ASMARALOKA

Hari itu.....

Aku sudah memutari lorong sekolah mencari mading untuk melihat pengumuman yang menentukan kelas ku.

"Semua berlalu lalang dan aku ingin kehidupan si SMA tetap tenang"

Tiba-tiba seseorang menabrak ku hingga kami berdua terjatuh dan pelaku penabrak ku adalah seorang perempuan yang dalam sudut pandang ku dia terlalu kekanak-kanakan yang berlarian di lorong sekolah seperti anak-anak TK.

"Haish. Aku benci sekali di hari pertama di sekolah SMA ku yang harus berhadapan dengan seorang gadis yang merepotkan" ucapku dalam hati

"Maaf ya" Ucap gadis itu

Aku segera bangkit

"Kenapa harus berlarian di gedung SMA mengapa ga di taman kanak-kanak saja" Ucapku padanya

Aku segera pergi dan tidak ingin terlibat lebih jauh dengan gadis itu

Aku berharap tidak pernah ada orang yang akan mengganggu ketenangan ku aku hanya ingin sekolah dengan tenang.

Namun entah mengapa....

"Mengapa aku harus satu kelas dengannya" aku menjerit dalam benakku

Aku melihat gadis itu yang duduk di belakang dan hanya satu kursi kosong yang tersisa tepat di depannya.

"Ya akan ku abaikan saja".

Pada saat yang bersamaan guru menyuruh untuk memperkenalkan diri, aku berpikir itu sangat membuang-buang waktu untuk mengenal satu sama lain namun dengan perasaan terpaksa aku tetap harus melakukannya.

"Nama saya Mia Elisa, saya suka bersenang-senang" Ucap gadis itu

"Apakah tidak ada hal yang berguna selain senang-senang" Pikir ku

Kehidupan di SMA ku terus berlanjut semua orang sudah berbaur menemukan temannya masing-masing dan mungkin hanya aku yang masih saja menyendiri.

Ya pada dasarnya sendiri lebih baik dan aku tidak begitu menginginkan banyak teman.

Anak-anak perempuan di belakang ku sedang merumpi membahas acara karaoke bersama.

Mereka anak-anak perempuan yang sangat berisik dan mengganggu ketenangan ku tapi aku tidak bisa menyalahkan mereka karena ini adalah sekolah tempat berkumpulnya anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang dan ada berbagai macam sifat mereka.

"Berisik sekali" Gumam ku

"Hei Jiro selain baca buku dan mendengarkan musik sekali-kali kamu harus bersenang-senang" Ucap gadis itu yang bernama Mia

"Ternyata ucapan ku terdengar ya" Pikirku

Gadis bernama Mia itu kemudian pergi dari kelas, ya aku tidak peduli

"Jiro... Maaf kamu di panggil oleh wali kelas kita di ruangan guru" Ucap ketua kelas

Aku pun segera keluar meninggal kan kelas

Aku melangkah seraya sambil mengingat-ingat"Ruang guru itu dimana ya, seingat ku di lantai bawah karena kelas ku di lantai dua"

Saat yang bersamaan aku melihat Mia yang sedang berdiri seperti orang yang sedang memata-matai apakah dia seorang intel?.

Ya sudah jelas dia sedang menguping pembicaraan temannya sendiri gadis itu begitu ingin tau urusan orang lain bahkan temannya sendiri

"Hei Jiro kamu ko kaya hantu tiba-tiba aja muncul buat ku jantungan" Ucap Mia yang sambil marah-marah kepada ku

Aku memperhatikan dirinya yang sedang ngomel-ngomel aku berpikir dia itu kenapa sih?

"Selain kekanak-kanakan kau juga suka menguping urusan orang lain" Ucapku begitu ketus padanya

"Hah, apa kamu bilang" Ucap Mia

"Kau menguping kehidupan privasi teman mu sendiri, sungguh menjijikan"

"Hahhhhh," mulut Mia sampai terbuka dengan lebar

Aku pun segera pergi meninggalkannya dan tidak ingin terlibat lagi dengannya.

,,,,

Dan pada hari berikutnya.

Anu... Bu... Itu.., izin kan saya untuk mempelajarinya jadi berikan aku waktu untuk menemukan jawabannya" Ucap Mia kepada bu guru untuk menjawab soal yang telah bu guru berikan di papan tulis

"Baiklah" Jawab bu Dewi

"Bodoh" Ucap ku pelan

Mia pun menendang kursi ku membuat ku terkejut yang memang sepertinya dia mendengar ucapanku sungguh dia seperti hewan lumba-lumba yang memiliki pendengaran 7 kali lipat dari pada manusia, tetapi dia seperti anak kucing yang suka bermain juga pemalas apa kah aku salah? tidak? Dengan melihat dia yg tidak bisa menjawab soal di dapan saja sudah terlihat dia malas untuk belajar.

Pada saat jam istirahat tiba-tiba Mia datang menghampiri ku dan meminta ku untuk mengajarinya belajar.

Ternyata dia pun masih memiliki semangat untuk belajar itu artinya anak kucing ini masih bisa untuk di latih ya.

Maaf Mia kau memang seperti anak kucing tidak bisa diam mengeong berisik seperti anak kucing suka main dan ya tidak perlu lagi di katakan malas karena pada dasarnya memang anak kucing pun masih bisa untuk di latih.

Tadinya aku tidak ingin terlibat dengan Mia karena dia ingin belajar dengan sungguh-sungguh jadi ku biarkan saja dia bertanya pada ku apa yang memang belum pernah dia ketahui dan di pelajari.

Namun entah mengapa hampir setiap hari dia pun jadi lebih sering meminta ku untuk mengajarinya terkadang dia sangat mengganggu.

*****

Suatu hari aku terlambat ke sekolah beberapa menit dimana semalaman aku tidak bisa tidur, karena saat makan malam bersama kedua orang tua ku mereka sangat mengganggu pikiran ku mereka terus mendorong ku untuk menjadi anak yang nomor satu dengan nilai-nilai ku bahkan aku harus menjadi apa yang mereka mau sangat membuat ku marah namun mereka begitu keras tidak bisa aku melawan karena aku adalah seorang anak jika aku melawan mereka akan mengungkit semua biaya ku sejak aku lahir di muka bumi ini.

Sepertinya aku memang anak yang tidak di inginkan untuk lahir namun jika aku bisa memilih aku pun ingin memilih lahir dari orang tua yang ku ingin kan.

Saat yang bersamaan aku melihat anak kucing. Yaa si Mia anak kucing yang berlarian sambil makan, dia benar-benar seperti anak kucing yang jika di kasih makanan dia akan berlari karena khawatir makanan itu akan di rebut oleh kucing yang lain atau bahkan induknya sendiri.

**

Baik untuk itu mari kita mulai rotasi bangku" Ucap ketua kelas di depan dengan tegas

"Ketua kelas kami sudah nyaman dengan tempat duduk kami" Ucap salah satu murid

"Haiih, gunanya rotasi bangku supaya kalian ga cuma mengakrabkan diri dengan teman yang ada di dekat kalian, baik kita mulai dengan mengambil undian secara bergiliran" tegas ketua kelas

"Rotasi bangku ya, tapi apa bedanya aku masih harus bersebelahan dengan si Mia anak kucing tidak beda jauh dari sebelumnya" Pikir ku

Aku pun menghela nafas karena aku masih harus menyaksikan kehebohan si anak kucing di sebelah ku.

"Hei Jiro kita berdekatan yak" ucap Mia kepadaku namun aku memilih untuk mengabaikannya.