NovelToon NovelToon
BATAL SEBELUM SAH

BATAL SEBELUM SAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:152k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

"Menikahi Istri Cacat"
Di hari pernikahannya yang mewah dan nyaris sempurna, Kian Ardhana—pria tampan, kaya raya, dan dijuluki bujangan paling diidamkan—baru saja mengucapkan ijab kabul. Tangannya masih menjabat tangan penghulu, seluruh ruangan menahan napas menunggu kata sakral:

“Sah.”

Namun sebelum suara itu terdengar…

“Tidak sah! Dia sudah menjadi suamiku!”

Teriakan dari seorang wanita bercadar yang jalannya pincang mengguncang segalanya.

Suasana khidmat berubah jadi kekacauan.

Siapa dia?

Istri sah yang selama ini disembunyikan?

Mantan kekasih yang belum move on?

Atau sekadar wanita misterius yang ingin menghancurkan segalanya?

Satu kalimat dari bibir wanita bercadar itu membuka pintu ke masa lalu kelam yang selama ini Kian pendam rapat-rapat.

Akankah pesta pernikahan itu berubah jadi ajang pengakuan dosa… atau awal dari kehancuran hidup Kian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Mengorek Luka Lama

Ruangan terasa lengang. Bahkan detik jam dinding pun terdengar keras di telinga.

Kanya melirik ke arah Kian cepat, tapi cukup untuk menyampaikan gelisahnya. Lalu ia tertunduk dalam. Kedua tangannya mengepal di atas pahanya, meremas gamisnya erat-erat hingga jemarinya memucat. Ia tahu pembicaraan ini akan datang. Tapi tidak menyangka secepat ini.

Kian menghela napas pelan. Dadanya sesak. Kata-kata tersangkut di kerongkongan sebelum akhirnya berhasil ia dorong keluar.

“Kami menikah bukan karena cinta, Pa…”

Suaranya tenang, tapi sarat beban.

“Tapi karena keadaan. Bahkan saat itu… kami belum saling mengenal.”

Keynan dan Aisyah saling pandang, tapi tak menyela.

“Selama enam bulan setelah menikah, Kanya tetap tinggal di pondok pesantren. Aku hanya mengantar terapi seminggu sekali dan menjenguknya untuk mengantar kebutuhannya sebulan sekali. Selebihnya… kami menjalani hidup masing-masing.”

Kian berhenti sebentar, menatap piring kosong di depannya, seolah mencari kekuatan.

“Lalu kami berpisah. Dua tahun… tanpa kabar. Dan baru beberapa hari ini kami kembali bersama.”

Aisyah menahan napas.

Kanya masih tertunduk. Dada perempuan itu terasa nyeri. Tapi tak satu pun kata keluar dari mulutnya.

“Kami belum tahu apakah kami bisa saling mencintai.” Nada suara Kian mulai berubah. Lebih pelan, seolah sedang bicara pada dirinya sendiri.

“Karena itu… kami sepakat, akan belajar saling memahami. Dan jika pada akhirnya merasa cocok… kami akan meresmikan pernikahan ini secara hukum. Tapi jika tidak…”

Kian terdiam sesaat.

“…kami memutuskan untuk berpisah.”

Hening.

Lama.

Aisyah memejamkan mata. Wajahnya menegang, kecewa tak bisa disembunyikan. Sementara Keynan menyandarkan punggung ke kursi, menarik napas panjang.

“Tapi...” Kian melanjutkan, suaranya lebih tegas, “...sesuai amanah Pak Hasan, ayah Kanya, aku akan tetap menjaga Kanya. Apapun keputusan akhirnya nanti.”

Kanya menahan napas. Kalimat itu… menggores hatinya dalam cara yang aneh. Ada lega, tapi juga sedih. Ia merasa seperti orang yang dititipkan… bukan dicintai.

Keynan mengangguk pelan, lalu menatap Kian dalam.

