Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
List Belanja
"Ini. Gak ada minuman lain lagi. Kita belum punya dispenser. Aku juga gak kuat kalo angkat galon sendiri." Sebotol air mineral berisi enam ratus mili mendarat di atas meja.
Humaira masih merasa kesal bila mengingat kemarin dia harus berjalan kaki cukup jauh untuk menemukan minimarket dan membeli beberapa macam keperluan sendirian.
Dia pikir lokasi mini market yang ia lihat sewaktu pertama kali datang ke perumahan itu tidak begitu jauh, ternyata setelah ditelusuri dengan jalan kaki, rasanya jauh sekali. Barulah pulangnya dia memesan ojeg online.
Irgi melirik wajah istrinya yang masam.
"Maaf, semalam aku pulangnya telat!" cetus Irgi dengan pipi yang menggembung berisi kunyahan roti.
Laki-laki itu sadar jika sejak kemarin dia tidak memperdulikan istrinya.
Tangannya lalu meraih air mineral di atas meja.
"Sebenarnya semalam aku juga takut sendirian di rumah." Humaira melanjutkan.
Tidak dipungkiri, semenjak statusnya menjadi seorang istri dan walaupun pernikahan itu dianggap sebuah sandiwara namun Humaira tetap ingin suaminya bisa memahami apa saja yang menjadi hak-haknya, termasuk memberikan rasa aman dan perlindungan untuknya.
"Iya. Semalam, aku ngedit video di studio sama temenku. Kerjaanku numpuk karena kemarin libur ngurus acara pernikahan kita."
Setelah selesai nonton film di bioskop, Irgi memang langsung mengantar Aylin pulang ke rumah lalu meluncur ke studio tempat ia bekerja bersama dua orang rekannya.
Ketika berada di studio, ia terus merasa gelisah karena sudah meninggalkan Humaira sendirian di rumah baru. Ia merasa ada sesuatu yang kini menjadi tanggung jawabnya.
"Harusnya Kamu ngabarin. Jangan ngilang gitu aja kayak hantu! Aku kan bingung harus jagain gerbang terus."
Humaira langsung meninggalkan suaminya dengan perasaan kesal sisa kemarin. Ia kemudian berjalan ke area dapur untuk lanjut bersih-bersih.
"Gimana aku mau ngabarin, nomer hp Kamu aja, aku gak tahu!" Suara Irgi terdengar lantang.
Posisi ruang makan dengan dapur di rumah itu memang bersebelahan sehingga jika bicara dengan suara yang cukup keras, masih bisa didengar dengan jelas.
Saat mengambil ponsel di dalam kamar, Irgi mendapati sebuah pesan masuk dari mamanya.
[ Irgi, malam minggu besok, mama mau nginep di rumah Kamu ya.]
Mata Irgi melotot, membaca pesan itu. Tanpa menunggu lama, ia langsung menghampiri Humaira yang sedang duduk di meja makan.
Rupanya sang istri sedang beristirahat setelah mondar-mandir membersihkan seluruh ruangan yang kotor. Sejenak Humaira membuka ponselnya lalu larut dalam cerita novel di sebuah platform online.
"Gawat Maira! Malem minggu besok mama mau nginep di sini!" seru Irgi setelah jarak mereka cukup dekat.
"Mama mau nginep?" Humaira tak kalah kaget. Ia menutup ponselnya.
"Iya. Tadi mama ngechat aku."
"Waduh, rumah kita masih berantakan kaya gini."
Humaira ingat jika banyak perabotan rumah yang belum mereka miliki. Dia tidak mau jika mama nanti akan merasa tidak nyaman saat menginap.
"Jadi gimana?"
"Mau gak mau ya, kita harus tidur satu kamar. Kamar satunya kan buat tidur Mama."
"Oke, itu bisa diatur."
"Kita juga harus beli banyak barang yang belum ada di rumah ini"
"Emang barang apaan? Beli yang penting-penting ajalah, Maira. Hemat."
"Semuanya penting! Makannya coba tour keliling rumah ini biar tahu barang apa aja yang belum lengkap."
"Iya, iya. Lagian aku juga baru satu hari tinggal di sini, wajar aja kalo gak tahu."
"Ya udah aku kasih tahu aja biar cepat bikin listnya, catet ya!" seru Humaira.
Irgi segera menyiapkan ponsel dan bersiap membuat list belanja.
"Kita perlu beli kipas angin buat di ruang tengah, barang kali mama mau nonton tivi kan? Terus karpet, dispenser, tabung gas, alat-alat buat masak. Lalu magic com... Ah, alat bersih-bersih, yang aku pake tadi udah jelek banget."
"Banyak bener, Maira! Habis dong uang kita."
"Ya begitulah namanya rumah tangga. Suami harus tahu dan nyiapin dananya."
Irgi menghembuskan nafas pelan. Ia tidak menyangka kebutuhan rumah tangga begitu banyak macamnya.
"Iya, pake uang dari mama dulu ya."
"Ah, kelupaan! Ini yang paling penting. Mesin cuci. Catet-catet! Nanti kita gak bisa nyuci, lagi."
Irgi menepuk keningnya pelan.
"Udah kan, gak ada lagi?"
"Masih banyak. Kita juga harus belanja stok makanan, sayur, buah dan kawan-kawannya. Terus sabun, detergen."
Humaira yang sudah terbiasa mengurus kebutuhan logistik di rumah ibunya, sudah sangat hapal apa saja yang perlu dibeli ketika belanja.
"Adduuh!" Irgi merasa kepalanya menjadi pening.
Selama ini dia tidak pernah berurusan dengan hal-hal semacam itu.
...****************...
hmm covernya bagus kak