Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twelve
Ratna sampai dirumah, dan melihat Hanum duduk di sofa dengan menunduk. Terlihat Wijaya mencoba merangkul Hanum, namun Hanum menepisnya.
"Ibu??? Ibu dari mana aja?" Tanya Hanum beranjak berdiri dan menghampiri ibunya.
"Belanjaan nya mana?? Katanya ibu belanja?"
"Maaf ibu terlambat Hanum" bisik Ratna.
"Kamu dari mana aja sih? Buatin makanan dan minuman buat calon mantu dan besan mu"
"Aku ingin makan masakan buatan Hanum" ucap Wijaya dengan senyum lebarnya.
"Oh iya, Hanum ini pinter banget masak" ucap Mario.
"Wahh benar-benar aku gak salah pilih calon istri, semuanya paket komplit" ucap Wijaya.
"Calon babu kali" batin Hanum.
Hanum membantu ibunya berjalan ke dapur.
"Tunggu sebentar ya pak Wijaya, Hanum akan buatin masakan enak buat bapak. Dijamin rasanya bakal candu"
"Wah saya sangat tidak sabar Mario" ucap Wijaya seraya mengedipkan sebelah matanya pada Hanum.
"Dasar mesum" bisik Hana pada ibunya.
Mereka tiba di dapur, Hanum terus-terusan cemberut.
"Kalau aku ludahin nih makanannya, rasanya kayak apa ya bu?" Tanya Hanum kesal.
"Hanum, ibu minta maaf"
Hanum berbalik dan menghampiri ibunya.
"Ibu kenapa??"
"Ibu gagal jadi ibu yang baik buat kamu nak" ucap Ratna.
"Ibu kenapa ngomong gitu sih? Aku tambah marah kalau ibu ngomong kayak gini"
"Kamu sayang sama ibu kan Hanum?"
"Iyah aku sayang sama ibu"
"Kalau kamu sayang, jangan terima pernikahan ini nak. Tolak" ucap Ratna.
"Aku nggak bisa Bu, aku nggak bisa lihat ibu menderita terus-terusan di sakitin sama ayah. Ibu gak usah khawatir"
"Gimana ibu nggak khawatir? Gimana bisa ibu ngerelain kamu nikah sama Wijaya? Kamu anak perempuan ibu satu-satunya Hanum"
"Udahlah Bu, kita nggak usah bahas ini. Nggak akan ada habisnya" ucap Hanum seraya kembali melanjutkan aktivitas nya.
"Hanumm" panggil Ratna.
Namun Hanum mengabaikan ibunya.
Tak lama kemudian Hanum membawa beberapa masakan buatannya kehadapan Wijaya dan nyonya Wina.
"Wahh kelihatan nya enak" puji Wijaya.
"Silahkan dimakan pak Wijaya"
Wijaya segera mencicipi makanan buatan Hanum. Ia begitu menikmati masakan Hanum.
"Sumpah ini enak sekali" ucap Wijaya.
"Apa kan saya bilang?? Hanum ini pinter banget masak"
Hanum dan Ratna hanya diam.
Setelah mereka selesai makan barulah acara pertunangan dimulai.
"Kamu pasti sudah tau kan Hanum, kedatangan saya dan mama saya kesini buat apa"
Hanum hanya diam.
"Ya jadi saya ingin bertunangan dengan kamu, saya sangat serius ingin menikah dengan kamu Hanum" ucap Wijaya.
"Jangan terima Hanum, tolak" bisik Ratna lirih.
"Bagaimana Hanum?" Tanya Wijaya.
Ratna dan Mario sama-sama memberikan kode pada Hanum. Yang satu menginginkan agar Hanum menolak lamarannya dan yang satunya ingin Hanum menerima lamaran itu.
Disisi lain ia ingin mematuhi perkataan ibunya, namun jika ia menolak maka sudah pasti Mario akan melakukan hal buruk kepada ibunya. Tetapi jika ia menerima lamaran Mario sudah pasti gerbang neraka kehidupan akan terbuka untuknya.
