Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.
Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.
Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.
Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.
Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.
Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utusan Sekte Kunlun
Langit di atas Kerajaan Naga Agung mendadak menjadi pusat perhatian. Awan terbelah pelan ketika sebuah kapal raksasa meluncur turun dengan anggun. Kapal itu bukan kapal biasa—panjangnya serupa dua menara istana, dengan layar-layar besar yang terbentang seperti sayap naga. Tak ada tiang dayung ataupun roda penunjuk arah. Kapal itu melayang di udara, tak bersuara, digerakkan oleh aliran Qi murni dan dikendalikan dengan Elemen Angin tingkat tinggi.
Belasan sosok berdiri di dek utama kapal, jubah mereka berkibar, wajah mereka penuh wibawa dan ketegasan. Di tengah barisan itu, berdiri seorang pria tua dengan rambut putih perak dan sorot mata seperti ujung pedang—dingin, tajam, dan mengintimidasi. Dialah Tetua Yan Xu, salah satu penatua puncak dari Sekte Kunlun, sekte bela diri paling legendaris di Dataran Tengah.
Kapal itu perlahan mendarat di pelataran utama Istana Naga Agung, membuat seluruh halaman bergetar pelan. Para pengawal kerajaan berjajar dengan sikap hormat ketika Raja Zhang Fu sendiri turun tangan menyambut.
"Salam hormat, Tetua Yan Xu. Kehadiran Anda dan murid-murid Sekte Kunlun adalah kehormatan besar bagi kami," ujar Raja Zhang Fu sambil membungkuk dalam.
Tetua Yan Xu hanya menatapnya dengan sorot mata datar. “Hmm ….”
Satu huruf. Satu dengusan pendek. Namun, cukup untuk menunjukkan bahwa ia tidak menganggap perlu basa-basi dengan manusia fana. Baginya, para raja dan bangsawan hanyalah bayangan dari kekuasaan semu. Yang sejati adalah Kultivasi, jalan untuk melampaui kematian dan menyatu dengan Tao Langit.
Namun sebagai bentuk penghormatan diplomatik, Raja Zhang Fu tetap mempersilahkannya duduk di singgasana kehormatan. Raja sendiri duduk di sisi yang lebih rendah. Setelah memberi aba-aba kepada kasim, sebuah kotak berukir naga dibawa dan diserahkan langsung kepada Yan Xu.
“Hadiah kecil dari kami,” kata Raja Zhang Fu. “Herbal berusia seratus dua puluh tahun, tumbuh di puncak Gunung Seribu Kabut.”
Sorot mata Yan Xu yang dingin berubah. Dia membuka kotak itu perlahan, aroma tajam spiritual langsung menyeruak dari dalam. Matanya menyipit, kemudian senyum tipis tapi penuh makna muncul di wajah tuanya.
“Dengan herbal ini, basis kultivasiku bisa menembus setengah langkah menuju tahap Hua Shen (Tingkat Transformasi Dewa).” Dia memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali. “Katakan, Raja Zhang Fu. Apa yang kau inginkan sebagai balasannya?”
Raja Zhang Fu tersenyum tipis. “Aku tidak berani meminta terlalu banyak. Tapi, jika Pangeran Zhang Jian tidak bisa menjadi murid inti Sekte Kunlun, setidaknya ... dapatkah ia diterima di salah satu puncak utama sekte?”
Yan Xu mengangguk. “Menjadi murid inti tidak bisa dipaksakan. Namun, aku bisa pastikan Zhang Jian mendapatkan pembinaan terbaik jika ia memiliki Akar Spiritual. Bahkan, mungkin ia bisa mendapatkan salinan salah satu seni bela diri terbaik puncak Kunlun.”
Mata Raja Zhang Fu berbinar. “Terima kasih, Tetua. Itu lebih dari cukup.”
Yan Xu mengangguk kecil, lalu dengan nada lebih serius ia berkata, “Tapi ada hal yang harus kau ketahui. Sekte Kunlun juga seperti sekte-sekte besar lainnya, saat ini membuka seleksi murid baru besar-besaran bukan tanpa sebab.”
Dia mencondongkan tubuh, menurunkan suara.
“Di wilayah utara telah muncul aliran bela diri misterius. Mereka menyebut diri mereka sebagai Sekte Demon.”
Raja Zhang Fu terkejut mendengarnya.
“Mereka telah menyerang banyak sekte di wilayah utara. Siapapun yang menolak menjadi bagian dari mereka, dimusnahkan. Tidak ada belas kasih. Bahkan beberapa sekte besar di Utara telah runtuh.”
Raja menghela napas. “Tak heran beberapa bulan terakhir, kami kehilangan komunikasi dengan kerajaan di perbatasan utara. Dan…”
Dia berhenti sejenak, ekspresinya menjadi gelap.
“Beberapa warga melaporkan kemunculan pendekar berjubah hitam dengan lambang tengkorak. Mereka menculik anak-anak dari pemukiman miskin. Prajurit kami tidak bisa mengalahkan mereka, gerakan mereka aneh, dan kekuatan mereka jauh melampaui manusia biasa.”
