Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Calon Mantan Martua
Nezha masuk ke ruang inap Alvaro. Dapat ia lihat cowok itu terbaring dengan infus di tangannya, ketika langkahnya semakin dekat, Nezha dapat melihat bagaimana luka Varo di tubuhnya, terutama dibagian wajah. Ada rasa ngilu melihat ujung bibir, ujung mata, dan kening Varo terdapat sobekan di sana. Bahkan luka di sekitar pipi kini mulai membengkak.
Cukup lama Nezha diam tanpa mengeluarkan suara, sampai akhirnya Varo membuka matanya dan cukup terkejut melihat keberadaan Nezha.
"Zha, lo di sini?" Varo langsung duduk dari atas ranjang.
Nezha memaksakan senyum, lalu mengangguk. "Iya, lo kenapa bisa gini? Berantem?" tanya Nezha membuat Varo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sorry Zha, gue kesel karena gara-gara dia, gue nggak bisa anter lo pulang."
Nezha berdecak, lalu berniat untuk pergi, namun dengan segera dicegah oleh Varo, tangan Varo kini sudah mencekal pergelangan tangannya.
Nezha melirik ke arah tangannya, yang langsung dilepas oleh Varo.
"Sorry Zha."
"Don't go please, tetap di sini."
Nezha menghembuskan napasnya. Lalu duduk tanpa menjawab atau menganggukan kepalanya. Keberadaannya di sini murni karena ia merasa tidak enak dengan Varo, meski Nezha tahu seperti apa liciknya Varo dulu.
Dengan adanya Nezha di sana membuat Varo merasa sangat senang, bahkan Varo bertingkah, seperti tidak mau meminum obatnya jika bukan Nezha yang menyuruh, alhasil mau tidak mau Nezha yang menyiapkan obat untuk Varo.
Nezha rasa cukup hari ini saja, besok Nezha tidak berniat pergi ke rumah sakit lagi. Dengan menemani Varo sore ini hingga malam sudah cukup membayar rasa bersalah Nezha.
"Varo, gue balik ya? Udah malam," ujar Nezha mengambil tasnya.
Ada perasaan tidak ikhlas ketika melepaskan Nezha, tetapi mau tidak mau Varo harus mengiyakan, sekali lagi, Varo tidak ingin Nezha sampai ilfeel dengannya, teman-temannya juga sudah mulai berdatangan dan siap untuk tidur di sana menemani Varo.
"Lo hati-hati ya Zha, makasih untuk hari ini."
Nezha mengangguk saja. Lalu berbalik badan untuk keluar, namun sebelum sempat keluar dari ruang inap Varo. Suara cowok itu seketika menghentikan langkahnya.
"Lo pulang sama siapa Zha? Biar temen gue yang antar ya?"
Nezha langsung menggeleng, ia berdalih jika om-nya sudah menunggu di depan.
"Nggak perlu, om udah nungguin di depan. Gue duluan."
Setelah itu Nezha benar-benar keluar dari ruangan Varo. Nezha menghembuskan napasnya panjang saat baru saja keluar dari ruangan itu, semua energinya terasa dikuras habis. Dan Nezha harus segera pulang sekarang, ia tidak nyaman berada di rumah sakit, apa lagi di sebelah ruangan Varo mungkin saja ruang inap Elian, sungguh cukup sudah untuk hari ini. Nezha ingin cepat sampai rumah. Namun seakan takdir berkata lain, baru beberapa langkah saat Nezha persis melewati pintu ruang inap sebelahnya. Pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita yang cukup Nezha kenal.
Seketika langkah Nezha terhenti, kakinya lemas melihat wanita itu terkejut melihat keberadaanya. Bahkan untuk beberapa saat keduanya sama-sama diam terpaku di tempatnya.
"Anezha," ujar wanita itu ketika melihat dirinya dari bawah sampai atas. Sebelum akhirnya sebuah pelukan langsung Nezha dapatkan darinya.
Luna, mama Elian memeluk gadis yang sudah 2 tahun itu tidak ia lihat, bahkan Nezha sangat susah ditemukan, membuat Luna gemetar ketika kembali bertemu dengan gadis yang dulu terlihat masih abg itu kini terlihat semakin dewasa.
"Nezha, ini tante Luna sayang, kamu masih ingat kan?" ujar beliau mengurai pelukan diantara mereka.
Nezha mengangguk dengan sedikit senyum. Tapi sorot matanya sudah menahan air mata yang akan terjatuh. Sesungguhnya ia juga merindukan wanita di depannya, Luna sangat dekat dengannya dulu, dan bahkan Nezha sudah dianggap seperti menantu.