“Kami tidak menuntut cinta tumbuh dalam sehari, Kian. Tapi menunda pernikahan resmi bukanlah solusi.”

Nadanya tenang, tapi ada kekuatan dari sosok ayah yang bijak.

“Pernikahan bukan sekadar rasa suka. Tapi juga ibadah dan tanggung jawab di mata Allah dan negara. Apalagi, Kanya sudah menjadi istrimu secara agama.”

Aisyah menyambung pelan, suaranya lembut tapi getir.

“Menikah diam-diam saat usianya belum cukup, dan sekarang menunda pengesahan… itu menyakitkan, Nak. Apalagi bagi kami kaum wanita.

Kian menunduk. Kali ini tak bisa menjawab.

Keynan menatap keduanya dengan sorot dalam.

“Kami ingin kalian bahagia. Tapi juga ingin kalian benar, di mata syariat dan negara.”

Nada suaranya tak meninggi, tapi mengandung bobot. Seolah menegur tanpa membentak.

Ia mencondongkan tubuh ke depan.

“Pikirkan baik-baik. Bukan hanya dengan logika… tapi juga dengan iman.”

Aisyah menyentuh lengan suaminya, lalu mengarahkan tatapannya pada Kanya.

“Dan kau, Kanya…” suaranya pelan tapi menusuk lembut, “...jangan takut berkata jujur. Kalau hatimu sudah memilih, jangan ragu mengungkapkannya.”

Kanya mengangguk pelan, suaranya hampir tak terdengar.

"Iya, Ma."

Ruang makan keluarga itu masih dipenuhi aroma sisa makan malam, tapi percakapan yang menyusul sama sekali tak mengandung kehangatan.

Keynan menghela napas. Berat. Panjang.

Tapi sorot matanya belum berubah. Tajam, fokus.

“Kian.”

Kian menoleh.

“Selain soal pernikahan kalian, kita juga harus bicara soal tanah keluarga Kanya.”

Sejenak, ruangan seperti menegang.

“Yang sekarang… jadi fondasi resort-mu.”

Aisyah menatap suaminya, tatapannya seolah menyiratkan sesuatu yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Kanya menunduk semakin dalam. Pembahasan soal tanah itu… langsung menyeretnya kembali ke awal segalanya. Awal keterikatannya dengan Kian.

Kian terdiam. Rahangnya mengeras. Napasnya menggantung.

Topik ini, meski tak diucapkan dengan nada keras, tapi terasa seperti pisau yang menggores luka lama yang belum benar-benar sembuh.

Resort di Kalimantan.

Di sanalah semuanya bermula.

Di sanalah ia menabrak Kanya, gadis asing yang tiba-tiba menjadi bagian dari hidupnya. Luka dari kecelakaan itu masih membekas. Tak hanya di kaki Kanya, tapi juga di relung terdalam hatinya.

Ia masih ingat hari pernikahan mereka. Tatapan kosong Kanya. Wajah yang pasrah, tapi tak pernah menyerah.

Gadis itu kehilangan banyak hal karena dirinya, dan ia tahu itu.

Tangannya mengepal pelan di atas meja makan. Beberapa piring sudah kosong, tapi percakapan baru saja memulai babak paling pahit.

Ia tak pernah benar-benar siap membahas ini.

Karena ia tahu, di balik resort megah itu... ada luka yang ia warisi. Ada harga diri yang ia pertahankan. Ada ambisi yang menuntunnya untuk menikahi seseorang yang bahkan tak ia kenal.

Bukan karena cinta.

Tapi karena tanggung jawab.

Dan kepentingan.

Dan kini… semua itu kembali dihadapkannya, tanpa bisa ia sangkal.

Keynan akhirnya berbicara, suaranya tenang tapi tajam.

“Kau tidak membeli tanah itu, Kian.”

Kian mengangkat wajahnya, tatapannya menusuk. Tapi ia tak menyangkal.

