Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Hari ini, langit tampak cerah seakan turut berbahagia, menciptakan suasana yang pas untuk momen istimewa. Alvaro berdiri gagah dalam balutan jas hitamnya, tampak percaya diri dan penuh harapan. Di sampingnya, Arumi mempesona dalam gaun pengantin putih gading, sederhana namun elegan, yang semakin menambah keindahan hari ini.
Seluruh keluarga dan teman-teman terdekat berkumpul dalam sebuah ruangan yang dihiasi secara sederhana, tetapi penuh kehangatan. Cahaya matahari menyinari ruangan melalui jendela besar, memberikan sentuhan cerah pada suasana bahagia ini.
"Apakah saudara Alvaro sudah siap?" tanya penghulu dengan suara lembut namun menggema, memecah keheningan.
"Ya, saya siap," jawab Alvaro mengangguk, matanya menatap tegas ke arah Arumi yang duduk di sampingnya, penuh cinta dan keyakinan.
Senyum Arumi terlihat tulus, menerangi seluruh ruangan yang sudah terang benderang oleh sinar matahari. Suasana di ruangan itu terasa sangat hangat; setiap orang yang hadir mengenakan pakaian terbaik mereka, wajah-wajah bahagia berbaur dengan haru biru, semua mata tertuju pada dua insan yang siap mengikat janji sehidup semati.
Saat penghulu mulai membacakan ijab kabul, suasana langsung menjadi hening. Semua orang mendengarkan dengan seksama. Alvaro, dengan suara bergetar namun penuh tekad, mengucapkan ijab kabul, sementara tangan Arumi yang gemetar dipegangnya erat. Air mata kebahagiaan mulai mengalir di pipi Arumi, seakan memahami bobot janji yang baru saja mereka ucapkan.
Setelah pengucapan ijab kabul selesai dan sah, tepuk tangan meriah menggema di seluruh ruangan. Alvaro dan Arumi saling bertatapan, seakan berjanji akan selalu ada untuk satu sama lain, dalam suka dan duka. Dengan penuh kasih, Alvaro mencium kening Arumi—sebuah gestur penuh cinta yang disambut sorakan gembira dari keluarga dan teman-teman.
Di sudut ruangan, Bella, gadis kecil berumur tiga tahun dengan rambut keriting lucunya, duduk di pangkuan Rindu. Matanya berbinar-binar penuh harap saat dia mendengar perkataan Rindu.
Rindu dengan lembut mengelus kepala Bella, menatapnya penuh kasih. "Sudah ya, sekarang paman Al sudah jadi papa baru kamu," ujarnya, suaranya lembut tetapi pasti, berusaha menenangkan hati kecil yang mungkin bingung dengan perubahan besar ini.
Bella mengangkat wajahnya, memandang Rindu dan Sinta dengan rasa ingin tahu yang besar. "Benalkah aunty? Paman Al cudah jadi papanya Bella?" tanyanya, memastikan kebenaran informasi itu.
"Benar sayang, sekarang kamu punya papa baru seperti teman-teman kamu," jawab Rindu, menyadari bahwa ini adalah impian Bella yang terwujud.
"Bella bica panggil paman papa ya, aunty?" tanya Bella dengan hati-hati, khawatir Alvaro akan marah jika dia memanggilnya papa.
Rindu tersenyum, menghapus keraguan di hati Bella. "Tentu saja, sayang. Panggil saja seperti itu, papa Al akan senang sekali."
Sebagai jawaban, Bella tersenyum ceria, penuh harapan dan ucapan selamat datang untuk kehidupan barunya bersama papa dan momen bahagia ini.
Acara ijab kabul selesai, di lanjut acara makan-makan bersama keluarga besar Danendra, dan beberapa tamu undangan yang ikut hadir di acara tersebut.
Seperti biasa, Bella akan berdebat dengan Naka.
"Nangka Bucuk, Ini kue Bella, kamu ambil cendili jangan ambil puna ku" seru Bella sambil melototkan matanya, ketika melihat Naka hendak mengambil kue miliknya.
"Bagi cedikit cih, kue mu kan banyak. Kata oma nda boleh pelit, nanti di buang ke tong campah" ucapnya.
Bella mengernyitkan dahinya, tatapan matanya tajam menembus ruangan, seolah mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. "Memangnya ciapa yang belani buang Bella ke tong campah? nanti di pukul cama mama" ucapnya dengan nada tinggi, tangan mungilnya mengepal erat.
Di sisi lain, tidak ada satu pun yang berani menjawab pertanyaan itu. Kehadiran Alvaro sebagai ayah sambung membuat posisi Bella menjadi tak tergantikan. Siapa pun yang berani menyakiti gadis kecil itu pasti akan berhadapan dengan kemarahan Alvaro yang bukan main.
