Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Sup Ayam
“Dia benar-benar memilihnya!” seru Atthara.
“Apa yang dipilih?” tanya Bobby yang ada di samping Atthara.
“Pakaian yang aku pesankan untuk Lulu.”
“Benarkah? Tapi tunggu. Bagaimana kamu bisa merencanakan pertemuan Lulu dengan Nenek senatural itu?” tanya Bobby penasaran.
Pasalnya, ia sudah memikirkan semua cara tetapi tidak terpikirkan cara itu bisa berhasil.
“Itu memang bukan aku yang mengatur. Kejadian hari itu terjadi begitu saja!”
“Hah? Serius?” Atthara mengangguk.
“Apa ini artinya kalian berjodoh?” tanya Bobby sambil berpikir semua kejadian yang dialami Atthara dan Lulu adalah sebuah kebetulan yang berjodoh.
“Jangan macam-macam!” Atthara melayangkan tatapan tajam.
“Baiklah! Tapi, bagaimana caramu mengatasi Agnes nanti?”
“Agnes?”
“Jangan bilang kamu melupakan Perempuan gila itu!”
Atthara tampak berpikir. Benar apa yang dikatakan Bobby. Dirinya melupakan Agnes karena Perempuan itu saat ini sedang berada di luar negeri. Agnes adalah anak bawaan Ibu titinya dari pernikahan sebelumnya. Mengetahui mereka tidak memiliki hubungan darah, Agnes mengejar Atthara dan mengatakan ingin menjadi istrinya.
Tentu saja hal itu ditentang oleh Papa dan Mama tiri Atthara. Akhirnya mereka mengirim Agnes untuk belajar di luar negeri. Masih ada waktu setengah tahun sebelum kepulangannya. Mungkin masih ada waktu untuk Lulu memenuhi perannya.
Bobby yang melihat Atthara hanya diam, meninggalkan ruangan untuk kembali ke mejanya. Ia telah memerintahkan bawahannya menyiapkan apa yang Atthara minta. Ia tinggal menunggu laporan jika semuanya sudah selesai. Mengenai persiapan pernikahan, Bobby juga sudah menyiapkan saksi yang tidak lain adalah ayahnya sendiri dan suami Tante Lyra, Dewa.
Sementara itu, Lulu yang telah selesai melakukan fitting pakaian, merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ia tidak menyangka melakukan persiapan pernikahan bisa membuatnya kuwalahan.
Beberapa hari kemudian.
Setelah beberapa hari Atthara tidak ada pulang ke apartemen. Malam ini Atthara pulang ke apartemen. Ia yang baru saja menghadiri pertemuan dengan beberapa rekan bisnis, terpaksa meminum minuman beralkohol yang membuatnya sedikit mabuk. Atthara mengetuk pintu kamar Lulu, membuat si empunya terbangun dan membuka pintu kamarnya.
“Tolong buatkan aku makanan. Perutku terasa kembung karena aku belum ada makan sejak siang.”
“Baiklah.”
Atthara yang terlihat oleng hampir terjatuh saat menabrak pintu kamarnya. Lulu yang melihatnya, menopang tubuh Atthara dan membantunya masuk kamar.
“Kamu mabuk!” protes Lulu yang mencium bau menyengat dari tubuh Atthara.
“Aku tidak mabuk! Aku hanya sedikit mabuk karena aku minum dengan perut kosong.”
“Tunggu sebentar, aku akan memasakkan sup ayam untukmu.”
Lulu keluar dari kamar Atthara dan mulai memasak di dapur. Hanya tersisa paha ayam kota di kulkas, sehingga Lulu merebusnya dengan jahe, bawang putih dan garam untuk menghilangkan bau amis. Dalam satu panci sup, Lulu memasukkan wortel dan kentang yang dipotong dadu, bawang bombai, bawang putih yang di geprek, lada, kaldu ayam, garam dan lada. Lalu ditambahkan air secukupnya. Setelah air mendidih, Lulu memasukkan tomat dan sedikit gula lalu mengecilkan apinya dan menunggu sekitar 20 menit.
Lulu menyiapkan air hangat di dalam gelas, nasi dan sup yang sudah masak di dalam mangkuk, di atas nampan lalu membawanya ke kamar Atthara. Dikamar, Lulu tidak menemukan Atthara. Tetapi ia mendengar suara shower dari kamar mandi.
“Kak, makanannya aku letakkan di atas nakas. Cepatlah makan selagi masih panas!” kata Lulu setelah mengetuk pintu kamar mandi.
