Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 15 cerita ke papa
Perdebatan kecil itu ternyata masih berlanjut hingga esok hari.
Saat terbangun, mereka semua sarapan termasuk Dion juga ada disana, pastinya dengan wajah masam Brian karena kehadiran sepupu Laura itu.
Saat selesai, bekal pun sudah Laura siapkan. Kini ia membantu Brian memasang dasi, "senyum dikit lah sayang! Ini masih pagi lohh.... " Pintanya lirih.
"Hufhh... Mas nggak ada sesuatu yang mau mas bicarain lagi ke aku?"
"Kan semalam mas sudah cerita sayang?"
"Maksudnya apa masih ada yang lain?" Tanyanya lagi berharap Brian langsung peka.
"Yang lain? Hmm nggak ada sih sayang!? Ohh atau kamu mau belanja? Nanti sepulang dari kantor kita shopping!"
"Mas yakin nggak ada? Coba deh mas pikirin lagi!"
"Enggak Ra... Emangnya kamu berharap mas mau bicarain apa?" Katanya, lalu melihat jam tangan, "aku udah mau telat ini... Aku harus ke kantor sekarang!"
Buru-buru ia mengambil tas dan ponsel yang masih tercharger, ia berjalan cepat menuju pintu, tapi langkahnya seketika terhenti lalu berbalik mengecup kening, pipi dan yang terakhir mengecup bibir Laura yang masih mematung dengan fikirannya yang tak karuan.
"Aku pergi dulu ya sayang!" Pamitnya.
"Kok bisa mas Brian nggak mau ceritain soal perempuan itu sih? Kalaupun itu temannya pasti dia bakalan cerita apalagi dia pergi gitu aja selama beberapa jam!" Gumam Laura.
Bukan tanpa sebab Laura tak menanyakan itu secara langsung pada Brian, ia hanya takut kalau perempuan itu ternyata bukan temannya bagaimana? Apalagi dia melihat sendiri Bria menemaninya bersalin.
Rasanya tak ingin pernikahan yang baru seumur jagung itu tiba-tiba kandas karena orang ketiga. Apalagi Laura sendiri belum yakin 100% dan kurang bukti yang akurat.
Laura kemudian pergi kekamar papanya, sambil membawa buah apel. Melihat kondisi papanya yang sudah lebih segar dari kemarin membuat Laura tersenyum lebar.
"Suamimu sudah berangkat kerja?" Tanya papanya.
"Iya pah! Papa mau apel nggak? Aku kupasin dulu yah!"
Sambil mengupas apel, papa Laura yang berdiri dekat jendela pun berkata, "Kamu sudah bicara sama suami kamu?"
"Bicarain apa pah?" Tanya Laura pura-pura tak tau.
"Kamu lupa apa yang papa bilang kemarin ya Ra? Kalau ada masalah kamu ceritakan semuanya sama suami kamu, jangan di pendam, nanti malah kamu yang stress!"
"Aku nggak ada masalah kok pah!"
Papanya menghela nafas, "kamu itu anak papa satu-satunya, jadi papa sangat tau bagaimana sifat kamu!"
Laura terdiam, dia hanya fokus pada apel yang diirisnya.
"Nak! Menikah itu wadah mendapatkan kebahagian, jadi nggak boleh sembarangan pilih pasangan, nanti kalau salah pasangan maka bukan kebahagiaan yang bakalan di dapat, tapi malah penderitaan!"
Laura mendengarkan secara seksama.
"Dan kuncinya langgeng itu komunikasi! Ada sesuatu ceritakan, mau itu soal kerjaan, uang, masalah dapur... Ceritakan semua sama suami kamu! Biar beban yang ada di fikiran kamu juga berkurang sayang!" Tutur papanya.
"Tapi kalau dianya nggak mau dengar keluhan kita gimana tuh pah?"
"Ehm... Sepengalaman papa waktu almarhumah mama kamu masih hidup, memang kita sebagai laki-laki itu capek banget kalau pulang kantor, maunya langsung rebahan nggak ada menye-menye lagi tapi mama kamu biasanya pijitin papa sambil sambil buatin kopi terus curhat! Jadi capeknya papa hilang, stresnya mama kamu juga berkurang!"
Laura mengangguk paham, "Tapi pah! Aku nggak suka kalau kitanya cerita panjang lebar terus dianya cuman jawab hmmm... Iya, terus? Kita itu maunya diimbangi gitu loh pah! Kita sebagai perempuan juga mau mendengarkan semua keluhan dari pasangan kita!"
"Itu artinya dia benar-benar mendengarkan cerita kamu! Nak... Kita cari pasangan itu untuk jadi teman cerita kita seumur hidup biar nggak kesepian, eh tapi tunggu dulu... Jadi masalah kamu sama Brian itu soal komunikasi ya?" Tebak papanya setelah bercerita panjang lebar.
"Komunikasi ku sama mas Brian baik kok pah! Aku nggak masalah sama kesibukan dia karena aku sendiri juga sibuk! Cuman ada sesuatu yang terus bikin aku marah karena dia nggak mau cerita soal.... "
Hampir saja Laura kecoplosan, ia menengadah mendesah sambil meletakkan pisau yang ada di tangannya.
"Nanti aku bakalan cerita ke papa kalau semuanya udah jelas ya pah!" Katanya memelas.