NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!

Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.

Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.

Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Hari itu, langit cerah dan udara cukup hangat, cocok untuk sebuah perjamuan taman yang dirancang secara mendadak.

 Perintah langsung dari Kaisar Liang Xu telah tersebar ke seluruh penjuru istana: seluruh selir harus hadir dalam jamuan siang bersama Kaisar di taman anggrek.

Berita itu dengan cepat membuat para selir kalang kabut. Mereka berlomba-lomba memilih pakaian terbaik, tatanan rambut terindah, dan perhiasan paling mencolok. Tak satu pun dari mereka ingin kehilangan kesempatan langka untuk memikat perhatian Kaisar.

Selir Mei Lin yang baru saja duduk tenang di ruangannya pun menerima pesan tersebut dari pelayan istana. Ia hanya tersenyum kecil.

“Jamuan dadakan… hmm, menarik,” gumamnya. “Kalau begini, pasti akan ada ujian tersembunyi.”

Taman anggrek telah dihias sedemikian rupa: kelopak bunga beterbangan tertiup angin, hidangan ringan tertata rapi di atas meja bambu, dan pelayan-pelayan berdiri di setiap sudut dengan sikap sempurna.

Kaisar Liang Xu telah duduk di kursi rendah berlapis kain emas, dengan wajah tenang namun penuh pengamatan. Di sisi kiri dan kanan, para selir berdatangan satu per satu, menundukkan kepala sambil menyampaikan salam.

Selir Hua dengan cepat mengambil posisi di sisi kanan Kaisar, diikuti oleh Selir Min yang duduk tak jauh darinya. Selir Xue berjalan masuk dengan keanggunan seorang putri istana asing, mengenakan jubah biru langit dan hiasan kepala berbentuk burung merak kecil. Tak lama kemudian, Selir Mei Lin tiba, mengenakan pakaian putih gading sederhana dengan bordiran awan-awan halus di ujung lengan.

Beberapa selir menoleh penuh tanya, sebagian tersenyum sinis.

“Lihat itu,” bisik salah satu selir. “Selir Mei Lin benar-benar tak mengerti cara berpakaian dalam acara penting.”

“Entah percaya diri atau tak punya selera,” timpal yang lain sambil menahan tawa.

Namun, tatapan Kaisar justru memusat pada sosok bergaun putih itu. Ketika Mei Lin membungkuk memberi salam, seulas senyum tipis muncul di wajah sang Kaisar.

Jamuan berlangsung dengan obrolan ringan. Kaisar kadang melempar pertanyaan kecil yang tampak sederhana, namun diam-diam menyimpan maksud.

“Selir Hua,” ucap Kaisar tiba-tiba, “jika engkau menjadi pengurus taman istana, bunga apa yang akan engkau tanam untuk mewakili hati seorang wanita?”

Selir Hua tersenyum manis dan menjawab, “Anggrek, Yang Mulia. Anggrek melambangkan kelembutan dan keanggunan wanita. Sama seperti para selirmu.”

Jawaban itu disambut anggukan pelan dari Kaisar. Lalu ia berpaling.

“Selir Xue, menurutmu, warna apa yang paling cocok untuk seorang permaisuri?”

Xue tersenyum percaya diri. “Merah darah, Yang Mulia. Warna kekuasaan, kekuatan, dan kemegahan.”

Kaisar tidak memberikan komentar.

Lalu, ia menatap Mei Lin. “Selir Mei Lin. Jika engkau adalah seorang pena di tangan sejarah, cerita seperti apa yang ingin engkau tuliskan tentang istana ini?”

Semua selir langsung diam. Pertanyaan ini berbeda. Dalam.

Mei Lin mengangkat kepalanya sedikit, menatap langit sesaat sebelum menjawab, “Hamba ingin menulis cerita yang tidak selalu indah, tapi jujur. Tentang bunga yang mekar, tapi juga duri yang menusuk. Tentang tawa, air mata, dan keberanian untuk tetap berdiri meski angin berembus kencang.”

Kaisar terdiam beberapa detik, lalu tersenyum. “Jawaban yang menarik. Tampaknya pena itu tajam.”

Beberapa selir saling pandang. Selir Hua menggertakkan gigi pelan. Sementara Selir Xue mulai menyipitkan mata pada Mei Lin.

Setelah jamuan selesai, para selir berpamitan. Namun sebelum Selir Mei Lin melangkah pergi, Kaisar memanggilnya.

“Selir Mei Lin, tinggallah sebentar.”

Mei Lin berbalik dan menunduk. “Baik, Yang Mulia.”

Kaisar menunggu sampai taman sepi. Lalu ia menatap Mei Lin dalam-dalam. “Apakah kau tahu… setiap kata yang kau ucapkan tadi, terasa seperti teguran lembut yang menyentuh.”

Mei Lin menjawab tenang, “Hamba hanya mengatakan apa yang hamba rasakan, Yang Mulia.”

Kaisar mengangguk. “Aku menyukai kejujuranmu. Tapi berhati-hatilah. Orang yang terlalu jujur… sering menjadi sasaran di tempat seperti ini.”

Mei Lin tersenyum kecil. “Hamba akan berhati-hati. Tapi hamba juga tak bisa menjadi orang lain hanya demi selamat.”

Kaisar menatapnya lama. “Kalau begitu… aku ingin melihat sampai sejauh mana kau bisa bertahan, Selir Mei Lin.”

