Warningg !! Dibawah umur 18 tahun harap baca yang bijak karena ada adegan yang ++ !!
"Saya terima nikahnya Larasati Ardhiana dengan mas kawin tersebut tunai!" Ucap laki laki itu dengan lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah!" Ucap penghulu.
"Saahh"
"Sahh"
Teriak para tamu undangan, termasuk
teman-teman nya.
"Alhamdulillah" ujar penghulu, lalu mengangkat kedua tangan untuk membaca doa kepada pengantin baru ini.
********
Laras harus menelan pahit dalam kehidupan yang seharusnya masih menikmati masa remajanya, namun ia di paksa menikah oleh seseorang yang terkenal dengan sebutan Playboy dan ketua geng terkenal. Siapakah laki-laki tersebut? la merupakan anak tunggal dari keturunan keluarga Mahendra yang bernama Arjuna Geofino Mahendra, beliau juga merupakan anak emas. Namun, karena kenangan masa lalu yang membuat nya ia trauma akan pada wanita yang berucap setia padanya.
Ingin tahu kelanjutan kisah nya?
Yuk buruan baca cerita nya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri prisella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab : 12 upaya menggagalkan perjodohan
Jefran, Nayla dan tamu client dari sang Ayah pun sudah lima menit menunggu Laras dan Adit diruang makan untuk turun.
"Semoga tuh anak ngga buat ulah lagi!" gumam Jefran, berdoa supaya anak nya tak membuat kekacauan dirumahnya seperti yang sering terjadi jika client nya singgah kesana.
Tak
Tak
Tak
Suara bunyi dari alas kaki yang mereka gunakan pun membuat kelima orang disana pun menjadi menoleh, disamping Laras ada Adit yang sudah cekikikan di dalam hati melihat penampilan dari sang adik yang berniat untuk membuat malu si client ayahnya terbukti dengan ada nya anak muda yang duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya sudah menatap Laras dengan tatapan yang jijik.
"Laras!?" gumam sang ayah yang sudah memijat pangkal hidung baru saja tadi ia berdoa supaya tak membuat kekacuan tapi doanya tak di jaba oleh Tuhan.
Nayla yang melihatnya hanya bisa tertawa geli, melihat anak nya yang sudah badut mapang yang ada di lampu merah. Dengan pipi di buat sangat merah merona, dengan warna bibir sudah seperti terkena sengatan tawon rambut di kuncir tinggi yang di bagi dua, lalu ia menggunakan daster rumahan yang biasa ia gunakan jangan lupakan sendal selop kepunyaan Adit yang pasti sangat kebesaran di kaki mungil nya Laras.
Jangan lupakan senyum wajah yang amat di paksakan terkesan sangat ngeselin dengan senyuman yang seperti itu.
Ibaratnya senyum joker..
"Dad, yang benar saja aku mau di jodohkan dengan wanita yang seperti itu!" kesal anak laki-laki itu.
"Gimana ini Tuan Jefran?"
tanya Client ayah dengan nada yang sudah tak bersahabat.
"Hufttt, sepertinya kita akan memulai saja acara makan malam nya terlebih dahulu!"
putus Jefran dengan wajah yang sudah sangat menahan malu.
Brak
Client ayah malah menggebrak meja makan dengan kalimat yang dikeluarkan sangat pedas. "Saya disuruh makan lalu kami satu meja dengan anak Tuan yang wajahnya bahkan sama dengan badut di lampu merah sana! Bahkan lebih bagus badut yang ada di wisata Dufan dari pada wajahnya anak Tuan ini!" ejek sang client.
Laras dan Adit yang mendengarkan kata ejekan tersebut hanya bisa tersenyum miring tanpa adanya berniat marah karena memang itu adalah tujuannya.
Brak
Adit pura-pura emosi ia malah menendang keras kursi kosong yang ada disampingnya. "Anda kalau berbicara dengan adik saya yang sopan ya! Apa ini didikan anda menjadi seorang suami dan seorang ayah?" tanya Adit begitu sangat menusuk.
Sang anak dari client ayahnya tak terima ia malah melemparkan sendok makan kearah Adit namun di tangkap sempurna oleh Laras. "Jadi ini perilaku keluarga dari keluarga Darundara?" ejek Laras. Lalu ia membuka topeng yang menempel langsung di kulit wajahnya. "So, kalian bahkan anak anda tak masuk kriteria saya!" ujar Laras dengan sombong.
