Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.
Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.
Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.
Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 INI USAHAKU, BUKAN RAYUANKU.
Hari itu, Andini tidak menyangka akan bertemu Tahira. Bukan di acara keluarga, bukan di pertemuan resmi, tapi justru di kampus, saat ia sedang berjalan keluar dari ruang dosen.
Di lorong sunyi itu, mereka saling bertatapan. Tatapan yang menyimpan sejarah panjang, bukan sekadar teman satu kampus. Mereka adalah saudara tiri.
Andini berhenti. Nafasnya menahan sesuatu. “Kita perlu bicara.”
Tahira menatap Andini dengan wajah yang sulit dibaca.
“Aku tahu kamu yang mulai menyebarkan gosip itu kan, "kata Andini tanpa basa-basi.
Tahira, melipat kedua tangan di dada. “Iya.”
Andini menatapnya lurus. “Kenapa, Tah?” Tanya Andini
Tahira tersenyum sinis seperti merendahkan Andini “Karena kau pantas.. semua orang memuji lo! dan apa yang gue mau, ada di diri lo. gue mau lo hancur, sehancurnya!! gue gak suka liat lo paling atas dari gue "
Plak...
Dengan reflek Andini menampar tahira " Ternyata, selama ini kamu memiliki hati iri dengki kepadaku!? "
" Berani kau menampar gue!! " Marah tahira.
" Itu tidak seberapa dengan apa yang sudah kamu perbuat " Ucap Andini
“Aku nggak akan balas kamu, Tah. Tapi aku juga nggak akan diam jika kamu semakin berulah, ingat itu " Lanjut andini meninggalkan tahira yang memegangi pipinya.
Tahira mengepalkan kedua tangannya, ia berjanji akan membalas tamparan Andini.
ACARA TAHUNAN DI KAMPUS.
Pagi itu, aula kampus dipenuhi mahasiswa, dosen, dan beberapa tamu undangan. Ada acara tahunan bergengsi. Presentasi Final Proyek Riset Mahasiswa Unggulan. Salah satu nama yang paling ditunggu? Andini.
Semua mata tertuju padanya ketika namanya dipanggil. Di antara kerumunan, beberapa orang masih menyimpan bisik-bisik lama: “Itu kan yang dulu sempat diisukan deket sama atasannya…”
Tahira duduk di deretan belakang. Diam, tapi matanya tak lepas dari panggung.
Andini naik ke podium dengan langkah tenang. Ia tidak tersenyum berlebihan, tapi wibawa dan percaya dirinya terasa kuat. Slide presentasinya muncul.
“Efisiensi Sistem Operasi Internal Perusahaan Berbasis Algoritma Dinamis dan Etika Kerja”
Ia memulai dengan data, riset, dan analisis mendalam, menggunakan bahasa akademik yang tajam, tapi tetap bisa dipahami. Ia menjawab pertanyaan-pertanyaan panel dosen dengan tenang dan cerdas, bahkan sempat membalikkan argumen salah satu dosen senior dengan logika yang solid.
Ketika salah satu dosen bertanya:
“Andini, pencapaianmu ini cukup luar biasa. Tapi banyak yang bilang kamu terlalu cepat naik, Apa yang ingin kamu sampaikan soal itu?”
Andini diam sejenak. Lalu tersenyum dan menjawab:
“Saya sadar, persepsi orang kadang lebih cepat menyebar daripada bukti kerja. Tapi hari ini, saya berdiri di sini bukan karena siapa yang saya kenal, tapi karena apa yang saya kerjakan.
Semua laporan, riset, sistem, dan inovasi yang saya presentasikan hari ini bisa dicek ulang. Saya tidak minta dipercaya karena gosip bisa ditepis, saya hanya minta dilihat lewat hasil yang nyata.
Dan kalau saya boleh sombong sedikit,” lanjutnya dengan senyum kecil, “ini bukan karena saya merayu. Ini karena saya belajar.”
Ruang aula hening sesaat… lalu meledak dengan tepuk tangan.
Bahkan para dosen memberi standing ovation kecil. Tak sedikit mahasiswa yang tadinya ragu kini berdiri kagum. Di sudut ruangan, Nana dan Sofi hampir loncat dari kursinya, saking bangganya kepada Andini.
Tidak hanya, nana dan sofi. Ada Raka dan kedua sahabatnya yang ikut bangga dengan Andini.
Di ujung sana, kedua mata tahira semakin tajam melihat kesuksesan Andini.
Berbagai macam cara tahira menyebarkan rumor kecil yang lambat laun mulai memengaruhi pandangan orang lain terhadap Andini. Tapi Andini tetap sabar.
" Awas kamu Andini! " Geram tahira, meninggalkan tempat acara.