Sore itu, kabar tentang perhatian khusus Kaisar kepada Mei Lin menyebar ke seluruh paviliun. Para selir mulai memutar otak. Di satu sisi, Selir Hua dan Min mulai menyusun rencana. Di sisi lain, Selir Xue memanggil pelayannya dan berbisik pelan.

“Cari tahu segalanya tentang Selir Mei Lin. Dari mana dia berasal, siapa pelayannya, bahkan apa warna selimut tidurnya. Aku ingin tahu semuanya.”

Petir tak terdengar di langit biru istana hari itu, namun gelagat badai kecil sudah mulai terasa...

Hari itu, langit mendung menyelimuti langit istana. Kabut tipis menggantung di atas taman-taman istana seperti tirai rahasia yang enggan disingkap.

Di balik suasana tenang itu, istana tengah bersiap menyambut Festival Panen Musim Semi. Kaisar Liang Xu, yang terkenal hemat bicara dan dingin, memutuskan untuk mengadakan kunjungan pribadi ke Paviliun Pelindung Selatan—tempat menyimpan lukisan-lukisan leluhur dan harta seni kerajaan.

Kabar tentang kunjungan ini hanya diketahui oleh beberapa pejabat kepercayaan dan kepala istana. Namun, entah bagaimana, informasi tersebut bocor ke pihak yang tak seharusnya tahu.

Di saat yang sama, Selir Mei Lin sedang asyik memberi makan ikan di kolam kecil di sisi timur taman anggrek. Ia menikmati momen langka yang tenang, jauh dari tatapan para selir yang penuh persaingan. Namun, telinganya tiba-tiba menangkap suara langkah kaki cepat di balik semak-semak.

Langkah itu berat... terburu-buru... dan asing.

Dengan sigap, Mei Lin bangkit. Ia menuruni jembatan kayu kecil dan bersembunyi di balik pohon kamboja putih. Dari balik dedaunan, ia melihat seorang pria berpakaian hitam menyelinap dengan gerak tubuh lincah menuju lorong batu yang mengarah langsung ke Paviliun Pelindung Selatan.

Alis Mei Lin berkerut. “Itu bukan pelayan istana.”

"Ada apa nyonya?" tanya Lian yang baru datang

"Ssss.... Diam!" ujar Mei Lin lalu menarik Lian ke laik pohon disana untuk sembunyi.

Sedangkan kaisar Liang Xu saat itu baru saja tiba di paviliun, didampingi oleh satu kasim tua dan dua pengawal. Ia sedang mengamati gulungan lukisan berusia ratusan tahun ketika mendadak—sssst!—suara seperti angin berdesing terdengar dari arah belakang rak hias.

Namun sebelum bahaya itu sempat menyergap, terdengar suara teriakan:

“AWAS, YANG MULIA!”

Bersamaan dengan itu, sebutir batu kecil melayang cepat dari luar dan mengenai tangan seorang penyusup bertopeng yang tengah mengayunkan belatinya ke arah Kaisar.

Pengawal segera menarik Kaisar mundur, sementara kasim tua berteriak panik.

Penyusup itu terhuyung, namun segera berusaha kabur. Namun belum sempat melompat keluar jendela, tubuhnya tersandung vas porselen besar yang... entah sejak kapan berpindah ke jalur pelarian.

Bersambung

1
sasa adzka
baru hadir Thor...
semoga sampe tamat ya Thor 🥰🥰
semangat nulisnya...
sehat selalu ya 🥰🥰
davina aston
👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Yg jadi penghianat itu sebenerna sispa sih
Lina Hibanika
ceritanya seru dan kocak 😍😂
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
🤣🤣 keren kocak tapi tajam /Facepalm/
Kusii Yaati
cinta bukan hanya bisa jadi kelemahan tapi cinta juga bisa jadi kekuatan... permaisuri Mei Lin bukan hanya kelemahan mu tapi juga kekuatan mu ingat itu kaisar
Santy Susanti
Mei perjalanan mu menuju kursi perminsuri sangat terjal dan berliku, sabar & aemangat yaà🤩🤩🤩🤩
Kusii Yaati
"takut kehilanganmu" cie...cie kaisar udah takut kehilangan Mei Lin 🤭... kalau begitu genggam terus permaisuri mu kaisar jangan sampai lepas 😉
Santy Susanti
Mei Lin Cerdaaaas😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Kusii Yaati
Mei Lin kau benar benar wanita cerdik ☺️
kaylla salsabella
lanjut Thor
Atik Kiswati
seru bgt....
Santy Susanti
waaah masih penasaran aja tuh kaisar Bai 🙈🙈🙈🙈
Santy Susanti
Intuisi Mei kereen👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🤩🤩
Lala Kusumah
huhf hati-hati ya Mei Lin 🙏🙏😍😍
Lala Kusumah
kereeeeeennn n hebaaaaaatt Mei Lin 😂🤭😍👍👍❤️❤️
kaylla salsabella
lanjut Thor
sahabat pena
baru kali ini ada kaisar semangat jadi pebinor🤣🤣🤣🤣emang ga ada ya perempuan yg lebih baik dari Mei lim? 🤣🤣🤣
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Bahaya terus mengintai, ga tenang amat ya hiupna
Eka Haslinda
lanjut thooorr.. kocak n menegangkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!