"Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!"
Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima.
"Seharusnya, Saya yang bertanya sama Kamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?"
Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pemikiran
"Bella hamil Om," Tatapan mata Laras seolah cambuk, dan kata-kata yang menguak fakta menjadi sengatan hebat bagi Bima.
"Tadi di Kampus, Bella datang menemuiku Om, Dengan dtama luar biasa, Bella memintaku untuk berbicara kepada Alex, agar mempertanggung jawabkan perbuatannya." Kembali Laras menjelaskan seperti apa yang terjadi antara dirinya dengan Bella tadi.
Laras bisa merasakan dan mendengar deru nafas berat dan emosi yang tertahan dari Bima.
"Om, Alex harus tanggung jawab." Kini netra Laras beradu pandang dengan netra milik Bima.
"Nanti Kita bicarakan lagi, sekarang sebaiknya Kita makan dulu."
Anggukan Laras seiring langkah Kaki yang mengikuti langkah Bima duduk di meja restoran dalam ruang privat yang memang Bima pilih bagi keduanya.
*
"Lo udah gak waras ya! Lo pikir dengan Lo ngedrama kayak tadi di Kampus, Gue akan nikahin Lo Bel? LO SALAH!" Alex yang baru saja sampai Apartemen dan melihat keberadaan Bella disana dibuat semakin murka.
"Lo tahu, gara-gara Lo! Gara-gara Lo, Bokap Gue dan Laras, Mereka nikah! Lo tahu Bel, sekarang Laras Ibu Tiri Gue! Dan itu semua gara-gara Lo!" Bentak Alex sambil menunjuk-nunjuk wajah Bella.
"Lo lupa Lex, Lo sendiri yang bilang, kalo sama Laras Lo gak bisa bebas, Lo mau have fun tapi Laras sangat kolot, gak mau disentuh sebelum nikah! Lo lupa Lex!" Kemarahan Bella semakin menjadi.
"Ya, emang Gue butuh Lo sebagai pelampiasan doang! Tapi Lo bodoh, dengan Lo biarin diri Lo hamil! Banyak cara! Dan Gue yakin Lo sengaja kan!" Alex dengan senyum mengejek Bella.
"Demi Tuan Lex! Gue gak ada niat jebak Lo!"
"Jangan bawa-bawa nama Tuhan! Karena Lo dan Gue udah gak pantes buat pake nama NYA!"
Alex mengeluarkan nikotin dan barang itu menjadi pelampiasan Alex sebagai pelarian.
Bella, dengan tangisnya yang memilukan, antara sedih dan marah meramu menjadi satu, entah Ia harus menyesal atau bagaimana. Nasi sudah menjadi bubur. KINI, yang Ia hadapi tak hanya soal kehamilannya tapi Alex Si Keras Kepala yang tak mau bertanggung jawab.
Bella menyeret langkahnya kekuar Apartemen Alex, tak ada penahanan, Alex malah tersenyum saat Bella keluar sambil menatap nyalang kepadanya.
"Betina, bikin susah aja!"
Bella membanting pintu Apartemen Alex saat keluar dan dalam tangis penuh kekecewaan Bella pergi meninggalkan Alex yang terlihat penuh emosi dan kemarahan
*
"Om, apa sebaiknya Kita pulang saja kerumah Om?" Laras memperhatikan betul perubahan ekspresi Bima sejak tahu bahwa Alex menghamili Bella.
Laras sendiri belum membahas lebih jauh mengenai Alex bagaimana.
"Saya sudah janji sama Papa dan Mama, Kita akan bahas soal persiapan pernikahan Kita Ras."
"Om," Laras memberanikan diri, membawa jemari kekar,panjang-panjang milik Bima dalam genggamannya.
"Maaf Ras, Saya gak tahu harus bagaimana." Luruh juga pertahanan Bima.
"Sejak kecil, Saya yang merawat Alex. Tangan ini, memandikannya, menyuapi makannya dan bahkan menitah Alex kala belajar berjalan. Tapi Saya gagal Ras, Alex sudah berbuat diluar batas."
Laras membawa Bima dalam pelukannya. Bisa Laras rasakan kepiluan dan kekecewaan seorang Bapak yang merasa gagal mendidik dan menjaga Putranya hingga salah melangkah.
"Dulu, Saya bisa gila Ras hanya dengan Alex GTM, susah makan, sampai akhirnya Alex masuk rumah sakit, diinfus kurang cairan. Saat itu, Saya terlalu sibuk mengembangkan bisnis yang memang masih merintis. Saya merasa gagal menjaga Alex. Tapi sekarang,"
Laras menepuk perlahan punggung lebar Bima, mengusapnya lembut, mengalurkan ketenangan dan kenyamanan.