Tanah itu memang tak dibeli. Hanya disertakan sebagai bagian dari perjanjian... saat Kanya resmi menjadi istrinya.

“Tanah itu masih sah menjadi milik keluarga Kanya,” lanjut Keynan. “Dan sekarang, Kanya satu-satunya pewarisnya.”

Aisyah terdiam, menatap wajah suaminya yang tetap tenang, tapi jelas ingin menegaskan satu hal: keadilan.

Keynan melanjutkan, nadanya sedikit lebih tajam.

“Jadi... bukankah seharusnya kau memberikan keuntungan dari resort itu pada Kanya? Setidaknya bagiannya. Meski resort itu baru dibuka setengah tahun ini. Tapi setahuku, tempat itu tidak pernah sepi. Banyak pebisnis yang menginap di sana selama urusan mereka di Kalimantan.”

Kian terdiam.

Ada ketegangan di garis rahangnya. Tapi ia tak menyangkal. Resort itu memang menghasilkan. Lebih cepat dari yang ia perkirakan. Dalam waktu singkat, ia sudah balik modal sebagian.

Akhirnya, ia mengangguk pelan.

“Aku akan memberikan bagian keuntungan Kanya selama enam bulan ini.”

Keynan tidak langsung menjawab.

Tapi Aisyah mengangguk pelan, bibirnya menyunggingkan senyum kecil, seolah itu cukup... untuk malam ini.

Di ujung meja makan, Kanya masih menunduk. Diam.

Tapi dalam diamnya, dadanya terasa penuh.

Ia tahu.

Ia tahu semua ini sejak awal, bahwa resort itu dibangun di atas tanah milik keluarganya. Tanah yang menjadi alasan pernikahannya.

Namun entah kenapa...

Baru malam ini, kenyataan itu terasa seperti ditusuk dua arah: oleh masa lalu yang tak pernah berubah, dan oleh pengakuan suaminya… yang akhirnya jujur, meski bukan karena cinta.

Aisyah menatap Kian, nada suaranya lembut tapi ingin tahu.

“Berapa keuntungan bersih yang kamu peroleh dari resort itu selama enam bulan ini, Kian?”

Kian terdiam sejenak. Lalu ia menjawab pelan,

“Aku belum pernah benar-benar menghitung secara rinci... tapi kira-kira, sekitar empat miliar rupiah.”

Empat miliar.

Dan seperempat dari itu adalah milik Kanya.

Salah satu alasan Kian menikahi Kanya.

Kanya mendongak, menatap suaminya. Mata gadis itu memantulkan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.

Keynan mengangguk pelan.

“Tanah keluarga Kanya adalah seperempat dari luas resort itu. Jadi… keuntungan yang harus kau berikan padanya selama enam bulan ini adalah satu miliar rupiah.”

Kanya terdiam.

Satu miliar.

Ia tak pernah membayangkan jumlah sebesar itu adalah haknya.

Kian menatap istrinya, lalu berkata,

“Dan kalau Kanya ingin menginvestasikan labanya… aku akan dengan senang hati menerimanya.”

Ia menyelipkan senyum kecil, tapi tatapannya sungguh-sungguh.

Kanya tak menjawab. Ia hanya menunduk, mencerna semuanya dengan hati yang campur aduk.

Keynan menatap putranya.

“Itu bisa kalian bicarakan berdua. Tapi jangan pernah memaksa Kanya untuk berinvestasi. Itu haknya sepenuhnya.”

Kian mengangguk pelan.

“Aku mengerti. Kami akan membicarakannya nanti.”

 

Setelah pembicaraan di meja makan, Kian dan Kanya kembali ke kamar mereka.

Kamar itu sunyi.

Lampu temaram menyisakan bayangan lembut di dinding. Di sudut ranjang, Kanya duduk bersandar dengan tangan terpaut di pangkuannya. Wajahnya serius.