Hanum dengan susah payah menelan Saliva nya.
"Iya pak Wijaya, saya bersedia menikah dengan bapak. Oleh karena itu saya menerima lamaran ini" ucap Hanum.
Senyum lebar terlihat di wajah Wijaya, dia sangat senang karena Hanum menerima lamarannya.
Wijaya dengan segera memakaikan cincin di jari manis Hanum.
Wijaya lalu memeluk Hanum.
Ratna sangat kecewa melihat keputusan Hanum.
"Jadi kapan kita akan melangsungkan pernikahan? Kalau bisa jangan lama-lama" ucap Wijaya.
"Aduh kapan ya pak? Saya juga gak tau, saya serahin aja deh semuanya ke pak Wijaya"
"Ah benarkah? Gapapa itu pak mario? Saya jadi nggak enak"
"Alah gak usah sungkan-sungkan pak Wijaya, saya serahin semua di tangan pak Wijaya"
Wijaya senyum sumringah mendengar jawaban Mario.
Wijaya lalu menyerahkan beberapa hadiah kepada Hanum.
"Ini Hanum, hadiah buat kamu" ucap Wijaya.
Hanum menerimanya.
"Terimakasih pak Wijaya"
"Oh iya tangan kamu masih sakit Hanum?" Tanya Wijaya seraya memegang tangan Hanum.
"Ah iya udah nggak sakit lagi kok" hanum dengan segera menarik tangannya.
"Nggak bisa gitu Hanum, ini berbahaya jika dibiarkan begitu saja" Wijaya lalu mengambil obat yang dibelikan oleh bodyguard nya.
"Sini tangan kamu" ucap Wijaya.
Hanum tau maksud Wijaya, pria ini sangat modus ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Saya beneran gapapa kok pak Wijaya"
Wijaya mulai kesal, ia menarik tangan Hanum dengan paksa hingga gadis itu merintih kesakitan.
"Awww" rintih Hanum.
"Sakit kan?? Makanya sini saya obatin"
"Sakit karena pak Wijaya tarik paksa tangan saya, udah dibilangin tangan saya gapapa" Hanum kesal.
Wijaya lalu memegang tangan Hanum dan mengoleskan salep di pergelangan tangannya yang masih terlihat merah.
Ia sengaja mengoleskannya terlalu lama hanya untuk memegang tangan Hanum. Pria mesum itu mengusap-usap telapak tangan Hanum dengan jempolnya secara sembunyi.
Pria itu terlihat menyembunyikan senyumnya, ia sangat terangsang dengan aksi yang ia lakukan terhadap Hanum.
Hanum peka akan sinyal yang diberikan oleh Wijaya, ia langsung menarik tangannya.
"Terimakasih pak Wijaya" ucap Hanum.
"Oh iya Hanum sama-sama"
Hanum duduk sedikit menjauh dari Wijaya.
"Dasar mesum" batin Hanum.
Setelah lama berbincang-bincang akhirnya Wijaya dan ibunya pulang.
Hanum kembali mencium punggung tangan nyonya Wina dan ia sangat berhati-hati kalau tiba-tiba kejatuhan hujan lokal kental yang berasal dari mulut calon mertuanya itu.
"Hanum boleh saya peluk kamu?" Tanya Wijaya.
"Kita belum jadi suami istri pak, jadi sebaiknya jangan seperti itu dulu ya. Saya agak risik" ucap Hanum.
Wijaya kecewa akan penolakan Hanum.
"Yasudah Hanum gapapa, kalau kamu begitu saya jadi gak sabar ingin menikahi kamu secepatnya" goda Wijaya.
Astaga Hanum benar-benar merasa kesal mendengar nya.
Wijaya pun masuk kedalam mobil, dan pergi meninggalkan rumah Hanum.
Hanum dengan cepat masuk ke dalam kamar, ia bahkan tidak membawa masuk hadiah pemberian Wijaya.
