Pelet Sukmo Kenongo adalah jalan ninja Lisa untuk memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih yang sedang tak baik-baik saja.
Sayangnya, air yang menjadi media pelet, yang seharusnya diminum Reza sang kekasih, justru masuk ke perut bos besar yang terkenal dingin, garang dan garing.
Sejak hari itu, hidup Lisa berubah drastis dan semakin tragis. Lisa harus rela dikejar-kejar David, sang direktur utama perusahaan, yang adalah duda beranak satu, dengan usia lebih tua lima belas tahun.
Sial beribu sial bagi Lisa, Ajian Sukmo Kenongo yang salah sasaran, efeknya baru akan hilang dan kadaluarsa setelah seratus hari dari sejak dikidungkan.
Hal itu membuat Lisa harus bekerja ekstra keras agar tidak kehilangan Reza, sekaligus mampu bertahan dari gempuran cinta atasannya.
Di akhir masa kadaluarsa Ajian Sukmo Kenongo, Lisa malah menyadari, siapa sebenarnya yang layak ia perjuangkan!
Karya hanya terbit di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al Orchida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat Huhuhu
Lisa duduk di kursi pengemudi, fokus memegang setir. Sedangkan David duduk di sebelahnya, tenang, santai dan senyum-senyum sinting.
Mesin sudah menyala, dan Lisa diarahkan David untuk berputar beberapa kali dulu di lapangan parkir belakang kantor yang cukup luas, sebelum turun ke jalan.
“Siap, Lis?”
“Hehehe grogi, Pak!” kata Lisa sambil menginjak pedal gas pelan-pelan. Mobil mulai bergerak maju, agak tersendat karena Lisa masih adaptasi dengan kedalaman akseleratornya.
“Oke, not bad! Ntar juga lancar kalau udah biasa pake. Ayo mulai muterin parkiran ini dulu!”
“Kalau nabrak tembok, tetap dapet bonus akhir tahun nggak, Pak?” tanya Lisa seraya menahan tawa kecil.
“Dapet! Apa sih yang nggak buat kamu?”
Lisa tertawa lebih lebar, lalu membatin : orang kalau kena pelet emang suka aneh. Perubahannya bisa sampai sembilan puluh derajat, yang biasanya tiarap pun bisa langsung tegak
“Jangan gitu dong pak … ntar kalau aku nyaman, bapak yang puyeng!”
David menyahut dengan nada kalem tapi jenaka, “Kalau kamu udah nyaman ya ayo kita naik pelaminan, ngapain juga aku harus puyeng?”
Lisa spontan menginjak rem, hingga badan David terhuyung ke depan. Untung mobil jalan dengan kecepatan rendah, jadi masih sangat aman untuk keduanya.
“Apa, Pak? Pelaminan?” Lisa cepat-cepat menoleh ke samping, dimana David menumpahkan sedikit air mineral yang akan diminum. “Ma-maaf, Pak! Itu tadi nggak sengaja ngerem mendadaknya.”
“Oke, sekarang coba parkir mundur tanpa nyenggol sedikit pun dua cone oranye itu!” tunjuk David ke ujung parkiran yang sudah kosong. Mengabaikan keterkejutan Lisa karena candaannya yang serius keluar dari hati.
Lisa kembali fokus ke depan karena David sepertinya tidak tertarik membahas pelaminan lebih lanjut. “Siap!”
“Setelah berhenti sebentar di situ, lanjut jalan ke parkiran depan, masuk ke area khusus direksi, dan parkirkan mobil ini di tempat yang disediakan untuk dirut. Kalau sukses tanpa hambatan, aku traktir kopi!”
“Oke!” ujar Lisa mengulas senyum menantang. “Kalau aku melakukan kesalahan, berarti kopinya aku yang bayar?”
“Kalau kamu melakukan kesalahan, kamu harus berani nganter aku pulang sebagai bagian dari test drive tingkat lanjut!”
Lisa bertanya seperti orang kumur-kumur. “Bukannya bapak bawa mobil ya?”
“Dibawa Diana!” jawab David singkat.
“Lah Mbak Diana tadi kesini naik apa, Pak?” tanya Lisa sambil memutar setir untuk memasukkan mobil ke dalam dua batas yang dimaksud David. Hasilnya sukses, tanpa kesalahan.
“Dianter sopir. Dia tadi ngajak aku ke agensi model, tapi aku nggak bisa karena banyak kerjaan, jadi aku suruh bawa mobil sendiri.”
Lisa lanjut mengemudi ke parkiran depan dan berhenti di tempat mobil dirut biasa terparkir, tanpa kesalahan berarti. “Gimana, Pak? Jadi traktiran kopi nggak ini? Kalau jadi aku mau telpon ibuk dulu, mau ijin pulang telat.”
“Oke, karena kamu yang bawa mobil, kamu bebas pilih kafe mana yang enak buat nyantai,” jawab David.
Dua puluh menit kemudian, Lisa membelokkan mobil ke sebuah kafe anak muda yang kata Nina menyediakan ragam makanan dan kopi Nusantara. Lisa mengambil parkir di bagian depan kafe yang masih lengang kendaraan.
Namun, Lisa tidak jadi turun dari mobil. Ekspresinya yang semula ceria mendadak surut, berubah datar cenderung muram.
“Ada apa, Lisa? Kenapa nggak jadi turun? Mau pindah ke tempat lain?” cerca David sambil mengamati teras kafe, dimana beberapa sejoli sedang bersantai.
