NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa

Seminggu dengan cepat berlalu. Seperti kembali ke masa lalu. Aku melihat Khanza sudah menjemputku. Bedanya, dia kini menunggu di ruang tamu rumah Bu Vety. Aku tersenyum tipis padanya yang melambai.

Pakaiannya rapi. Rambutnya juga rapi. Dia terlihat lebih segar dan tampan hari ini. "Sudah makan siang?" Tanyaku padanya.

"Sudah. Bagaimana denganmu?" Tanyanya sambil berdiri dan merapikan jepit rambutku di sisi kiri.

"Sudah"

"Tak ada yang ketinggalan? Buku? Alat tulis? Nomor peserta?" Ingatnya sekali lagi.

"Aman" Jawabku.

Kami berpamitan kepada Bu Vety yang berada di dapur. Beliau ternyata menyiapkan sandwich untuk penganjal perut di perjalanan.

Khanza sudah bukan bocah SMA lagi. Dia kini sudah menggunakan motor besarnya dan menunjukkan SIM-C nya dengan bangga.

"Puji aku" Ucapnya.

"Kerja bagus" Ucapku.

"Haaa? Gitu doang?" Tanyanya.

Aku terkekeh. "Kamu keren, aku naik ya?" Pujiku dan langsung naik di motornya.

Bagiku, ini sedikit canggung. Posisi jok motor Khanza agak menungging. Awalnya, aku duduk dengan tegak dan berpegangan pada bahu Khanza. Namun, dia tiba-tiba tertawa. "Ayolah, santai saja" Ucapnya menarik kedua lenganku di pinggangnya.

Hidungku menghantam bahu Khanza saat dia menarik tanganku tanpa sengaja. Aroma parfumnya, tercium segar dan tidak menusuk di hidung. Motornya mulai berjalan.

WASH! WESH!

Menyalip beberapa kendaraan besar; mobil, pick-up, truk pengangkut kelapa, dan lainnya. Kami mampir di pom bensin setelah melakukan perjalanan hampir setengah jam. Aku menyentuh wajahku yang dingin dan kesemutan.

"Haus?" Tanya Khanza sambil mendonggakkan helm kepalaku.

Mataku bertemu dengannya. "Tidak. Kamu tidak mengantuk? Kita istirahat dulu?" Tawarku.

Punggungku saja sudah pegal. Apa lagi dia yang mengendarai motor.

"Istirahat? Boleh" Jawabnya sambil mengendarai motornya.

Kami berhenti di tak jauh dari Pom bensin itu. Ke pedagang es keliling dengan gerobaknya yang berwarna putih biru.

"Dua pak. Dimakan disini" Ucap Khanza sambil memarkirkan motornya di dekat trotoar jalan dengan garis kuning dan hitam, seperti pembatas polisi.

Es campur ini, enak. Aku terkejut dengan buahnya yang sungguh segar. Aku menghabiskannya tanpa menunggu lebih lama lagi.

Kami melanjutkan perjalanan. Melewati jalan panjang berliku dari hutan gunung. Disana hujan lebat. Kami berhenti untuk berteduh di pondok yang terbuat dari anyaman bambu. Kami tak sendiri. Disana ada juga beberapa orang yang berteduh.

"Maaf, jas hujannya malah ketinggalan" Ucapnya sambil melepaskan helmku.

"Kenapa harus minta maaf? Tidak masalah, yang penting selamat" Jawabku sambil merapikan rambutku dan berjongkok disana.

Khanza ikut berjongkok sambil merangkulku. "Dingin?" Tanyanya.

"Tidak"

Khanza membuka ponselnya dan membaca materi yang mungkin keluar. Aku tidak tau bagaimana Khanza di kelasnya. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku merasa seperti aku tak mengenal Khanza dengan baik. Dia selalu tau apa saja yang ku pikirkan. Dan dia tau semua tentangku. Tapi, tidak denganku. Aku tak mengenalnya dengan baik. Ini membuatku sedih dengan diriku sendiri.

Sejenak, aku melamun. Aku ingin bertanya tentang dirinya dan pengalamannya saat di Australia.

Mungkin, Khanza tau dengan aku yang tengah melamun. Dia menepuk pundakku. Menyadarkanku dari lamunan. "Ada apa?" Tanyanya dengan nada yang penuh perhatian.

Aku melihatnya. Iris emerald itu, menyatu dengan gelapnya hutan saat mendung.

Aku merasa kesal dengan diriku sendiri. Kenapa akhir-akhir ini aku terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tak penting.

"Aku tidak sabar untuk tes besok" Jawabku sambil melebarkan senyumku. Khanza turut meringis lebar dan menunjukkan soal test tahun lalu padaku.

