Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 Tidak bisa menghindar
Jam berganti menit, seolah waktu berjalan terlalu lambat. Resa berdiri di dekat jendela, menatap lalu lalang kendaraan yang lewat di depan rumah itu. Entah harus dengan cara apa dan bagaimana dia bisa bangkit dari rasa kecewa yang begitu mendalam dari lubuk hatinya yang terasa hancur tak tersisa.
Seperti prioritas hidupnya sekarang bukan bahagia tapi bertahan hidup. Di tengah lamunannya, Resa dikagetkan dengan kedatangan sang kakak yang tiba-tiba datang tanpa menghubungi dia sebelumnya.
Wajah sendu itu berubah pucat pasi. Bagaimana dia menjelaskan keadaan nya pada sang kakak yang akan melontarkan banyak pertanyaan? Apa lagi dengan keberadaan Umai di sana akan menjadi pertanyaan besar dari sang kakak.
Resa merasa seperti tidak siap untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia masih berusaha untuk memahami keadaan nya sendiri, apalagi harus menjelaskannya kepada orang lain. Resa merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak bisa dihindari.
Rima melambaikan tangan ketika melihat sang adik yang sedang berada di dekat jendela. Dia menggeser pintu gerbang yang tertutup dengan senyuman yang tersungging dari bibirnya.
Sedangkan Resa berusaha mengatur degup kencang di dada nya, berulangkali mengatur napas berusaha untuk menenangkan perang antara hati dan pikiran nya yang berkecamuk.
"Assalamu'alaikum, Resa. Kamu baik-baik saja kan? Teteh dapat kabar dari Tina kemarin, kamu sempat pulang dalam keadaan sedih, tapi tak lama dijemput lagi sama suami kamu," Rima mengucapkan salam dengan bertanya lebih banyak.
Resa hanya menjawab salam dan tersenyum kikuk, entah dia harus berkata apa. Yang pasti perasaannya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dia merasa seperti tidak bisa berbicara secara terbuka tentang perasaannya, karena takut akan penilaian orang lain.
Rima memperhatikan ekspresi wajah Resa yang tidak biasa, dan dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Resa, apa yang terjadi? Kamu bisa berbicara dengan Teteh, kan?" tanya Rima dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang.
Resa merasa seperti tidak siap untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia masih berusaha untuk memahami keadaan nya sendiri, apalagi harus menjelaskannya kepada orang lain. Resa merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak bisa dihindari.
Sang kakak, Rima duduk dengan wajah yang penuh kekhawatiran. "Resa,apa yang terjadi?Teteh menghubungimu sejak kemarin, tapi kamu tidak menjawab,barusan juga Teteh habis dari rumah Bapak tapi tidak melihat kamu disana makanya Teteh susul kamu kesini" kata Rima dengan nada yang khawatir.
Resa merasa seperti tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak ingin membicarakan tentang keadaan nya yang sebenarnya, tapi dia juga tidak ingin berbohong kepada sang kakak.
"Teh, aku... aku tidak tahu harus bilang apa," kata Resa dengan suara yang pelan.Resa merasa seperti sedang dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dia harus memutuskan apakah akan membicarakan tentang keadaan nya yang sebenarnya kepada sang kakak, ataukah akan terus menyembunyikannya.
Mereka duduk di kursi yang ada di teras rumah, dengan suasana yang tenang dan damai. Rima menatap adiknya dengan mata yang penuh kasih sayang dan kekhawatiran.
"kenapa Res ? kamu tidak seperti biasanya," kata Rima dengan nada yang lembut dan penuh perhatian.
Resa menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Rima. Dia merasa seperti tidak bisa berbicara secara terbuka.Rima mendekati Resa dan mengelus pundak nya.
"Resa kena..." Kata Rima terhenti sebelum dia menyelesaikan pertanyaannya, karena melihat kedatangan anak kecil yang keluar dari dalam rumah itu dengan memanggil Resa dengan sebutan "Mamah".
Rima menatap Resa dengan terkejut dan penasaran yang sangat besar. Dia tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi, dan dia merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres.
"Resa, siapa anak ini?" tanya Rima dengan nada yang penasaran dan sedikit terkejut.
Resa merasa seperti tidak bisa menghindari pertanyaan Rima lagi. Dia harus menjelaskan tentang Umai, dan tentang keadaan yang sebenarnya. Tapi, dia masih ragu-ragu, karena dia tidak tahu bagaimana Rima akan bereaksi.
sedangkan anak kecil itu berlindung di punggung Resa.Menatap Rima dengan asing,Resa berbalik, tersenyum tipis pada Umai. "Umai, kamu bisa bermain lagi di dalam rumah, ya?" katanya dengan suara lembut.