Ekspresi Yan Xu mengeras. “Mereka pasti murid-murid Sekte Demon. Murid Kunlun kami pun beberapa kali bentrok dengan mereka. Kebanyakan terluka parah, beberapa bahkan tak bisa kembali.”
Hening sejenak menyelimuti ruangan itu.
“Karena itulah,” lanjut Yan Xu, “semua sekte besar di Dataran Tengah sepakat mengubah cara rekrutmen. Kami tak lagi hanya menerima mereka yang punya Akar Spiritual tingkat tinggi. Akar Spritual rendah dan menengah juga akan diterima. Target kami dalam sepuluh tahun menciptakan puluhan ribu Kultivator Ranah Jin Dan (Tingkat Inti Emas). Itu setara sepuluh ribu prajurit kerajaan. Baru dengan itu kita bisa melawan Sekte Demon.”
Raja Zhang Fu menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Kerajaan Naga Agung akan meningkatkan pelatihan prajurit. Kami tak ingin hanya bergantung pada para kultivator.”
Yan Xu tersenyum tipis, lalu berdiri. “Tenang saja, Kerajaanmu cukup jauh dari wilayah utara. Sekte Pedang Abadi akan menjadi tameng utama sebelum mereka bisa mencaplok kerajaan ini.”
“Sekte Pedang Abadi … nama yang melegenda,” kata Raja Zhang Fu. “Semoga mereka bisa bertahan jika Sekte Demon memasuki dataran tengah.” Karena Sekte Pedang Abadilah yang paling dekat ke wilayah utara.
...***...
Yan Xu kemudian melangkah maju ke tengah aula istana. Dengan satu gerakan tangan, Qi di sekitarnya bergetar. Dia mengangkat telapak tangan. “Perhatikan baik-baik, Raja Zhang Fu. Ini adalah teknik rahasia Sekte Kunlun yang akan menemukan bibit Kultivator dari Naga Agungmu.”
Dalam sekejap, Qi dari tubuhnya memancar menjadi ribuan garis cahaya, lalu berubah menjadi kupu-kupu warna-warni yang tampak hidup. Mereka beterbangan dengan anggun, menyebar ke segala penjuru.
“Kupu-kupu ini akan mencari siapa pun di bawah usia 18 tahun yang memiliki Akar Spiritual.”
Raja Zhang Fu berdiri terkesima. “Luar biasa, semoga saja Zhang Jian juga memiliki Akar Spritual.”
Namun wajahnya sedikit tegang. Dia sadar, Jika Zhang Jian tak memiliki Akar Spiritual, maka semua upayanya ini akan sia-sia.
Yan Xu menjentikkan jari, memunculkan puluhan benang Qi yang bergerak lincah.
“Hmm …,” gumamnya. “Hanya sedikit anak di negeri ini yang memiliki Akar Spiritual. Dan kebanyakan hanya Akar Spritual level rendah.”
Nada suaranya datar, tapi cukup menusuk hati sang raja.
Raja Zhang Fu menunduk, kecewa. “Padahal aku berharap ribuan calon Kultivator akan muncul di Naga Agung dan membantu anakku kelak.”
...***...
Di luar istana, Zhang Jian dalam perjalanan kembali dari desa barat sambil menunggang kuda bersama para pengawalnya. Angin menyapu rambut panjangnya yang terikat, dan ia menikmati keheningan singkat sebelum kembali ke rutinitas istana.
Namun, mendadak puluhan kupu-kupu berwarna-warni melesat dari langit, mengejar mereka seperti badai pelangi. Zhang Jian terperanjat. Salah satu kupu-kupu itu menembus tubuhnya—langsung ke perutnya.
“Eh?”
Dia menatap tubuhnya sendiri, bingung. Tak ada luka. Tak ada rasa sakit.
“Aku baru saja ditembus sesuatu, tapi kenapa aku masih hidup?”
Tiba-tiba, terdengar teriakan dari atas.
“PANGERAN! DI ATASMU!”
Para pengawal menoleh ke langit. Sebuah kapal terbang kuno melayang megah. Dari atasnya, seorang murid Sekte Kunlun melompat turun.
Booooommmmmm!
Tanah tempat ia mendarat retak berkeping-keping, seolah dihantam meteor.
Zhang Jian melongo, tak bisa berkata-kata.
Pemuda berseragam Sekte Kunlun berwajah dingin tanpa ekspresi melangkah ke arah Zhang Jian, lalu menarik kerah bajunya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Hei … hei … tunggu sebentar—”
Sebelum sempat memprotes, tubuh Zhang Jian sudah dibawa melompat ke atas—langsung ke dek kapal terbang.
Para pengawal menjerit.
“PANGERAN DICULIK!”
Mereka menarik pedang dan berteriak ke arah langit, tapi kapal itu sudah mulai naik tinggi, membawa Pangeran mereka menuju nasib yang belum diketahui.