Baru juga Lulu akan beranjak, Atthara sudah membuka pintu kamar mandi dan memperlihatkan dada bidangnya. Segera Lulu berbalik dan berlari keluar dari kamar Atthara. Bau sabun mandi dan pemandangan dada bidang menghantui kepala Lulu yang sedang mencuci alat masak. Beberapa kali ia menggelengkan kepala untuk mengusir pikirannya. Setelah selesai, ia segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
Keesokan paginya, Lulu bangun dan melaksanakan kewajibannya. Selesai sholat, Lulu pergi ke dapur untuk membuat camilan. Kali ini isi kulkas sudah menipis, jadi ia membuat camilan dengan bahan seadanya. Ia akhirnya membuat lumpia dengan isian wortel, taoge dan telur. Untuk sarapan, Lulu berencana membuat sambal goreng kentang, telur pindang dan bihun sayur. Sup ayam yang masih, ia panaskan tetapi tidak ia sajikan karena takut Atthara tak mau makanan yang sudah bermalam.
“Apakah kamu tidak kepanasan 24 jam mengenakan hijab?” tanya Atthara yang baru saja bangun tidur.
“Tidak, Kak. Aku sudah terbiasa.”
“Apakah semua Perempuan berhijab sepertimu?”
“Tidak juga. Ada dari mereka yang hanya mengenakan hijab saat keluar rumah, ada yang menutup auratnya hanya saat ada orang lain dan membukanya saat hanya Bersama keluarga, dan masih banyak lagi.”
“Apakah rambutmu tidak rusak?”
“Hanya sedikit rontok saja. Tapi aku masih bisa menggunakan vitamin untuk mengatasinya. Kakak mau minum apa?”
“Air dingin saja.”
“Apakah Kakak mau air madu?”
“Untuk apa?”
“Air madu bagus untuk detoksifikasi setelah mabuk, bisa menstabilkan kadar gula darah dan mempercepat metabolisme alcohol.”
“Tahu dari mana?”
“Dari buku.”
“Buatkan kalau begitu.” Lulu mengangguk.
Madu yang tersedia di apartemen Atthara adalah madu asli bermerek yang sudah melalui proses penyaringan yang ketat, sehingga tidak kotor seperti madu yang biasa Lulu beli dari petani langsung.
Atthara meminum air madu yang dibuatkan Lulu dan memakan lumpia yang dihidangkan. Setelah itu, ia mengatakan ingin berolahraga sebentar sebelum sarapan. Lulu hanya mengangguk karena ia masih harus melanjutkan masakannya.
“Aku kira Kakak akan berlari di luar.” Kata Lulu yang sudah menyelesaikan masakannya dan bebersih.
“Untuk apa? Jaman sudah canggih. Berlari dirumah lebih nyaman karena terhindar dari polusi.” Jawab Atthara yang masih berlari di treadmillnya.
“Benar juga. Semuanya menjadi mudah kalau punya uang.” Atthara menangkap nada sedih di kalimat Lulu.
“Uang itu memang penting. Tapi Kesehatan nomor satu. Kamu juga bisa menggunakannya. Sepertinya kamu jarang berolahraga?”
“Apakah terlihat seperti itu?” Atthara mengendikkan bahu.
Walaupun Lulu tidak berolahraga, ia sering melakukan pemanasan sebelum mandi. Hal ini ia lakukan untuk menjaga kelenturan ototnya. Mungkin dimata Atthara ia tidak terlihat seperti Perempuan pada umumnya.
Lulu mengabaikannya dan pergi ke ruang cuci. Tak lama kemudian, Atthara mematikan treadmill dan menyimpannya kembali. Ia masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya yang berkeringat.
“Lulu!” panggil Atthara yang sudah terlihat segar dengan celana kain dan kemejanya.
“Iya, Kak!” jawab Lulu di dalam kamarnya.
“Kamu sedang apa? Ayo makan!”
“Sebentar, Kak!” Lulu sedang mengenakan pakaian saat ini.
Takut membuat Atthara menunggu lama, Lulu mengenakan gamisnya tanpa menggunakan legging di dalamnya.
Segera Lulu menyajikan makanan di meja bar dan mengambilkan nasi untuk Atthara.
“Apakah sup yang semalam masih?” tanya Atthara sebelum mengambil lauk yang ada di hadapannya.
“Masih, Kak.”
“Kenapa tidak kamu keluarkan?”
“Aku takut Kakak tidak mau makanan yang sudah bermalam.”
“Mana?”
Lulu menuangkan sup ayam ke dalam mangkuk dan membawanya ke hadapan Atthara. Barulah Atthara memulai sarapannya.