!!
Dara terkejut dan spontan menjerit,
“AAAAAHH!”
Sebuah motor sport nyaris menabraknya. Pengendaranya mengerem mendadak. Begitu helm dilepas, tampak wajah seorang laki-laki yang sudah sangat ia kenal—Kevin.
“Heh! Mau mati, lo?!” maki Kevin kesal.
“Ouuhhh... ternyata lo! Gila, ya?! Kalau gue mati gimana?!” balas Dara marah sambil memukul pundak Kevin yang masih duduk di atas motornya.
Dara dan Kevin sudah saling mengenal sejak SD. Tapi bukannya akrab, hubungan mereka lebih mirip seperti kucing dan anjing: saling serang, saling sindir, dan nyaris tak pernah akur.
“Salah lo sendiri, ngapain ngalangin jalan gue?” ketus Kevin.
“Mata lo picek? Gila ya? Gue mau parkir lah, b\*go!” Dara mendorong sepedanya ke arah parkiran.
Namun Kevin menahan bagian belakang sepeda Dara. “Apaan? Gue juga mau parkir di sini.”
“Woy! Pake ot\*k dong! Ini parkiran sepeda, bukan buat motor!”
“Bodo amat! Gue tetep parkir di sini. Gak terima?” Kevin tersenyum sinis.
Dara memanyunkan bibirnya, kesal. Bel masuk berbunyi, memaksanya memilih mundur. Ia pergi mencari parkiran lain, meninggalkan Kevin yang terlihat puas karena berhasil mengusik emosinya.
---
KEVIN XANDER ADIJAYA, laki-laki berusia 18 tahun, adalah salah satu siswa paling populer di sekolah. Ia memiliki wajah tampan dan tubuh proporsional. Kevin berasal dari keluarga kaya raya. Sejak dulu, ia dan Dara adalah musuh bebuyutan.
---
Dara tiba lebih dulu di kelas, disusul oleh Kevin. Ya, mereka satu kelas. Dara segera menuju tempat duduknya, di mana seorang gadis cantik sudah menunggunya.
“Hai, Daraaa~” sapa Viona dengan senyum manis yang membuat mata sipitnya makin terlihat kecil.
“Hai, Vio...” balas Dara dengan wajah cemberut.
VIONA VERONICA, sahabat dekat Dara sejak awal masuk SMA. Awalnya, Viona sempat takut pada Dara karena kesan pertamanya yang jutek dan dingin. Tapi sejak itu, mereka menjadi sangat dekat.
“Tumben lo baru datang. Biasanya sebelum bel lo udah nongkrong di kelas,” komentar Viona sambil mengernyit.
Dara mendengus panjang. “Huuuhhh... biasalah, senam rahang dulu pagi-pagi.”
“Hahahaha, lo berantem lagi ya sama Kevin?” tanya Viona sambil tertawa.
“Ya siapa lagi coba yang bisa bikin gue sekesel ini?! Heran deh, kerjaannya cari gara-gara mulu tuh anak!” gerutu Dara.
“Hati-hati lo, Dar. Dari benci bisa jadi suka, lho,” goda Viona sambil menyenggol bahu Dara.
“AMIIITT AMIIITT TUHAAANN!” seru Dara ketus sambil mengetukkan jari ke kepala dan mejanya.
Sementara itu, Kevin hanya memperhatikan dua gadis itu dari tempat duduknya dengan tatapan dingin.
Pelajaran hari ini selesai. Bel pulang berbunyi. Dara, Kevin, dan siswa lainnya segera pulang ke rumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments