Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh Empat
"Aku udah kenal kamu jauh sebelum kamu mengenal Erven, Aurel," ujar Yasmin menatao kesal Aurel di depannya yang hanya diam saja pasrah dengan keadaan.
"Terus aku harus gimana? Aku juga dulu gak pernah mengizinkan mas Erven untuk nikah sama Jihan, tapi dia memaksa, aku bisa apa Yasmin? Aku juga pernah meminta mereka cerai, tapi untuk apa jika pada akhirnya mereka menikah lagi secara diam-diam ta pa sepengetahuanku, Aku bisa apa? Memintanya untuk cerai lagi? Tidak mungkin yang ada mas Erven memilih untuk meninggal aku dibanding cerai dengan cinta barunya," balas Aurel terisak kecil dengan tatapan putus asanya.
"Gak bisa. Aku ga bisa diem saja ketika melihat kamu seperti ini, apalagi kamu sedang mengandung dan dia malah lebih memilih selingkuhannya itu,"
"Mereka tidak selingkuh, mereka sudah menikah, Yasmin," beritahu Aurel menekankan kata 'menikah' nya.
"Tapi sebelumnya mereka berselingkuh dulu, iya kan? Tidak mungkin Erven tiba-tiba datang kepadamu dan meminta restu untuk menikah dengan Jihan,"
Aurel menunduk, tidak tahu harus membalas apa lagi, melihat Yasmin yang marah seperti ini lebih seram dibanding ketika Yasmin memarahi dieinya yang telat memberikan tulisan novelnya.
"Kamu diem disini, aku gak bisa diem dan pura-pura gak tahu jika Erven sudah menikah
lagi,"
Dengan tidak santainya, Yasmin bangkit dari kursinya sehingga menimbulkan derit gesekan antara lantai dan kursi yang sedikit nyaring membuat beberapa pengunjung di sana menatap heran Yasmin.
Tidak terkecuali dengan Erven dan Jihan yang sedang bermesraan berdua, Jihan langsung menatap heran Yasmin yang melangkah ke arahnya dengan wajah datar, berbeda dengan Erven yang sudah mengenal Yasmin, Erven malah menatap Yasmin dengan senyum miringnya, tidak menyangka jika dirinya akan bertemu teman sekaligus editor dari istrinya di dalam kafe.
Erven mengedarkan pandangannya mencari keberadaan istri pertamanya, tidak mungkin ada Yasmin jika tidak ada Aurel di dalam kafe ini, pasti mereka sedang mengadakan pertemuan di sini.
"Maksudmu apa menikah lagi dengan wanita lain, Erven?" todong Yasmin begitu ia sudah berdiri berhadapan dengan Jihan dan Erven.
Erven melepaskan rangkumannya pada pundak Jihan, lalu menatap Yasmin dengan tatapan meremehkan.
"Melihatmu yang seperti ini, apa saja yang Aurel ceritakan kepadamu?" tanya balik Erven dengan santainya.
Yasmin mengepalkan kedua tangannya, ia sangat marah melihat bagaimana respon Erven yang menurutnya sangat berbeda jauh dengan kepribadian Erven yang dulu. Yasmin seperti tidak mengenal Erven yang dulu sopan dan sangat lembut. Kemana sifat itu perginya? Atau hilang setelah bertemu dengan Jihan.
"Aku menyesal telah membantumu dulu, seandainya aku tahu jika Aurel akan mengalami hal seperti ini denganmu, sudah sejak dulu aku menjauhkanmu dari Aurel, namun sayang sikap aslimu yang satu ini sangat pemalu sehingga baru muncul setelah melihat wanita lain yang bahkan jika dibandingkan dengan Aurel, wanita ini sangat jauh berada di bawahnya, mereka tidak satu level,"ocehan Yasmin yang kali ini sukses membuat Erven yang awalnya tenang menjadi marah.
"Kamu tidak memiliki hak untuk membandingkan mereka, saya mencintai Jihan bukan karena memandang apa yang di dalam dirinya, jadi berhenti menghina Jihan jika kamu masih ingin hidup tenang setelah ini," sengak Erven menatap tajam Yasmin yang kini tersenyum miring.
"Aku bahkan tidak menyangka jika seleramu sekarang turun jauh sekali, ibarat dulu kamu pecinta emas kini melah lebih memilih batu,"
"Lebih baik kamu pergi dari hadapan kami sebelum saya menampar wajahmu itu, Yasmin!" perintah Erven membuat Aurel mundur ketakutan.
"Oh, Ya ampun, menakutkan sekali seorang laki-laki berani menampar seorang wanita," ejek Yasmin semakin membuat Erven naik darah.
Ia hendak bangkit menghampiri Yasmin, tapi kedatangan Aurel menghentikan gerakannya.
"Yasmin, sudah kita pergi saja, kita sudah terlalu di dalam sini," ajak Aurel menarik lengan Yasmin, Yasmin tidak menolaknya, ia melangkah mengikuti Aurel yang berjalan lebih dulu di depannya.
"Lain kali biarkan saja mereka, aku takut mas Erven akan berubah menjadi pria yang kasar karena emosi dirinya sendiri!" peringat Aurel yang dibalas Yasmin dengan deheman pelan.
"Dimana laptop dan tasku?" tanya Yasmin memperhatikan kedua tangan Aurel yang sama sekali tidak terlihat ia membawa barang-barang miliknya.
"Ada, aku tadi pergi ke mobil lebih dulu sebelum menghampirimu yang hampir di tampar mas Erven," jawab Aurel.
"Jika Erven saja mulai tidak peduli denganmu, bagaimana dengan calon bayi yang sedang kamu kandung?" tanya Yasmin membuat langkah Aurel terhenti.
"Jangan bertanya apapun lagi tentang itu, aku tidak tahu nasibku kedepannya, saat ini aku sedang mencoba menjaga komunikasi dengan mas Erven agar ia ingat dengan calon bayi yang sedang aku kandung ini," lirih Aurel, tiba-tiba saja perasannya menjadi sedih mengingat Erven yang mulai tidak peduli dengannya sekali pun ia tengah mengandung anaknya.
"Maaf, tapi jika kamu butuh bantuan apapun ada aku di sini, tolong hubungi aku jika terjadi sesuatu denganmu. Kita tidak saling mengenal satu dua tahun saja, sudah hampir sepuluh tahun kita saling mengenal, dari yang awalnya kamu seorang gadis polos yang sedikit kesulitan merangkai kata kini sudah menjadi wanita dengan novel yang diminati di berbagai kalangan," ujar Yasmin menaruh kedua tangannya di pundak Aurel.
Aurel tersenyum dan menganggukkan kepalanya semangat, "pasti, orang pertama yang akan aku hubungi jika terjadi sesuatu kepadaku pasti kamu,"
Yasmin menatap Aurel dengan tatapan sedih, "tapi kenapa kemarin-kemarin kamu menganggap aku seperti orang asing, aku bahkan baru tahu semua maslah yang kamu hadapi, kamu sama sekali tidak pernah bercerita apapun kepadaku termasuk kamu yang sedang mengandung," lirih Yasmin membuat Aurel terkekeh geli melihat ekspresi Yasmin yang menurutnya sedikit aneh.
"Maaf, kemarin-kemarin aku benar-benar tidak bisa menceritakannya kepadamu,"
"Jahat, kamu menganggap aku orang asing rupanya. aku tidak peduli pokoknya, mulai hari ini kamu harus menghubungiku jika kamu membutuhkan bantuan, dan teman cerita," ucap Yasmin sedikit memaksa membuat Aurel memeluk teman sekaligus editornya dengan perasaan haru.
bye bye aja lah