Seketika, Client sang ayah langsung memohon minta maaf karena ia telah menyinggung sang anak nya yang begitu sakit.
Jefran sendiri sudah tahu menemukan jawabannya, lalu ia senyum smrik mengikuti permainan anaknya.
"Maafkan saya, saya ngga bisa melanjutkan acara perjodohan ini! Karena saya sudah tahu jika tabiat anda seperti itu!" ujar Jefran sambil pergi meninggalkan area rumah makan.
"Tuan, maaf kan suami dan anak saya! Saya tak tahu jika anak anda memiliki wajah yang sangat cantik. Pasti ia akan cocok jika bersanding dengan anak saya Tuan!" ucap sang istri client sambil berlarian memohon pada Jefran.
Laras, Adit, dan Nayla hanya bisa jadi penonton saja. Tanpa berniat ingin membantunya.
"Terus kalau anak saya punya wajah seperti yang anda lihat dengan wajah yang pertama, apa kalian akan memohon seperti ini? Oh saya sudah tahu jawabannya, pasti tidak kan!" balas Jefran dengan nda yang sudah tak bersahabat.
Lalu Jefran memanggil satpam untuk menyuruh ketiga orang itu untuk keluar dari rumahnya dan memintanya untuk tidak kasih mereka akses supaya bisa masuk kedalam rumahnya.
Jefran memijat pangkal hidungnya, lagi-lagi Laras menyelamatkannya dari orang-orang yang sangat toxic.
"Yah, aku sama Laras mau ijin makan di luar, sekalian mau pergi ke toko buku karena ada sesuatu yang harus aku beli disana!" ijin Adit.
Jefran yang semula memijat pangkal hidung dengan mata yang terpejam pun akhirnya membuka matanya sambil menjawab. "Yaudah, kamu tolong jagain adik mu itu! Jangan sampai dia buat kegaduhan yang akan mempersulit hidupmu!" balas Jefran seraya bangkit dari kursinya untuk memulai makan malam bersama sang istrinya yang sudah lebih dulu menunggunya disana.
Laras dan Adit yang sudah mendapatkan ijin dari Jefran pun langsung mengeluarkan motor sport milik Laras, sengaja membawanya keluar karena nanti akan ada balap liar sesuai info dari Clara.
"Ahhh, makasih abangggg!" pekik Laras sambil memeluk Adit dari belakang.
"Ck, ada maunya aja lo bilang begitu!" balas Adit dengan cemberut.
Motor sport milik Laras membela jalan, Adit sengaja membawa Laras keluar karena sang abang tahu jika adik kesayangannya itu di jam segini pasti sangat lah bete. Adit memberhentikan kuda besi itu disebuah warung ada di pinggir jalan karena permintaan Laras jika ingin memakan pecel ayam yang ada di pinggir jalan.
"Lo mau pesen apa, Bang?"
tanya Laras seraya mendudukan bokongnya.
Adit melihat terlihat dahulu menu yang terpapang jelas disana, ia tak melihat daftar harganya karena menurutnya harga disana sangat lah pas sesuai isi yang ada di kantongnya.
"Gue pesen pecel ayam, tambah jeroan sama minumnya es teh aja" ujar Adit seraya mengembalikan menunya.
Laras mengangguk, ia sebelumnya sudah memesan menu favoritnya kini ia memesan pesanan bang Adit. Sambil menunggu, Laras membuka pertanyaan,
"Bang, nanti gue ada balap. Nanti bisa kesana dulu ngga?" tanya Laras dengan ragu, ia khawatir jika abangnya tak akan menginjinkannya.
Adit diam, memikirkan keputusan dari sang Adiknya. "Emang ngga ada yang gantiin lo apa?" tanya Adit dengan hati-hati.
"Ada aja sih, tapi gue pengen banget turun malam ini!” balas Laras dengan cepat.
"Hmmm" Adit berdehem dengan kepala naik turun,
Tak lama, makanan yang mereka pesan sudah diantarkan oleh penjual tak lupa dengan air di sebuah mangkuk untuk mencuci tangan.
"Kita makan dulu, baru kesana!" ucap Bang Adit,
Laras yang mendengarkannya langsung mengangkat bibir membentuk senyuman manis di mulutnya.
"Janji ya, Bang?" tanya Laras dengan sangat semangat.
Adit hanya mengangguk dengan yakin, mungkin dengan cara ini adiknya melupakan masalah yang ada dirumahnya.
