NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tangkapan Raksasa dan Pesta Pantai

"Datang ke sekolah?" Tanya Iyuna memastikan, nadanya datar seperti biasanya sambil menekan ponsel lebih erat ke telinga, tubuhnya bersandar ke dinding kamar mandi yang dingin dengan bahu menyentuh permukaan keramik.

"Benar" Ucap Alta tegas dari telpon, suaranya terdengar jelas melalui speaker yang agak retak.

"mengapa? Dan kapan?" Tanya Iyuna datar sambil mengalihkan pandangannya ke langit-langit kamar mandi, jari-jarinya mengetuk pelan dinding dengan irama yang tidak beraturan.

"Ee, mungkin besok?" suara Alta terdengar ragu-ragu dari ujung telepon, diselingi suara napas yang tertahan.

"Kalau alasannya, yeah, Sherin kan ketua kelas" Ucap Alta di telpon dengan nada yang mencoba terdengar yakin, meski masih ada keraguan di suaranya.

"Huh~" Iyuna menghela napas panjang sambil menurunkan bahu, matanya memejam sejenak dengan ekspresi lelah yang samar.

"Baiklah, akan kusampaikan" Ucap Iyuna datar sambil menggeser posisi tubuhnya, kemudian menurunkan ponselnya dari telinga dengan gerakan lambat.

"Tunggu!" Ucap Alta menghentikan Iyuna dengan suara yang tiba-tiba meninggi, terdengar jelas meski ponsel sudah agak jauh dari telinga.

"Apalagi?" Tanya Iyuna datar sambil menaikkan kembali ponsel ke telinga, alisnya berkerut menunjukkan ketidaksabaran yang mulai muncul.

"Kau harus ikut bersama Sherin" Ucap Alta dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya, suaranya terdengar mendesak.

"Ogah, mengapa aku harus ikut?" Tanya Iyuna datar sambil menatap layar ponselnya yang menampilkan durasi panggilan, jari telunjuknya menggores-gores dinding kamar mandi.

"Yeah, kan Sherin ngga tau apa apa" Jawab Alta dengan nada yang sedikit memohon, suaranya terdengar khawatir.

"Dia juga butuh Wakil kelas juga kan?" Ucap Alta sambil menarik napas dalam, seolah mencari argumen yang lebih kuat.

"Wakilnya Eid, bukan aku" Elak Iyuna sambil menggeleng pelan, tubuhnya bergeser dari dinding dengan gerakan enggan.

"Oh yah? Pokoknya kau harus ikut!" Pinta Alta tegas dengan suara yang meninggi, terdengar seperti hampir berteriak.

"Gantikan Eid!" Lanjut Alta tegas dengan nada yang tidak menerima penolakan, suaranya bergema di speaker ponsel.

"cerewet sekali" Monolog Iyuna sambil memutar mata, ia kemudian menekan tombol merah untuk menutup ponselnya tanpa mendengarkan Alta, layar ponsel meredup dan kembali ke menu utama.

Setelahnya, Iyuna berjalan keluar kamar mandi dengan langkah cepat, kakinya melangkah di atas bebatuan yang licin dengan hati-hati, kemudian berlari kecil ke arah Rakha sambil memegang ponsel erat di tangan.

"siapa yang menelponmu tadi?" Tanya Rakha sambil menoleh dari posisinya, duduk bersila memegang jorannya dengan kedua tangan, matanya menatap Iyuna dengan ekspresi penasaran.

"Bukan seseorang yang penting" Jawab Iyuna datar sambil menyimpan ponsel ke saku, tubuhnya berdiri di samping Rakha dengan postur tegap.

"Dia hanya bertanya soal pr" Lanjut Iyuna sambil mengalihkan pandangan ke arah laut, tangannya melipat di depan dada.

"Huh~" — "Baiklah kalau benar begitu" Ucap Rakha sambil mengangguk pelan, ia kemudian berdiri dari posisi duduknya dengan gerakan lambat, tangannya menepuk-nepuk pasir yang menempel di celana.

"sudah sore nih, ayo kita kembali untuk makan" Ajak Iyuna sambil mengangkat sebelah tangan menunjuk ke arah karpet piknik di kejauhan.

"Yeah, kau benar. Tapi, belum ada satupun Ikan yang kudapatkan" Ucap Rakha sambil menundukkan kepala dengan bahu yang turun, tangannya menggenggam joran dengan erat.

