NovelToon NovelToon
Papa, Mama Jadi Hantu 2

Papa, Mama Jadi Hantu 2

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Kumpulan Cerita Horror / hantu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: 3112

Kehidupan yang kualami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharianku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung. namun hari hari ke depan mesti di lalui dengan semangat dan keceriaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12

‘DOMBA DOMBA Kuring….

DI ANGON-ANGON Kuring ….’

Sambil bernyanyi. Tanganku dengan terampil menata barang yang hendak di jual. Cilok itu sebagian sudah ada di dalam ruang kaca yang sedikit meninggi di bagian depan gerobak. Sehingga Nampak dari empat sisi. Itu kotak kaca. Namun yang menghadap ke penjual sengaja di buat semacam pintu untuk bisa keluar masuk jualan tadi, agar mudah mengambilnya. Dengan ruang kaca itu, membuat semakin mudah terlihat kalau masih penuh atau sudah menipis.

Cilok itu di tata demikian, supaya kelihatan banyak. Jadi pada bagian depan penuh, terutama untuk yang menempel di kaca di buat memenuhinya. Jadi kelihatan satu kotak itu penuh. Dan membuat Nampak segar selalu. Sementara di sisi yang lain bisa saja sudah kosong, atau telah menipis. Akibat sudah menjelang habis, atau memang membawanya tak banyak, tapi bisa kelihatan penuh terus.

Selebihnya membawa sambal dan kecap. Semua demi mereka yang suka sekali masakan pedas. Sehingga di beri nya banyak-banyak supaya warnanya juga menarik. Merah kehitaman. Sebelum di aduk.

Kadang anak-anak lebih suka di kasih kecap saja. Itu sudah menjadi kesenangan mereka.

“Wih nembang lu…“

Josephine tahu-tahu sudah tahu. Dekat dia. Entah nongol dari mana.

“Hooh…“

Padahal yang terdengar,

“U.. uu…“

“Kita jalan nih…”

Aku hanya mengangguk.

Sembari mendorong gerobak. Dan membunyikan gong kecil itu.

Kami menurut kampung. Sepanjang jalan itu dia berteriak-teriak. Menjajakan dagangan, dengan iringan alat music gamelan yang sedikit mistis ini. Sebenarnya tak harus itu sih. Terkadang ada yang menggunakan semacam terompet. Atau alat musik seperti tape yang murah meriah namun menghasilkan bunyi keras yang bertujuan memanggil pembeli, sehingga memberitahunya, agar ngerti kalau kita sudah datang. Juga ada yang menggunakan terompet tapi model di tekan bagian ujungnya, sehingga kenyal-kenyal aneh seperti cilok itu. Yang jelas memang tujuannya supaya bisa menarik pembeli, namun tidak kehabisan suara akibat teriak-teriak menjajakan.

Banyak anak menghentikan. Mereka pada mau beli. Ada yang lima ribu, sepuluh ribu, atau Cuma seribuan. Maklum uang jajan mereka sedikit. Mungkin orang tuanya lagi belum gajian serta mencari ikan di pemancingan tidak dapat, jadi hanya memberi uang jajan anaknya segitu saja. Itu sudah mending daripada sama sekali tak di beri, dengan alasan kalau nanti puasanya kuat setahun akan di kasih seharinya sepuluh ribu.

“Beli.”

Di layani sama Josephine. Dengan lincah, dia menusuk makanan itu untuk kemudian memasukkannya ke plastik. Sembari memberi kecap dan saos sekedarnya. Maklum, dengan biaya demikian, tak banyak memberikan keuntungan. Nanti kalau terlalu banyak juga take nak. Makanya di kasih sesuai kadar saja. Selebihnya bakalan di jual ke lokasi lain. Juga bakalan memberi uang yang lumayan banyak. Cukup untuk Kembali modal, serta selebihnya akan memberi keuntungan tambahan yang jika di kumpulkan, akan menjadi bukit, serta bisa untuk belanja online, atau di masukkan ke Tabungan yang sudah mulai penuh itu.

“Lu banyak banget ngambil cabe!“

“Hehe…“

“Getok botol kecap lu!“

Josephine mengambil botol kecap dan memukul kepala anak itu.

“Ih…“

Anak itu menjerit lirih. Sembari mengelus-elus bagian yang kena. Matanya merah. Tapi tak sampai menangis. Katanya malu, kalau di ejek kena sakit gitu saja nangis.

“Lo, dia matanya merah. Mau nangis apa?“ seorang ibu datang. Dia keheranan melihat ada anak yang mengelus-elus kepala sembari memegangi cilok, tapi matanya aneh.

“Paling kebanyakan cabai,“ ujar Josephine.

“O…“

1
cahaya3112
yuk 👍
cahaya3112
mari 👍👍
Andrias CPC
yuk 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!