Mereka berdua pun makan dengan nikmat tanpa adanya gangguan apapun, dengan lahap Laras menghabiskan makanannya karena ia sudah tak sabar jika akan berangkat kesan dengan persetujuan dari abangnya.
Dua puluh menit kemudian, mereka sudah selesai acara makan malamnya. Setelah Adit selesai dengan masalah pembayaran nya Laras langsung melompat keatas motornya dengan hati yang sangat gembira sekali.
Benar dengan penuturan kata-kata dari abangnya, ia benar-benar membawa ke jalan dimana Balap liar tersebut berada.
Tin
Tin
Bang Adit sengaja menelakson motornya karena ia melihat teman-temannya ada disana.
"Woaaahh, mimpi apa gue kalau lo bakal injek kaki ke jalanan kayak gini!" canda Danto.
Adit hanya berdecih sinis saja, memang ia tak mengenal dunia malam karena menurutnya sangat tak menarik ia lebih suka duduk di depan buku atau laptop untuk melihat tutorial pembahasan entah tengan pembelajaran atau tentang praktikum percobaan.
Berbeda dengan Laras yang sudah sangat fase dengan dunia malam bahkan tak ayal jika ia sering kucing-kucingan bersama polisi yang tengah patroli jalanan.
"Nih gue dipaksa sama si bocil!" ejek Bang Adit pada Laras.
Bugh
Laras malah melayangkan bogeman mentah ke lengan kekar sang abangnya hingga sang Empunya meringis kesakitan.
"Ck, lo ya yang ngajak keluar! Tapi lo sendiri yang fitnah gue, kalau gue yang maksa lo buat keluar" balas Laras denga sengit dengan mata yang sudah sangat sinis.
Adit hanya bisa terkekeh, ia hanya senang menggoda sang Adik. "Bercanda gue elah!" balas Adit sambil mengusap lengannya yang sakit.
Laras hanya bisa berdecih, lalu kakinya melangkah kearah Maria dan Clara yang sudah ada disana.
Plak
Tangan Laras menggeplak bahu kedua sahabatnya, "Woyyy,!" ujar Laras.
"Anj*ng! Bisa ngga sih lo jangan kagetin gue?" tanya Maria dengan ketus.
Laras hanya mengangkat kedua bahunya acuh, ia malah mencomot barang Nikot*n yang ada di depan Nika. Karena posisi mereka lagi duduk di tikar yang ada di atas rumput.
"Gimana?" tanya Clara,
Laras mengerutkan keningnya bingung, "Apanya?" tanya Laras karena ia tak paham jika Clara mengajak ngobrol siapa.
Clara menghembuskan nafasnya, "Lo katanya malam ini ada perjodohan, terus gimana kelanjutannya?" tanya Clara dengan meminum minuman yang sudah ia pesan.
Sebelum menjawab Laras lebih dulu mengeluarkan asap Nikot*n yang keluar dari mulut dan hidungnya. "Ya gitu, gue batalin tuh perjodohan dengan seperti yang biasa gue lakuin!" balas Laras dengan santai.
Maria mengerjap tak percaya, "Tapi kan rata-rata orang yang di jodohin sama lo, orang terpandang bukan? Orang yang tinggi jabatannya tak kalah jauh kan dari bokap lo?" tanya Maria kerena ia penasaran dengan sahabatnya ini.
"Yo know lah, alasan gue menolak perjodohan ini. Yang pertama masa remaja gue pasti selalu di kekang dengan adanya laki-laki yang di jodohin sama gue, dan yang kedua gue ngga mau dekat-dekat sama keluarga yang sangat toxic!" balas Laras dengan tenang, karena ia akan lebih dulu menghabiskan masa remajanya dengan ketiga sahabatnya itu.
Mereka terus mengobrol hingga Atlas menghampiri mereka mengatakan jika balap sebentar lagi akan mulai. Laras yang di beritahu pun langsung bersiap mendekati motornya yang sudah diperiksa oleh Atlas tadi.
"Ada apaan sih, kok tumben berisik banget?" tanya Maria, karena tak biasanya penonton akan ramai.
Surya yang sudah tahu dari sebelah pun langsung membuka suaranya, "Biasalah, Black Wolf ikutan juga malam ini. Siapa sih yang ngga tahu geng itu?
Palingan cuma abang lo aja yang ngga tahu!" balas Surya dengan kalimat diakhir sedikit mengejek abang Laras atau Adit.
Adit yang merasa tersindir pun hanya bisa memicingkan matanya tapi ia juga membetulkan apa yang ucapkan oleh temannya ini, sudah diingatkan di awal jika ia tak terlalu mengenal dunia malam.