Iyuna menatap sejenak dengan mata yang menyipit, kemudian berjalan dengan langkah cepat ke arah ia menaruh senar pancingnya di tepi bebatuan. Matanya membulat lebar memperhatikan senar itu, ia merasa senar itu semakin memanjang ke arah laut dengan tarikan yang kuat, ujung senar bergerak-gerak di permukaan air.

Iyuna dengan segera berlutut dan mengambil sarung tangan kainnya dari saku, memasangnya dengan gerakan cepat pada kedua tangan, "He? Ada apa Iyuna?" Tanya Rakha sambil berjalan mendekat, memperhatikan Iyuna dengan alis terangkat bingung.

Iyuna segera bangkit dan berlari menuju senar pancingnya, ia kemudian mencengkeram senar dengan kedua tangan berkeringat, menariknya dengan kekuatan penuh dan merasakan ada yang menarik balik dari arah berlawanan dengan tenaga yang sangat besar.

"Rakha-Senpai, ban—tu" ucapan Iyuna terputus-putus karena napasnya tersengal.

"A—ku" Ucap Iyuna dengan suara yang teredam, menarik kuat senar tebal itu sambil tubuhnya condong ke belakang, kakinya bertumpu kuat di bebatuan.

"he? Oh iya, baiklah!" Ucap Rakha sambil mengerjapkan mata beberapa kali, lalu segera berlari dengan langkah tergesa ke belakang Iyuna, kakinya hampir terpeleset di bebatuan yang basah.

Ia berhenti tepat di belakang Iyuna dengan jarak yang sangat dekat, dan memperhatikan punggung Iyuna yang bergerak naik turun karena napas tersengal, wajahnya sedikit merona sambil menelan ludah dengan gugup.

"Ce—pat—lah" Ucap Iyuna dengan suara putus-putus, menahan beban berat di tangannya sambil tubuhnya bergetar karena tenaga yang terkuras, keringat mulai mengalir di pelipisnya.

"He? Ba—baiklah" Ucap Rakha sambil menelan ludah sekali lagi, wajahnya semakin merah, ia kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggang Iyuna dengan hati-hati, dan menarik tubuh gadis itu ke belakang dengan kekuatan penuh.

Ikan terus menarik senar Iyuna kesana kemari dengan gerakan yang liar, sesekali terlihat duri besar berwarna coklat muncul dan menghilang di permukaan air laut yang berbuih, menciptakan riak-riak besar di sekitar bebatuan.

Setelah 30 menit lebih perlawanan sengit dengan ikan yang terus berontak, kekuatan tarikan mulai melemah, ikan mulai terlihat jelas bentuknya di bawah tebing itu dengan sisik yang berkilau terkena sinar matahari sore. Iyuna dengan napas yang tersengal mengangkat ikan yang sudah tak berdaya itu ke atas bebatuan. Tentu, dengan bantuan Rakha yang menarik dari belakang.

"Hwah" — "huh—huh—huh" Rakha langsung jatuh duduk di atas bebatuan setelah berhasil mengangkat ikan itu, dadanya naik turun dengan cepat, tangannya bertumpu ke belakang untuk menyangga tubuh.

Benar, mereka telah menangkap seekor ikan kerapu raksasa dengan ukuran hampir menyamai tubuh Iyuna, sisiknya berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik yang tersebar di seluruh tubuhnya.

"Besar sekali..." Gumam Iyuna takjub sambil berjongkok menatap ikan itu, matanya menyapu seluruh tubuh ikan dari kepala hingga ekor, tangannya terangkat seolah ingin menyentuh tapi masih ragu.

"Huh—huh—huh" — "Kau benar, apa yang akan kita lakukan dengan ikan sebesar ini?" Tanya Rakha sambil mengusap keringat di dahi dengan punggung tangan, matanya ikut menatap ikan raksasa itu dengan ekspresi tercengang.

Iyuna berpikir sambil meletakkan jari telunjuk di dagu, kepalanya miring ke kanan dengan mata yang menatap ke atas, "Hmm.., untuk sekarang kita bawa ke Eid dan Sherin dulu" Ucap Iyuna sambil berdiri, menyentuh mulut ikan itu yang masih bergerak lemah dengan ujung jari.

Mereka berdua bekerja sama mengaitkan tali yang kuat ke mulut ikan itu dengan simpul yang rapat, lalu menggeretnya perlahan-lahan ke arah Eid dan Sherin sambil berjalan berhati-hati di atas bebatuan yang licin.