Umai menatap Resa dengan mata yang ceria, kemudian menangguk dan berlari ke dalam rumah. Resa menontonnya dengan senyum tipis, merasa hatinya tenang.
Rima, yang masih duduk di samping Resa, menatapnya dengan mata yang penuh pertanyaan.Resa mengambil napas dalam-dalam, kemudian menatap Rima dengan mata yang serius.
Kakaknya memang baik dan pengertian, tapi hanya satu kekurangan yang membuat Resa sedikit khawatir. Rima tidak bisa menjaga rahasia, dan jika sudah berkumpul dengan orang lain, dia akan dengan frontal mengungkapkan apa pun yang dia tahu.
Resa sudah beberapa kali mengalami hal ini, dan dia merasa sedikit terganggu dengan kebiasaan Kakaknya ini. Meskipun Rima tidak bermaksud buruk, tapi Resa merasa bahwa beberapa hal harus tetap menjadi rahasia.
Namun, Resa juga tahu bahwa Rima tidak bisa diubah, dan dia harus menerima kekurangan ini. Dia hanya berharap bahwa Rima tidak akan mengungkapkan rahasia yang Resa belum siap untuk dibagikan kepada orang lain.
Dengan berurai air mata, Resa menjelaskan keadaan nya saat ini yang membuatnya terasa sesak di setiap tarikan nafasnya. Dia meminta kakaknya untuk tidak bereaksi berlebihan, karena Resa hanya ingin di mengerti tanpa di hakimi.
"Teh, aku hanya ingin teteh mengerti , tanpa menghakimi," kata Resa dengan suara yang tergoyahkan oleh air mata. "Aku sedang berusaha untuk pulih dari keadaan ini, dan aku membutuhkan waktu untuk menata hati dan pikiran aku sendiri."
Rima mendengarkan penjelasan Resa dengan mata yang terisi air mata. Dia bisa merasakan kesedihan dan keputusasaan yang dirasakan oleh adiknya, dan dia hanya bisa memberikan dukungan yang dia butuhkan.
"Teteh ngerti, Resa," kata Rima dengan suara yang lembut. "Teteh akan dukung kamu.Teteh tidak akan menghakimi.Tapi teteh tidak janji bisa diam saja setelah tahu kebenaran ini.apa lagi kamu belum memberi tahu apapun sama keluarga kita"
"Teteh juga kesal sama sikap kamu yang kaya gini," kata Rima dengan nada yang sedikit keras. "Teteh pernah meminta kamu untuk mempertimbangkan keputusan kamu untuk melanjutkan pernikahan ini.saat tahu status Hari sebelumnya.Ternyata dugaan Teteh waktu itu benar adanya."
Resa menundukkan kepala, merasa seperti tidak bisa membela dirinya. "Teh, aku tahu kesalahan ku karena terburu-buru mengambil keputusan waktu itu," kata Resa dengan suara yang lembut. "Tapi keadaan nya tak memungkinkan aku untuk mundur lagi. Teh, banyak kekhawatiran yang aku pertimbangkan."
Rima memandang Resa dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Aku memang menyesali apa yang terjadi," kata Resa dengan suara yang tergoyahkan. "Keadaan ini sungguh sulit untuk aku lanjutkan, tapi sudah terlalu jauh untuk aku mundur. Ini lah takdirku yang sudah Gusti Allah gariskan."
Rima menghela napas, merasa seperti tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu adiknya. Dia hanya bisa mendengarkan dan memberikan dukungan moral.
Kedatangan Haji Surya yang turun dari Go-Jek menghampiri kedua wanita yang sedang mengobrol. Rima dan Resa menatap Haji Surya dengan sedikit terkejut.
"Assalamu'alaikum,Resa,ada tamu ya ?" kata Haji Surya dengan senyum lebar.
Rima dan Resa menjawab salam Haji Surya dengan sopan, tapi Resa masih terlihat sedikit murung. Haji Surya memperhatikan ekspresi wajah Resa dan bertanya
Rima memandang Resa dengan mata yang penuh kekhawatiran, karena dia tidak tahu bagaimana Resa akan menjawab pertanyaan Haji Surya.
dan hari JD suami harus peka
apalgi resa LG hamil
moodnya it sprti bunglon
g bs berpaling aq Thor😅