“Aku mau pakai uang itu…” ucapnya pelan.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Siti Jumiati
Friska ketahuan kalau ada didalam kamar mandi
Cicih Sophiana
Friska knp gak pulang aja dari td malam... biar kamu ada jg Friska kan gak di anggap ada sama mereka... dari pada lebih sakit hati mending pulang istirahat...
Siti Jumiati
apakah Friska yang mengintip dibalik kamar mandi
Cicih Sophiana
Alhamdulillah Kian sdh sadar...
awas Kanya ada yg mengintip tuh... pasti dia penasaran liat wajah kamu yg di sembunyikan ternyata cantik pantas aja Kian memilih Kanya... itu Friska yg bilang
Cicih Sophiana
semoga tdk membahayakan nyawa Kian...
phity
sdh kublng kan friska mestiny smlam kmu pamit sj sm kanya ini msh bertahan sja tp ad bagusnya si kmu tau yg sebenarnya...smoga itu menyadarkanmu
asih
hancur sudah lah hatinya friska ..niat .au mencari yg lebih baik Dari Kian ehh malah KTM sama yg kayak ngono kasian Kali kau fris
anonim
Looooo...Friska kenapa masih di rumah sakit - menginap pula.
Rupanya Kanya salat subuh di masjid rumah sakit - makanya Friska berani mendekat berdiri di samping ranjang Kian yang masih terlelap.
Friska di kamar mandi ketika Kanya datang mendekati Kian yang mulai membuka mata. Friska di balik pintu kamar mandi bisa melihat wajah Kanya ketika pashmina pengganti cadarnya di lepas.
Kian menjelaskan kejadian sewaktu Friska tanpa ijin masuk dalam mobil pada Kanya - terjadi dialok terbuka yang tanpa mereka berdua sadari ada sepasang telinga yang mendengarkan. Baguslah - jadi lebih jelas sekarang hubungan suami istri - Kian dan Kanya bagaimana - Friska harus paham atas arti pembicaraan Kian dan Kanya.
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... Pokoknya Sampai Kanaya Hamil Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Puji Hastuti
Lanjut kk
Puji Hastuti
Friska ternyata kamu bukan rumah bagi kian /Grin/
septiana
Alhamdulillah... sekarang mereka sudah saling terbuka.. untuk Friska,jadikan ini semua sebagai pelajaran semoga kamu segera mendapatkan jodoh yg terbaik.
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
bukan juga .. alasannya akhlaknya Kanya..bukan kerana kecantikan isterinya semata-mata
Felycia R. Fernandez
setelah dihadang penjahat, setelah hampir meninggal...
hari ini mereka bisa bicara dari hati ke hati...
saling mencurahkan isi hati masing masing💓💖💕💗
Anitha Ramto
kasihan banget kamu Friska...dengar Pengakuan Kian pada Kanya yang sangat takut kehilangan Kanya,ternyata Kian hanya mengagumimu bukan mencintaimu,sekarang kamu dengar sendirikan kalo Kian dan Kanya saling nencintai dan mereka pasangan yang serasi,, Kanya ada apa yaaa sampe kaget begitu...

di gantung lagi nih sm kak Nana...
dan suara dering ponselnya si Ftiska dari kamar mandi wkwkwk
far~Hidayu❤️😘🇵🇸: baguslah biarkanlah dia tahu yg benar supaya dia berhenti menjadi pelakor
total 1 replies
Liana CyNx Lutfi
Nahkan sdh saling terbuka dan sdh saling mencintai,friska belajarlah dr kanya soal kesabaran dan keikhlasan jngn krn sakit hati trs mencari pelarian carilah yg bnr2 tulus menerima
Sri Hendrayani
ooh ketahuan deh
Upi Raswan
iiih thor..kenapa sih seneng banget bikin penisisriiin ..tapi gpp deh.selalu menunggu dengan setiaaah
Nana Colen
iiiiiieh ni greget da..... lanjut lagi dooong jangan gantung 🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
Hanima
lanjut kan Kak Nana...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!