"Sekarang, Saya seolah jauh dengan Putra Saya, Saya pikir selama ini sudah memberikan yang terbaik bagi Alex, tapi rupanya Alex tumbuh menjadi Pria Brengsek, Dia menyakiti Kamu, Dan sekarang dia menghamili perempuan Ras."
Runtuh juga pertahanan Bima, bisa Laras rasakan airmata Bima menetes dipunggungnya. Laras masih diam saja, membiarkan Bima dengan leluasa menumpahkan segala sesak dalam dadanya. Laki-laki tak harus pura-pura tegar dan kuat, ada masanya bagi Mereka dengan kesadaran dan penerimaan meluapkan perasaan didada.
"Saya gagal jadi Ayah Ras. Saya Gagal." Kalimat yang begitu syarat makna dan terucap dengan bibir bergetar dari mulut Bima.
"Mas, Silahkan keluarkan semua yang Mas rasakan. Aku disini, Aku siap mendengar semua keluh kesah Mas, Ada Aku yang akan selalu menemani dan membersamai Mas. Jangan sungkan, lepaskan saja!" Laras dalam ketenangan dan damai, membersamai Bima yang kini rapuh dan butuh sandaran.
*
"Lo ngapain disini Lex?" Salah satu teman Alex menghampirinya.
Alex enggan menjawab, matanya terfokus pada gelas bening yang sudah berapa kali Ia teguk air haram yang kini hampir habis dalam botol-botol laknat pemberi penyelesaian palsu.
"Oke, Gue gak akan ganggu Lo!" Alex mengangkat gelasnya, memberikan kode bahwa Ia mau menambah minuman laknatnya.
Ponsel miliknya berdering, terpampang nama Bella.
Bukannya menerima, tapi Alex malah menonaktifkan ponsel miliknya.
"Bullshit!"
*
"Jadi, Kamu maunya seperti apa Ras? Papa, Mama ikut saja mau Kamu seperti apa. Toh ini pernikahan Kalian." Jawab Papa rasyid saat berdiskusi mengenai pernikahan Laras dan Bima.
"Aku maunya simple saja Ma, Pa. Gak usah terlalu mewah." Laras melirik pada Bima, dan Bima membalas manggut-manggut saja, sesuai keinginan Laras bagaimana, Bima sih ikut saja.
"Kalau menurut Kamu bagaimana Bim, apa Kamu akan mengundang kolegamu?" Papa Rasyid menatap menantunya yang hari ini terlihat sedikit pucat.
"Sebentar, Kamu gak lagi sakit kan Bim?" Mama Lana menatap Bima kemudian Laras bergantian memastikan sesuatu.
"Gak kok Ma, cuma lagi capek aja."
"Ya sudah, mending sekarang Kalian istirahat, Ras ajak Bima ke kamar, Kalian istirahat saja. Menginap disini. Mama mau siapkan makan malam."
"Laras bantu ya Ma."
"Gak usah ada Bibi, biar Mama sama Bibi yang siapkan, Kamu bawa Bima ke Kamar ya."
"Makasi Ma, Pa, kalau begitu Kami istirahat dulu."
Mama Lana dan Papa Rasyid saling pandang. Sambil mengangkat bahu Papa Rasyid seolah menjawab tatapan mata Mama Lana yang mengisyaratkan, "Kenapa?"
Laras membantu Bima, duduk di tepi ranjang kamar milik Laras di rumah Papa Rasyid dan Mama Lana.
"Om, mau mandi?"
Anggukan Bima, sambil menerima handuk yang diberikan Laras.
"Makasi ya," Lengan Laras ditahan oleh Bima, keduanya saling berpandangan dan melempar senyuman.
"Iya sama-sama. Mandi dulu Om. Saya ke bawah ya."
"Kamu mau ngapain?"
"Mau buat kopi untuk Mas,"
Senyum Bima terbit, panggulan Mas dari Laras hari ini lebih sering dan Bima suka.
"Makasi sudah mau panggil Saya Mas. Saya suka."
"Ih, ya udah, mandi Mas, Saya bikin kopi dulu ya ke bawah."
"Boleh mandi bareng gak sih?" Goda Bima.
"Boleh! Tapi gak sekarang!" Laras buru-buru keluar kamar sebelum Bima berhasil menangkapnya.
"Untung ada Kamu Ras, Saya gak tahu kalau seperti sebelumnya mengalami Ini semua." Bima tersenyum meski hatinya belum baik-baik saja dan kepalanya berputar memikirkan bagaimana persoalan Alex dan sebagai Bapak Bima harus memastikan Alex bertanggung jawab atas perbuatannya.
thor....???
lanjut ceritanya
di tunggu up nya
semangat...
tokoh utamanya karakternya tegas.
kebaikan bima dibalas dngn kehadiran laras yg msh fresh dan suci.
cinta bs dtng dngn sendirinya asalkan ketulusan sllu menyertainya.