Tiba-tiba saja Nezha teringat obrolan keduanya terakhir kali, Luna mengatakan akan mengikat Nezha untuk Elian setelah mereka lulus SMA, namun takdir berkata lain, Nezha tiba-tiba pergi, menghilang sampai membuat beliau sendiri kesusahan mencaritahu tentang gadis itu.
"Kamu ada waktu sayang? Tante ingin sekali mengobrol denganmu."
Sungkan untuk menolak, Nezha mengangguk saja. Lagi pula hanya dengan mama Elian, bukan dengan cowok itu Nezha rasa tidak akan menjadi masalah.
"Kita ke taman ya Zha," ujar beliau menarik lengan Nezha. Lalu merangkulnya layaknya seorang anak, seperti yang dulu sering beliau lakukan pada Nezha.
Ada perasaan hangat yang Nezha rasakan, gadis itu melirik Luna dari samping, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.
Setelah sampai di taman rumah sakit, keduanya duduk di bangku taman rumah sakit, di depan mereka ada air terjun buatan juga ikan warna-warni sebagai pelengkap.
"Kamu baik-baik aja kan Zha?" tanya beliau diangguki langsung oleh Nezha.
"Mama, papa kamu juga baik kan?"
Lagi-lagi Nezha mengangguk dengan seulas senyum.
"Tante gimana? Baik juga kan?" tanya Nezha langsung diangguki beliau dan kembali memeluk Nezha sebentar.
"Tante sebenarnya tidak begitu baik Zha sejak kamu tiba-tiba pergi."
Nezha terkejut ketika mendengarnya. Ia menatap serius Luna yang kini menghela napas dengan dalam.
"Tante jelas ngerasa kehilangan, kamu itu udah tante anggap kaya menantu, calon mantu tante satu-satunya, tapi yang lebih bikin tante nggak baik-baik aja Elian Zha," terdengar helaan napas dari beliau setelah mengatakannya.
"El jadi sering keluar, pulang malam bahkan pagi Zha, dia kaya kehilangan arah setelah kamu pergi."
Nezha diam menyimak, sebenarnya ia tidak menyangka jika Elian akan seburuk itu ketika ia pergi. Yang Nezha lihat sekarang ialah Elian baik-baik saja tanpanya, bahkan Elian sudah dekat dengan gadis lain.
Luna menggenggam tangan Nezha. Menatap Nezha penuh harap.
"Jangan pergi lagi ya Zha, apapun masalah kalian, tolong dibicarakan baik-baik, tante takut El salah jalan Zha."
Nezha tidak langsung menjawab, ia hanya tersenyum tipis untuk membalas.
"Kalau kamu butuh bantuan, langsung hubungi tante ya? Nomor tante masih yang dulu."
Nezha mengangguk dengan senyum. "Maaf ya tante Nezha ngga sempet pamit sama tante."
"It's oke sayang, ngga apa-apa, yang penting jangan kabur-kaburan lagi ya? Tante sama om dan Elian susah banget nyari kamu."
Nezha terkekeh dengan anggukan kepala. Setidaknya itu yang ia bisa lakukan sekarang. Bertemu lagi dengan mama Elian saat ini sedikit membuatnya merasa lebih baik. Nezha berpikir kenapa harus bertemu dengan Elian terlebih dahulu, bukan malah Luna. Tetapi tidak mungkin karena yang satu sekolah dengan Nezha ternyata Elian, bukan mamanya.
"Oh iya, kamu di sini ngapain Zha? Siapa yang sakit?"
Mampus. Nezha bingung untuk menjawab, tidak mungkin kan dia mengatakan kalau ia baru saja menjenguk cowok yang berkelahi dengan Elian, apa lagi perkelahian mereka karena Nezha.
"Saya tadi abis jenguk sodara tente," bohongnya hanya dibalas anggukan kepala oleh Luna.
"Oh iya? Gimana kalau kamu juga jenguk El? sebentar aja sayang, pasti dia akan sangat senang kalau kamu datang."
...****************...
Gess karakter Nezha jelas beda ya sama Lova, dan apa yang Nezha alami itu diusianya yang masi muda banget, jelas pengaruh untuk sikap atau cara berpikir Nezha... Please jangan samain mereka. Tapi tenang aja Nezha biarpun ngga segila Lova. Dia ngga lemah juga kok
next up kak
dobel up kk