Perjalanan seorang lelaki dalam menjalani pesugihan untuk membahagiakan keluarganya, akankah semua kekayaan yang akan dia dapatkan bisa membahagiakan keluarganya atau hanya akan menjadi penyesealan dikemudian hari....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dheana Echa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Para pekerja di rumah itu tidak tahu kalau Romli dan juga Nur telah sampai di rumah.
"Besok gak usah ikut kerja lagi, sampean cari di tempat lain saja" ujar Mandor itu menginterupsi Sholeh.
"Opo sampean yang bayar yo kang? Wong yang bayar kang Romli lo, kok sampean yang ngelarang-larang, dari tadi aku setiap mau bantu sampean larang, apa yang mau tak pegang langsung sampean saut,
Jangan begitu kang, wong kang Romli saja gak keberatan saya ikut kerja kok malah sampean yang ribut" debat Sholeh dengan berani nya.
Karena Sholeh sudah benar benar kesal dengan dua pekerja yang lebih dulu dari nya itu.
Romli terdiam di balik pintu antara dapur dan ruang tengah.
Sengaja Romli diam dan menginterupsi sang istri agar tidak langsung kedapur.
"Kang, kok begitu to, mereka kok jahat sama si Sholeh, kasihan kan" bisik Nur sambil terus mendengarkan perdebatan Sholeh dan dua pekerja yang sudah lama itu.
"Kita harus segera menjauhkan Sholeh dari mereka, kita buatkan pekerjaan yamg lain saja, biar gak kerja bareng pak tukang" jawab Romli pelan dan berlalu dari pintu itu.
Hingga sore dan saat nya pulang kerja....
"Ingat, besok gak usah kembali" ujar mandor itu sambil menggertakan gigi nya.
"Yo urusan ku to kang, selagi kang Romli masih mau pake tenaga ku, aku yo tetep datang lo" sahut Sholeh dengan nada tengil.
"Di kasih tahu malah ngeyel''' omel pria paruh baya itu menggerutu kesal.
Pria itu pun berlalu meninggalkan Sholeh yang masih membereskan bekas pekerjaan nya.
Setelah pria itu pulang kerumah nya....
"Kang Sholeh, nanti malam datang kerumah lagi, aku pingin ngobrol sama sampean" ujar Romli serius.
"Eem, mau ngomong apa ya kang? Apa saya mau di pecat??' Jawab Sholeh dengan nada kawatir.
"Siapa yang mau pecat sampean, aku malah mau kasih pekerjaan baru buat sampean" jawab Romli dan Sholeh langsung bernafas lega.
"Iya kang nanti habis maghrib saya kemari" jawab Sholeh…
"Kalau gitu saya pulang dulu ya kang" pamit Sholeh sambil mengangguk santun.
"Iya, jangan lupa habis magrib" jawab Romli sambil tersenyum.
Pria muda beranak satu itu pun langsung berlalu pulang
"Huuff, tak pikir mau di berhentikan, kalau sampai di berhentikan, Sulis bakal ngajak puasa lagi" gumam nya sepanjang jalan.
Sedangkan Romli langsung bersiap untuk membuat persembahan...
Nur hanya melihat sang suami yang bolak balik mempersiapkan untuk persembahan nya sendiri.
"Apa perlu aku bantu kang??' tawar Nur pelan.
"Gak usah, kakang sudah biasa sendiri Nur, Kemudian Romli pun segera memasuki kamar rahasia itu.
Dan setelah di dalam kamar, Romli ternyata sedang bermanja dengan sang sesembahan....
"Apa kakang tidak kangen sama nyai" ujar Siluman perempuan itu sambil bermanja di pangkuan Romli.
"Tentu saja nyai, tapi kan kemarin baru saja kita bersama beberapa hari" jawab Romli sambil mengelus pinggang ramping milik Siluman perempuan itu.
"Mana ada kakang, kita bersama hanya sehari semalam" jawab Siluman itu dengan rengekan manja nya.
"Tapi 'waktu' di sini sudah enam hari nyai" debat Romli, Romli tanpa sungkan lagi bila berhadapan dengan Siluman sesembahan nya itu.
"Pch, baru juga enam hari kakang," gerutu nya sambil terus bermanja di pangkuan sang suami manusia nya itu.
"Apa nyai tidak lapar??'
Tanya Romli sambil melirik persembahan nya yang belum di sentuh oleh istri Siluman nya itu.
"Iya kakang, apa ada yang kakang ingin kan??" Jawab Siluman perempuan itu sambil menawarkan sesuatu pada sang suami.
"Sudah, nikmati dulu persembahan ku, itu aku tadi belanja sama madu mu, hargai madu mu" ujar Romli seakan mengatakan hal itu pada manusia umum nya.
"Iya kakang, aku selalu menghargai madu ku" jawab nya menggumam manja.
Siluman perempuan itu langsung menenggak dua mangkuk darah ayam cemani dan menikmati dua ayam cemani berukuran lumayan besar itu begitu lahap nya.