Julia, dengan rambut yang mulai memutih dan keriput di wajahnya, mendekati kedua cucunya dengan langkah gontai. "Tidak ada yang berani, sudah tidak usah berantem," ucapnya lelah, sambil mencoba meredakan ketegangan yang ada.
Kemudian, dengan isyarat tangan, wanita itu memanggil salah satu pelayan. "Tolong ambilkan kami kue," perintahnya, berusaha mengalihkan perhatian cucu-cucunya dari pertengkaran yang tidak penting tersebut. Suara lembutnya mencoba menenangkan suasana, sementara pelayan itu bergegas memenuhi permintaan Julia.
Julia menyodorkan beberapa potongan kepada Naka, yang matanya berbinar menatap hidangan lezat itu. "Naka, kalau mau kue bilang. Jangan ambil punya Bella," ucapnya lembut namun tegas.
Naka, mengangguk patuh. "Eum," sahutnya singkat, sebelum segera memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya yang kecil.
Pipinya membulat penuh sembari dia mengunyah dengan lahap, menikmati setiap gigitan.
Dari tempat duduknya Bella mengawasi dengan tatapan tajam. "cabal, makan itu cabal, nanti mecelek nda bica belnafas" tegurnya, mengingatkan Naka akan bahaya tersedak karena terlalu serakah.
Naka hanya mengangguk sambil terus mengunyah, tanda ia mengerti peringatan Bella, namun tak terlalu peduli karena terlalu sibuk menikmati kue lezat dari sang oma.
Suara musik mengiri pesta pernikahan mereka, penyanyi menyanyikan sebuah lagu untuk menghibur para tamu undangan.
Dari kursinya Bella berteriak sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Bella mau nyanyi, Bella mau nyanyi" teriak Bella.
Jason yang melihat hal itu pun langsung mengangkat tubuh Bella dari tempat duduknya, dan membawanya naik keatas panggung.
"Biarkan dia menyanyi" titah Jason, MC mengangguk, lantas memberikan mic nya kepada Bella.
Dari tempat duduknya Arumi membulatkan matanya melihat sang putri naik keatas panggung, ia takut Bella merusak acara.
"Mas, cepet ambil Bella, nanti dia membuat kacau acara ini" panik Arumi
"Sudah biarkan saja, daddy juga sama saja. Nanti sebentar lagi juga pasti ada yang menyusul ke atas panggung" sahut Alvaro santai.
Bella menerima mic tersebut, dan langsung mengeluarkan suara indahnya.
"Pelangi-pelangi alangkah indahmu, melah, kuning, hijau, di langit yang bilu, pelangi-pelangi ciptaan Tuhan"
Sorak sorai menggema di ruangan saat Bella menyanyikan lagu anak-anak yang populer. Namun, Naka, bocah yang selalu penuh energi, tampak gelisah di kursinya. Wajahnya mengerut tidak senang mendengarkan irama lagu yang di nyanyikan oleh Bella, menurutnya kurang meriah.
Tanpa ragu, Naka melompat dari kursinya dan berlari kencang menuju panggung. Cahaya sorotan membuat matanya berbinar saat dia naik ke atas dan merebut mikrofon dari tangan Bella yang terkejut.
"Kulang celu laguna. Cini, bial Naka yang nyanyi," ujar Naka dengan nada tegas, seolah-olah dia yang paling berhak mengatur acara.
Bella yang merasa terganggu, merengut dan berkata dengan nada tinggi, "Dacal nda copan!" kesal Bella.
Namun, Naka tidak terpengaruh. Dengan santainya, dia mengangkat bahu, tidak mempedulikan protes Bella. Dengan percaya diri, dia mulai menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama lagu yang dia ciptakan sendiri di tempat, menciptakan suasana yang lebih riuh dibandingkan sebelumnya.
Penonton yang tadinya terkejut, kini mulai terbawa suasana, tertawa dan bertepuk tangan melihat tingkah laku Naka yang spontan dan menggemaskan.
"Gala-gala cebotol minuman, Dia jalan cempoyongan, hobi anak muda cekalang, yang penting botol katana"
"Serrr..... Hobah.... Goyang terus Naka" ucap Jason ikut bergoyang, sambil memberikan uang saweran untuk Naka.
Bella tidak mau kalah, dia mendekatkan bibirnya ke mic yang di pegang oleh Naka.
"Pucing, Kalena minuman-minuman, Badan lucak kalena minuman, Uang abis kalena minuman, Akhilna kecana kecini ngutang"
Semua tamu undangan tertawa terbahak-bahak mendengar lagu yang di nyanyinya oleh Bella. Mereka beranjak dari tempat duduknya dan ikut bergoyang bersama Bella dan Naka. Suasana yang tadinya hambar berubah ramai gara-gara ulah kedua bocah kecil itu.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al