Hujan mulai mereda. Beberapa dari mereka yang berteduh melanjutkan perjalanan mereka. Aku sudah merapikan tasku, memasukkan ponselku. Menunggu Khanza yang belum berancang-ancang untuk melanjutkan perjalanan.

Aku mengambil helm "Gak lanjut sekarang?" Di pondok ini, hanya tersisa kami berdua. Ini membuatku sedikit tidak nyaman. Meski aku sudah mengenal Khanza.

Khanza mengangguk dan mengunci helm yang ku kenakan. Dia mengusap pipiku. Tangannya terasa dingin. "Astaga, kamu cantik sekali. Jantungku jadi berdebar" Ucapnya tiba-tiba.

AKH! Khanza memang modelan seseorang yang langsung mengungkapkan rasa sukanya dan rasa tak sukanya. Meski aku sudah sering mendengar pujiannya. Tetap saja. Aku masih belum terbiasa, dan aku merasa malu.

"UGH, berhenti berkata seperti itu!" Tegasku membuang wajahku jauh-jauh darinya.

Aku mendengar kekehannya dan dia menepuk helmku beberapa kali. Andai saja aku bisa sepertinya, mudah mengungkapkan perasaanku, apa Khanza juga akan merasakan rasa senang yang kurasakan sekarang?

Aku naik di motornya. Memeluk pinggangnya. Suara motor begitu keras dan perjalanan kami terus berlanjut.

Kami sampai di kota. Khanza menolak untuk pulang ke rumahnya dan lebih memilih menginap di tempat lain. Dia ternyata sudah memesan dua kamar hotel dengan uangnya sendiri.

"Kenapa kau suka sekali membuang-buang uang?" Tanyaku setelah dia keluar dari resepsionis hotel dan mendapatkan dua kunci kamar yang bersandingan.

"Hobi saja" Jawabnya.

"Emang agak lain hobinya orkay" Jawabku mengetuk helm yang masih dia pakai.

Dia melepas helmnya dan bibirnya manyun. "Janganlah begitu~" Ucapnya sambil memeluk bahuku seperti orang yang ingin dibopong.

"Berat..." Ucapku seolah gravitasi menekanku.

Khanza mengosok rambutku saat dia melepaskan pelukannya. "Istirahatlah dulu. Aku akan mencari makan malam" Ucapnya sambil membukakan pintu kamarku.

Motor Khanza menyala setelah beberapa menit dia masuk di kamarnya sendiri. Saat itu, aku baru saja selesai mandi. Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Tau gini, emang enak naik kereta. Lebih murah dan cepat. Tapi, bagaimana lagi? Khanza sudah seeffort itu. Aku tidak bisa menolak apapun permintaannya.

Aku tertidur setelah membersihkan diri. Ponselku berdering. Mataku yang masam terpaksa terbuka dan melihat layar ponsel. Khanza menelepon.

"Halo?"

"Tidur kah? Ayo buka pintunya, kita makan dulu" Suara Khanza terdengar rendah di telepon.

"Ya, tunggu bentar ya..." Aku duduk kemudian bangkit dan membuka pintu kamarku.

Senyuman lebar itu, yang menampakkan gigi-giginya. Ah, aku sangat menyukainya. Aku kembali tersenyum dan mempersilakan untuknya masuk.

Kami makan bersama disana. Di lantai yang ku pasangkan tikar mini. Dia membeli ayam geprek. Sambelnya enak. "Makan yang banyak" Ucapku sambil memberikan kulit dari geprek itu. Aku tidak suka dengan rasa kulitnya yang bercampur dengan tepung. Itu, membuatku sedikit mual.

"Eh? Kan kulit yang paling enak?"

"Aku tidak suka" Jawabku.

"Agak beda seleramu"

Kami lanjut belajar bersama. Mengerjakan soal-soal tes tahun lalu. Khanza lebih pintar dari yang ku duga. Dia banyak membantuku. Menerangkan soal-soal yang sulit ku jawab hingga aku paham. Apa ini karena dia bersekolah di Australia dan pelajaran disini terlalu mudah untuknya.

Aku senang saat dia membantuku. Disisi lain, aku sadar. Aku hampir tak pernah membantu Khanza sedikit pun. Pikiranku tentang hal itu, membuatku hampir tak bisa tidur semalaman. Sebelumnya, aku tak pernah memikirkan hal ini. Tapi mengapa setelah aku menjalin hubungan lebih dengan Khanza, aku menjadi sering berfikir buruk seperti ini tentang diriku sendiri?

1
Introvert
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Introvert
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Introvert
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!