Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Kepulangan Raja Roderick
Malam ini, Marsya sudah melepaskan alat-alat medis yang menempel di tubuh Tessa. Keadaan Tessa sangat baik-baik saja, dan Marsya sangat kaget melihat keadaan Tessa yang mampu melewati komanya yang sudah bertahun-tahun itu. Di kamar Tessa, semuanya berkumpul termasuk Arsy dan juga Ratu.
"Arsy rindu sekali sama Mommy," celoteh Arsy dengan gemasnya.
"Mommy juga rindu sama Arsy," sahut Tessa lemah.
"Sayang, jangan banyak bicara dulu karena kamu masih lemah," ucap King lembut.
Tessa memeluk Arsy, sedangkan Ratu hanya bisa melihatnya dengan tatapan sedih. Marsya tahu akan tatapan Ratu, dia juga ingin dipeluk seperti Arsy. Marsya menarik tubuh Ratu dan memeluknya membuat Ratu terkejut.
"Kamu bisa memeluk Bu dokter kalau mau," bisik Marsya.
Ratu tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca. "Terima kasih, Bu dokter," sahut Ratu.
Mendengar ucapan Ratu, Tessa menoleh dan kaget. "Ratu, kamu sudah mau bicara, Nak?" ucap Tessa.
Ratu menganggukkan kepalanya di pelukan Marsya. Tessa tersenyum dan merentangkan satu tangannya ke arah Ratu. "Sini Nak, peluk Mommy juga," ucap Tessa.
Ratu melepaskan pelukannya dan berlari memeluk Tessa. Ratu memang diperintahkan memanggil Mommy kepada Tessa oleh Raja. Namun ada yang membuat Marsya merasa aneh, wajah Arsy dan Ratu begitu sangat mirip namun kata Berta, Ratu adalah anak angkat Raja.
"Sayang, apa kamu tidurnya mau pindah ke kamarku?" tanya King.
Tessa menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku di sini saja dulu. Wanita itu siapa?" tanya Tessa.
King menoleh ke arah Marsya dan Marsya tahu apa arti dari tatapan King. Dia pun segera mendekat dan berdiri di samping ranjang Tessa. "Hallo Nyonya, perkenalkan nama aku Marsya, aku dokter yang merawat Nyonya," ucap Marsya.
"Kamu cantik sekali, Dr.Marsya. Apa kamu sudah menikah?" tanya Tessa.
"Belum, Nyonya," sahut Marsya.
Tessa menyunggingkan senyumannya namun senyuman itu penuh dengan tanya, entah apa arti dari senyuman Tessa. Hingga tidak lama kemudian, pintu kamar Tessa pun terbuka membuat semua orang menoleh. Seorang pria tampan berdiri di depan pintu dengan napas yang ngos-ngosan seakan baru saja melakukan maraton.
"Daddy!" Ratu berlari dan memeluk pria itu.
Raja sampai melongo kala mendengar suara Ratu. "Kamu panggil Daddy, Nak?" ucap Raja.
"Daddy, Ratu rindu sama Daddy," seru Ratu dengan masih memeluk Raja.
"Akhirnya Daddy bisa mendengar lagi suara kamu setelah sekian lama suara itu tidak Daddy dengar bahkan Daddy hampir lupa dengan suara kamu," ucap Raja bahagia.
Ratu semakin mengeratkan pelukannya, Raja menoleh ke arah Tessa dan menyunggingkan senyuman. Raja tidak kalah bahagia dengan King, mendengar Tessa sudah siuman, Raja langsung terbang pulang. Bagaimana pun mereka bertiga sudah terlalu lama hidup bersama, maka dari itu Raja pun ikut bahagia kala Tessa sudah kembali sadar.
"Kamu sehat 'kan?" tanya Raja sembari mengelus kepala Tessa.
Tessa menganggukkan kepalanya. Raja begitu sangat perhatian kepada Tessa, mungkin karena Tessa merupakan kekasih adiknya jadi Raja sudah menganggap Tessa seperti adiknya sendiri. Cukup lama mereka berbincang-bincang di kamar Tessa.
"King, bawa Arsy ke kamarnya biarkan Tessa istirahat supaya dia cepat pulih," ucap Raja.
King pun menggendong Arsy yang sudah terlelap itu. "Nak, kamu juga tidur sana, besok kita ngobrol lagi," bujuk Raja.
"Baik, Daddy."