Begitu masuk kedalam kamar, ia langsung masuk kedalam kamar mandi untuk menggosok tangannya. Sambil menangis ia menumpahkan banyak sabun cair ke tangannya.
Ia pun merasa jijik akan tubuhnya yang tadi dipeluk oleh Wijaya secara tiba-tiba.
Hanum menangis tersedu-sedu, ia merasa kotor. Ia merelakan tubuhnya menjadi pemuas nafsu laki-laki tua mesum itu.
"Hanum Lo bodoh banget"
"Harusnya Lo tampar dia"
"Tapi gue gak berdaya"
Hanum terus menggosok gosok tubuhnya.
***
Pekerjaan Abyan di kantor pun telah selesai. Ia merapikan semua barang-barang nya lalu keluar dari ruangannya.
Arumi yang melihat Abyan keluar dari ruangannya pun bersiap-siap untuk pulang.
"Mau kemana buru-buru amat?" Tanya Ara.
"Mau pulang lah, kan udah jam nya buat pulang" jawab Arumi.
"Rum pulangnya bareng gue?" Tanya Fio.
"Ah nggak usah Fio, gue hari ini mau naik bus aja"
"Eh tumben tumbenan Lo naik bus, biasanya juga selalu nebeng bareng gue" sindir fio.
"Ya gapapa lagi pengen naik bus aja Fio"
"Aneh banget sih Lo" ucap Fio.
"Ah udah dulu ya gue duluan" ucap Arumi.
Arumi berjalan keluar dan dan sengaja berpapasan dengan Abyan.
"Sore pak Abyan" sapa Arumi.
"Sore"
Abyan menekan tombol lift dan Mereka naik lift yang sama.
"Pak Abyan pulang naik apa?" Tanya Arumi.
"Saya di jemput" jawab Abyan.
"Bukannya pak Abyan selalu pulang naik bus ya?"
"Oh, hari ini lagi nggak naik itu"
Gagal sudah rencana Arumi untuk pulang bareng bersama Abyan.
Mereka pun keluar dari lift secara bersamaan. Mereka keluar dari pintu kantor juga secara bersamaan.
Arumi berjalan menuju halte bus sendirian, sebab Abyan berhenti karena sedang menunggu Darren.
Tidak perlu menunggu lama untuk Darren tiba di depan kantor Abyan.
Ia langsung sampai begitu Abyan keluar.
"Halo selamat sore sayangku" sapa Darren seraya menurunkan jendela mobil nya.
"Lo sakit?" Tanya Abyan.
"Ah sakit? Nggak gue nggak sakit kok"
Beberapa karyawan lain yang keluar dari kantor melihat kebersamaan mereka.
"Ayo sayang masuk tunggu apalagi?" Tanya Darren yang semakin membuat Abyan geli mendengarnya terlebih lagi beberapa karyawan yang mendengar percakapan mereka.
Abyan terlihat tersenyum canggung kepada beberapa rekan kerjanya.
Karena tidak ingin menjadi pusat perhatian terlalu lama, Abyan segera masuk kedalam mobil.
Darren tertawa geli melihat tingkah sepupunya.
"Lo kenapa?" Tanya Darren.
"Seharusnya gue yang tanya itu, Lo yang kenapa?"
Darren tertawa.
Pria itu lalu menoel dagu Abyan.
"Lo udah gila ya??"
Darren kembali tertawa.
"Dasar sinting" ucap Abyan sembari menggosok dagunya dengan punggung tangannya.
"Jangan marah-marah dong sayang"
"Sekali lagi Lo ngomong gitu, gue sumpel mulut Lo pakai kaos kaki"
"Eh iya iya, sorry sorry. Gue cuman bercanda njir... Ya kali gue beneran. Gue doyan cewek bego"
"Mana tau Lo kelainan"
***
Lanjut lee
gue bolak balik check mana cuman 1 bab lagi Thor 😭😭 tegaaaaaa banget...
Btw gue suka banget kak, sama pemeran pendukung nya, dimas sama Arumi semoga jadian yaaa 🤣🤣🤣🤣