David langsung mengerti alasan Lisa tidak jadi turun dari mobil, tapi ia tidak mau membahas itu lebih dulu.
Lisa diam di belakang kemudi cukup lama, lalu mengambil tisu untuk mengeringkan air yang menggenang di sudut matanya. Tubuhnya bergetar samar karena berusaha keras menahan tangis dan menyembunyikan isaknya.
“Lisa … are you okay?” David menarik beberapa lembar tisu, lalu memberikannya pada Lisa yang malah jadi tersedu-sedu karena pertanyaannya.
Dari tempat duduknya, David bisa melihat Reza yang sedang tertawa lepas sambil membelai rambut asistennya di teras kafe. Keduanya masih mengenakan pakaian kerja, jadi mungkin mereka ada di sana sejak sore.
Lisa menunduk. Air mata yang ia tahan-tahan akhirnya tumpah dengan derasnya. Ia sampai menutup wajah dengan tangan ketika tubuhnya berguncang karena tangisan.
Butuh waktu tiga menit untuk Lisa bisa menguasai diri. Ia baru bicara setelah mengulas senyum kecut.
“Aku pikir semua sudah selesai ketika kami sepakat untuk putus. Aku pikir aku adalah wanita kuat, yang akan baik-baik saja ketika melihat mantan bahagia dengan pilihannya.”
David menyimak tanpa menyela, memberikan ruang dan waktu bagi Lisa untuk mencurahkan isi hatinya.
“Bapak tau nggak apa yang ingin aku lakukan setelah melihat adegan mesra Reza dan asistennya?”
“Nggak,” jawab David dengan ekspresi datar, serius dan menjengkelkan.
Kontan saja Lisa tertawa, kesal, gemas tapi juga keki dengan tanggapan bosnya yang sempat-sempatnya bercanda dalam situasi rumitnya.
“Aku pengen lari kesana, Pak! Pengen banget jambak-jambak rambut cewek itu, pengen nyiram muka Reza dengan minumannya. Pengen nampol keduanya. Pokoknya pengen ngamuk sejadi-jadinya buat melampiaskan emosi.”
David belum sempat melempar candaan yang bersifat simpatik saat Lisa melanjutkan kalimatnya.
“Kenapa sih Reza harus sama Viona? Kenapa harus sama orang yang setiap harinya ada kemungkinan untuk aku temui.”
Hening selama tiga detik.
“Aku sakit hati kalau harus melihat mereka berdua-dua di kantor. Sakit hati kalau mendengar teman-teman bergosip soal mereka saat makan siang.”
Hening lagi selama dua detik.
“Eh … sekarang malah lihat mereka bermesraan di depan mata, di saat aku ingin cari ketenangan di tempat ini.”
David akhirnya memutuskan tak bicara, tapi lebih ke khidmat mendengarkan semua uneg-uneg sekretarisnya sampai tuntas.
Namun demikian, mata David tak lepas dari menatap sosok-sosok di teras kafe yang sedang makan sambil bercanda dan tertawa bahagia.
Lisa menoleh ke arah bosnya, dengan mata yang masih merah dan sembab. “Pak … traktiran kopinya bisa ganti hari lain nggak? Aku lagi nggak mood banget.”
“Nggak mau diganti dengan makan malam, nonton, jalan-jalan sama belanja bulanan?”
“Pak, aku lagi serius!” gerutu Lisa. Memang ada sekretaris yang belanja bulanannya ditanggung bos? Itu sih sekretaris plus-plus alias temen tidur pak bos, batin Lisa.
“Emang aku kelihatan lagi bercanda?”
“Dah lah aku anterin bapak pulang aja, udah malem, nanti bapak dicari sama….”
Lisa tercekat saat menyadari kalimatnya. Ia tidak berani melanjutkan karena tidak memiliki kepentingan untuk tahu pribadi bosnya lebih dalam. Ia pun segera mengalihkan topik pembicaraan.
“Maaf udah curhat nggak tepat waktu, and thanks bapak udah mau dengerin aku ngoceh nggak jelas barusan. Jangan bilang siapa-siapa kalau aku nangis bombay begini ya, Pak! ”
“Oke.” David tersenyum tipis, tak berniat menanggapi kalimat Lisa yang pertama. Akan ada waktu tersendiri untuk Lisa tahu semua tentang dirinya, tentang keluarganya.
Namun begitu, David mendapatkan ide cemerlang dari kejadian barusan. Ia akan memberikan Reza promosi naik jabatan dalam rapat divisi besok.
Pegawainya yang rajin, disiplin, berdedikasi tinggi dan berprestasi itu sudah layak diangkat sebagai General Manager. Hanya saja tidak di kantor pusat. Melainkan di kantor cabang. Di luar kota. Jauh dari Lisa.
Sedangkan untuk asisten Reza, David punya rencana sendiri untuk mengurusnya.
Bersambung,
temen yg super konyol masabiya mau dipelet yg pke seumur hidup hadeh
lama kelamaan juga reza pasti nyesel lis apalagi kalo kualitas kamu makin bagus..
jd selama ajian belum berakhir pepet trroos mas dave nya jd pas ajian itu kadaluarsa mas dave udh ngerasa nyaman ama kamu lisa..dan kalaupun reza kembali hushus hempas jauh2 mantan bastard mu itu😆😆😆
salah soal masa expired tuh pelett. bener tak sih...
seratus juta little kiss hemm, gimna klo......
meledak lis🤣🤣🙈🙈