Semuanya sudah keluar, tinggal Raja dan Marsya yang ada di sana. Tessa sudah tertidur karena efek obat yang diberikan oleh Marsya. "Kamu dokter yang jagain Tessa 'kan?" tanya Raja.
"Iya, Tuan."
"Terima kasih sudah jaga Tessa, kamu boleh minta satu permintaan sebagai hadiah karena kamu sudah menjaga Tessa," ucap Raja.
"Tidak Tuan, sebenarnya aku hanya melanjutkan saja karena sebelumnya Dr.Rey yang ada di sini menjaga Nyonya Tessa," sahut Marsya.
"Tidak apa-apa, kamu sebutkan saja apa permintaan kamu," ucap Raja kembali.
Marsya terdiam. "Aku ingin pulang, Tuan," sahut Marsya mantap.
"Pulang?"
"Iya, aku ingin kembali ke klinik aku karena di sana banyak sekali pasien yang membutuhkan aku," sahut Marsya.
Raja menghembuskan napasnya. "Kalau masalah itu aku akan diskusikan terlebih dahulu bersama King," ucap Raja.
Raja menepuk pundak Marsya. "Tidurlah dan istirahat," seru Raja.
"Baik, Tuan."
Raja pun akhirnya keluar dari kamar Tessa. Marsya menghembuskan napasnya lega, walaupun Raja bersikap baik kepadanya tapi aura Raja sangat menyeramkan dan lebih menyeramkan daripada King. Bahkan dari tadi untuk bernapas pun rasanya Marsya merasa sangat ragu.
"Gila, Tuan Raja begitu baik tapi kenapa aku merasa takut ya, sama dia," batin Marsya.
Pembawaan Raja memang santai dan kalem, namun dalam urusan eksekusi musuh, Raja lebih kejam daripada King.
***
Keesokan harinya....
Seperti biasa, semuanya sedang sarapan bersama. Sedangkan Marsya sedang menyuapi Tessa di kamar karena Tessa belum kuat jika harus sarapan bersama yang lainnya. "Apa kamu betah tinggal di sini?" tanya Tessa.
Marsya menghentikan gerakan tangannya dan menatap Tessa. "Aku sama sekali tidak betah, Nyonya," sahut Marsya.
"Kenapa? apa King suka menyakiti kamu?" tanya Tessa kembali.
"Iya, dan aku merasa terkekang tinggal di sini," sahut Marsya.
"King memang orangnya seperti itu, tapi sebenarnya dia baik kok," ucap Tessa.
"Baik cuma sama Nyonya saja, kalau sama aku tetap saja galak," sahut Marsya.
Tessa terkekeh, entah kenapa dia merasa sangat suka kepada Marsya. Sikapnya sangat keibuan dan dia juga sudah berhasil membuat Ratu bisa kembali bicara seperti dulu. "Nyonya, apa aku boleh bicara sedikit?" ucap Marsya.
"Kamu mau bicara apa?" tanya Tessa.
"Arsy dan Ratu harus sekolah umum jangan home schooling, kasihan mereka ingin mempunyai teman bahkan mereka memaksa aku untuk mengajak mereka jalan-jalan namun Tuan King tidak mengizinkannya," jelas Marsya.
"Sebenarnya dulu aku juga sempat membujuk King untuk menyekolahkan anak-anak di umum namun dia tidak mengizinkan, tapi nanti aku akan coba bujuk dia lagi mudah-mudahan dia berubah pikiran," ucap Tessa.
"Aku yakin kalau Tuan King akan menuruti semua perkataan Nyonya," sahut Marsya dengan senyumannya.
Sementara itu, di meja makan Raja membicarakan permintaan Marsya. "Tidak Daddy, Ratu sayang sama Bu dokter jangan biarkan Bu dokter keluar dari rumah ini," rengek Ratu.
"Iya, Uncle. Bu dokter juga suka bacain dongeng sebelum Arsy tidur kalau Bu dokter pergi, siapa yang akan bacain dongeng lagi," timpal Arsy.
King dan Raja saling pandang satu sama lain. Kedua anak itu tidak mengizinkan Marsya pergi dari rumah itu dan itu membuat King dan Raja merasa sangat serba salah. Tugas Marsya memang sudah selesai dan King tidak berhak menahan Marsya untuk terus tetap tinggal di rumahnya, tapi dia juga tidak bisa melihat anak-anak sedih.