Berulang kali Romli menelan ludah sambil mengerenyit ngilu saat mendengar tulang tulang ayam itu remuk di dalam mulut Siluman perempuan yang cantik jelita itu.
"Arghhhhh.... kenyang kang" ujar nya sambil bersendawa keras dan mengelap mulut nya yang masih belepotan dengan darah ayam.
"Apa nyai sudah kenyang??" Tanya Romli basa basi.
"Sudah kakang' 'jawab Siluman itu dengan suara lembut nya.
"Katakan, kakang ingin apa??" Tawar Siluman itu lagi.
"Eem, kakang ingin membeli sawah nyai, untuk memberi pekerjaan pada warga desa" jawab Romli ragu ragu.
"Apa uang kakang sudah habis??'tanya Siluman itu dnegan suara halus lembut, kata kata kasar dan sarkas sudah tak pernah meluncur lagi setelah Siluman perempuan itu dan Romli menikah di alam para Siluman.
"Masih nyai, tapi mungkin masih kurang" jawab Romli sambil menunduk.
"Whuuzzz..." seketika Romli di hujani uang berwarna merah yang sangat banyak, dan lebih banyak dari sebelum nya...
"Apakah itu cukup kakang??'
'Tanya Siluman itu yang kembali duduk di pangkuan Romli.
"Cukup nyai, sudah cukup" jawab Romli sambil merayu menciumi tangan perempuan Siluman itu yang terasa sangat wangi dan lembut.
"Baik lah kakang, kalau butuh lagi, katakan saja, aku akan selalu mengabulkan semua keinginan kakang, asal kakang tidak berpaling dari ku" ujar perempuan Siluman itu sambil bangkit dan mengelus dada Romli.
Romli hanya menyunggingkan senyum puas nya sambil sesekali melirik lembaran uang berwarna merah berserakan di hadapan nya itu.
"Eem nyai" gumam Romli lagi.
"Ada apa kakang, apa ada yang kakang perlukan lagi" tawar Siluman perempuan sambil menyunggingkan senyum nya.
"Eem, kakang minta bantuan, kalau nanti ada yang jual sawah atau ladangnya, tolong bantu permudah nanti saat tawar menawar nya" pinta Romli lagi.
"Baik kakang, itu hal mudah" jawab Siluman itu sambil menyunggingkan senyum menawan nya.
"Whuuuuzzz...." Siluman itu langsung berubah menjadi asap dan kembali masuk kesela tutup Kain berisi Patung Ular yang ada di atas meja persembahan itu...
"Huuufff.... semoga ada yang mau jual lahan nya" gumam Romli sambil menghela nafas panjang.
Romli langsung meraih satu persatu lembaran uang itu dan ia tata serapi mungkin.
"Aduuuh, kok ya masih banyak to" gumam nya, Romli sampai merasa pegal dan uang uang itu seakan tak ada habis nya.
"Apa minta bantuan Nur saja ya?? Tapi dia kan gak boleh masuk kedalam kamar ini" gumam Romli kebingungan sendiri.
"Haha... aku ambil keresek merah saja, biar nanti di bantu ngitung di kamar belakang" gumam nya lagi sambil bangkit dari duduk nya.
Romli pun langsung berlalu keluar dari kamar nya dan langsung mencari sang istri....
"Kang, cari siapa??' Sapa Nur, Nur menelisik sambil keheranan melihat sang suami yang nampak berantakan....
"Sampean kok berantakan sekali to kang?? Habis melakukan apa saja didalam kamar itu kang??' Tanya Nur setengah curiga.
"Hemh... tadi nyai melempari kakang pake uang, sampai kakang berantakan begini" adu nya berkilah dengan suara lesu.
"Duh kang, apa nyai marah sama kakang?? Atau mungkin persembahan nya kurang??'
sahut Nur yang malah khawatir pada sang suami.
"Enggak, persembahan nya gak kurang, tapi kakang minta uang lagi buat beli lahan" jawab Romli sambil menggumam.
"Oalah, la opo yang kakang miliki sudah habis??" Tanya Nur penasaran.
"Ya masih banyak, buat jaga jaga saja, siapa tahu mahal" jawab Romli.
"Sudah, sampean tunggu di kamar saja, tunggu sampai kakang nyusul kekamar" ujar Romli sambil berlalu,
pikiran Nur langsung kemana mana, bahkan Nur sudah tersipu malu saat mendapatkan kedipan nakal dari sang suami.
Nur pun nurut dan langsung menuju kamar nya, Nur merapikan kaus yang ia pakai.
"Kakang sekarang tambah romantis"gumam Nur sambil tersenyum tersipu malu.
Tak berapa lama, Romli datang sambil menenteng kresek merah besar penuh dengan uang....
"A... apa itu kang??" Tanya Nur tertegun.
"Sssst, sana sampean agak kesana" ujar Romli yang malah menyuruh Nur agak ketengah kasur.
"Mau apa kang??
Tanpa menjawab, Romli langsung menuangkan uang itu di hadapan Nur.
Seketika mata Nur membelalak lebar....
"Kang..." gumam Nur...