Sesampainya di tempat karpet piknik, "Wahhh, keren!" Ucap Sherin antusias sambil melompat dari posisi duduknya, menatap ikan itu dengan mata berbinar terang dan mulut yang terbuka lebar karena terkejut.

"Benar, bagaimana bisa kalian menangkap ikan sebesar ini?" Tanya Eid heran sambil berdiri dan berjalan mengelilingi ikan, matanya menyapu dari ujung kepala hingga ekor dengan ekspresi tidak percaya.

"Ya Bisa lah, kenapa kau berpikir tidak?" Jawab Iyuna sambil melepas sarung tangannya, menatap Eid dengan ekspresi datar namun ada rasa bangga yang tersirat.

"Be—benar juga" — "lalu, kita apakan ikan ini?" Tanya Eid bingung sambil menggaruk kepalanya dengan gerakan lambat, matanya terus menatap ikan itu dengan pikiran yang berkecamuk.

"Kita bakar saja malam ini disini!" Usul Sherin antusias sambil bertepuk tangan dengan semangat, tubuhnya melompat-lompat kecil di tempat.

"Kita bakar dimana?" Tanya Rakha bingung sambil melihat sekeliling pantai, tangannya terangkat menunjuk ke berbagai arah.

"Bukankah sudah kubilang aku membawanya?" Ucap Sherin sambil tersenyum kecil, kemudian menunjuk ke arah tas besar yang ia bawa, matanya berkilat bangga.

"Tapi, sebanyak ini? Apa kita bisa menghabiskannya?" Tanya Eid sambil mengangkat kedua tangannya dengan gerakan ragu, matanya menatap ikan raksasa itu sekali lagi.

"Kalau itu, kita jual saja ke pengunjung pantai malam ini! Sekalian ajak mereka bakar bersama!" Usul Sherin bersemangat sambil mengepalkan kedua tangan di depan dada, matanya berbinar dengan ide cemerlang.

"Boleh juga sih itu, aku juga akan ajak Lucy dan Fyona kesini nanti untuk membantu" Respon Rakha sambil mengangguk dan meletakkan tangan di dagu, berpikir dengan serius tentang rencana tersebut.

"Bagaimana, Iyuna?" Tanya Sherin sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Iyuna, wajahnya menunjukkan ekspresi penuh harap.

"Boleh" Jawab singkat Iyuna sambil mengangguk pelan, tangannya melipat di depan dada.

"Yosh! Baiklah kalau begitu!" Ucap Sherin sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, mengepal dengan antusias, senyum lebar terpampang di wajahnya.

Malam itu juga....

Pantai dipenuhi oleh asap bakaran tebal yang menggoda dengan aroma ikan bakar yang menyebar ke seluruh area, Lucy dan Fyona bersiap sedia berdiri di belakang meja kayu panjang dengan bakaran yang telah matang tertata rapi di atas meja itu, wajah mereka berkeringat karena panas api. Sedangkan Sherin sedang sibuk membakar dengan gerakan terampil di belakang mereka, tangannya mengipas-ngipas api dengan daun kelapa kering.

"Ini..." Ucap Lucy sambil tersenyum ramah, memberikan sebungkus bakaran yang masih mengepul ke tangan pembeli dengan gerakan hati-hati agar tidak terjatuh.

"Tak kusangka, ide Sherin benar benar bekerja dengan baik" Ucap Iyuna sambil berdiri tegak di tepi pantai, menatap bulan purnama yang terpantul di permukaan air laut yang tenang. Tubuhnya bersandar santai sambil memegang piring keramik berisi ikan bakar yang masih hangat, sesekali mengunyah dengan perlahan.

Rakha berdiri di samping Iyuna sambil tersenyum kecil, matanya ikut menatap pemandangan malam yang indah, "Benar kita jadi bisa dapat uang juga" Ucap Rakha sambil menghitung lembaran uang di tangannya.

Iyuna menoleh sejenak ke arah Rakha kemudian kembali menatap bulan, tersenyum kecil dengan ekspresi yang jarang terlihat, "Benar, kurasa sesekali begini menyenangkan juga" Gumamnya dengan suara kecil yang hampir tertelan suara ombak, menatap bulan yang berkilau terang di atas laut pantai yang damai.

1
Jumpri Cry
semangat
Jumpri Cry
lanjut
Jumpri Cry
lanjut, semangat
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!