Brum
Brum
Ketua motor Black Wolf sengaja menggeber motornya supaya bisa menarik sensasi dari penonton hingga tersorak heboh, hal itu malah membuat Laras menjulurkan lidahnya keluar seperti ingin muntah.
"Lah lo kenapa dah?" tanya Clara.
"Ngga!" balas Laras dengan singkat.
****
Di Markas Black Wolf..
Mereka tengah berkumpul bersama, malam ini mereka akan pesta dengan catatan mereka mampu melumpuhkan satu geng yang mengusiknya.
"Bro, malam ini ada balap liar di jalan Kemuning!" ujar Bima, dengan tangan memasukan makanan kedalam mulutnya.
Geo yang semula sedang tertawa pun menoleh ke arah Bima, "Yang benar lo?" tanya Geo memastikan.
Bima tak menjawab ia malah mengangguk dan mengeluarkan ponsel untuk memperlihatkan isi chat yang di berikan dari salah satu kenalan disana.
"Katanya geng Fallen Angel juga turun!" ujar Vano yang dapat bocoran.
"Fallen Angel?" gumam Geo tapi masih bisa di dengar oleh Bima.
"Itu loh, yang ketua nya sih Danto!" jawab Bima.
Geo mencoba mengingat wajah yang bernama Danto, kalau tidak salah gengnya pernah bersatu untuk membekukan salah satu geng yang suka buat onar.
"Oh, yang si bengkel nya namanya Atlas bukan sih?" tanya Geo dengan hati-hati takut salah sebut.
Bima dan Vano hanya mengangguk, oh ya Dion juga ada disana tapi karena ia yang sih paling bodo amat jadi ia tak mau menimbrungnya.
"Ayo lo juga mau turun ngga, Ge?" tanya Vano,
Geo hanya mengangguk dengan cepat sudah lama ia tak main-main, lalu ia pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk pergi kekamar yang akan bersiap-siap.
Geo yang meninggalkan area itu, diikuti oleh ketiga temannya. Begitupun dengan anak buahnya yang di ajak beberapa oleh Geo sebagai penjagaan selama di perjalanan.
"Udah?" tanya Geo saat melihat ketiga temannya sudah turun dari kamarnya.
"Udah dong! Harap-harap ada yang nyangkut satu di jok belakang gue" balas Vano.
Puk
Bima melempar wadah kosong kearah Vano hingga membuat meringis,
"Lo apa-apaan sih, anj*ng!?" tanya Vano dengan kesal.
Bima hanya diam tanpa berniat menjawabnya, lalu ia menyusul Dion yang sudah lebih dulu keluar tanpa menunggu yang lain.
Geo pun juga ikut menyusul meninggalkan Vano yang tengah menahan kekesalan pada Bima, "Ck, gue balas juga tuh kutu kupret!" gerutu Vano yang masih berdiam diri disana.
Tin
Tin
Lamunan Vano buyar karena suara klakson dari Geo mengejutkannya, "Anj*ng!" umpat Vano yang sudah setengah kesalannya itu.
"Lama gue tinggal!" ucap Geo ia langsung menancapkan pedal gasnya dan meninggalkan mereka yang masih ada di area Markas.
Tak butuh waktu lama mereka semua sudah membela jalan di tengah kota, dengan angin malam mereka membawa motor dengan kecepatan diatas rata-rata.
Tin
Tin
Saat mereka tiba sengaja Vano menelakson motornya hal itu membuat Geo dan Dion seketika mengumpat geram, sudah ia katakan berkali-kali jika sudah sampai jangan ada yang heboh karena mereka berdua tak mau jika motornya banyak di halangi dengan penonton.
Dan terbukti perlahan motor yang mereka tumpangi didekatkan dengan penonton yang ada disana lebih tepatnya hanya para perempuan lah yang mendekat.
"Bang*at lo ah!" umpat Geo pada Vano,
Yang di umpati hanya menyengir kuda saja dengan rasa bersalah ia malah senyam senyum dan gaya menggodanya.
Plak
Bima yang sudah geram menggeplak tekuk belakang Vano yang sudah orang kesetanan. "Muka lo kayak gitu, kayak orang kebelet bok*r!" ejek Bima dengan jahil.
Vano hanya berdecih saja, terlalu malas untuk membalas perbuatan Bima.
****
*Bersambung*
*Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
* Salam manis dari AUTHOR 🤭*
*ig @vera_meceela
@putri488241.