Kisah gadis yang jatuh cinta pada pandangan pertama, begitu cintanya di balas saat itu juga hidupnya bahagia. Ketulusan dan kelembutan dalam menjalani hubungan membuat pasangannya merasa seenaknya. Sifat pemaaf yang di miliki Melati membuat laki-laki itu mengulangi kesalahan terus-menerus. Namun, gadis itu senantiasa memaafkan karena hatinya hanya untuk Rafaly Thamana.
"Tolong beri aku kesempatan."
"Bertahanlah sedikit lebih lama, sampai aku bisa menerima dirimu kembali."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anissa Ruth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Kelulusan
Hari ini adalah hari terakhir Melati mengenakan seragam sekolah ini. Hari kelulusan akhirnya tiba, setelah melewati ujian dan mengulang pelajaran. Berada di kelas, duduk di bangku menunggu hasil dengan deg-degan.Menunggu namanya dipanggil gadis itu memainkan game offline di ponsel, sedikit menghilangkan ketegangan.
Teman-temannya ada yang sudah menerima hasil kelulusan, kelihatan girang, mungkin nilainya sesuai harapan.
Melati sudah tidak sabar bagaimana dengan nilainya, gadis itu tidak tenang, merasa namanya tidak dipangil-panggil. Sementara Raf, laki-laki itu terlihat santai, seperti apa pun nilainya dia akan terima, karena itu hasil kerja keras. Raf mendekati Melati perlahan, laki-laki itu berniat jahil dengan cara membuatnya kaget.
Setelah berada tepat di belakang gadis cantik itu. “DOORRR!” Tawa laki-laki itu kencang melihat wajah terkejut pacarnya, di mata Raf, gadis itu sangat lucu. Orang-orang disekitarnya menatap Raf dan Melati bergantian saking kecang suara ketawanya. Sadar, bahwa dirinya jadi pusat perhatian laki-laki itu berhenti tertawa lalu duduk di samping Melati.
“Wajah kamu lucu saat kaget tadi,” bisiknya sambil kembali terkekeh. Melati memukul paha Raf pelan. “Apaan, sih, Raf. Aku lagi tegang malah dikagetin.” Laki-laki itu kembali tertawa pelan mendengar ucapan Melati.
Pikirnya, ngapain sampai tegang begitu padahal Melati cukup pintar di kelas, pastinya bakalan lulus.
Tidak lama setelah itu, nama Melati dipanggil, dengan deg-degan gadis itu mengambil surat kelulusan. Senyumnya mengembang setelah melihat nilai miliknya ternyata sesuai harapan, Melati bahagia, dia kembali menghampiri Raf, duduk di sebelahnya.
“Gimana hasilnya, Mel?”
Melati hanya tersenyum dan Raf sangat yakin senyuman itu tanda bahwa nilainya bagus. Laki-laki itu ikut tersenyum lalu merangkul pundak Melati dan mengelusnya. “Semoga kamu keterima di kampus yang kamu inginkan.”
“Iya, Makasih, Raf.”
Melati bercita-cita menjadi seorang guru sejak kecil sampai sekarang cita-cita itu tidak pernah berubah. Gadis itu ingin mengambil jurusan Pendidikan Biologi, dia berusaha keras untuk bisa masuk kampus keinginan yaitu lewat jalur SNMPTN.
Satu jam berlalu, surat kelulusan sudah selesai dibagikan, semuanya tampak bahagia dan sedih bercampur aduk, namanya juga hidup, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Murid-murid kelas tiga berseliweran, bersua foto bersama.
“Gue fotoin kalian berdua,” ujar Andre salah satu teman dekat Raf. Tentu pasangan itu langsung bergaya siap di foto, setelahnya mereka foto bersama pakai kamera depan. Setelahnya Andre pergi karena seseorang memanggilnya.
“Ini mungkin jadi saat terakhir kita foto berdua, Raf.” Laki-laki itu mengerutkan kening.” Loh, kok, gitu? Emangnya kita bakal pisah? Enggak, lah. Ngaco kamu.” Gadis itu tersenyum samar. “Kan, kita beda kampus, Raf. Pastinya nanti jarang ketemu.”
“Gak usah mikir gitu, nanti aku bakalan sering main ke rumah kamu.”
“Oke. Terserah kamu aja.”
Gadis itu kembali tersenyum, kalau Raf sudah bilang begitu, Melati merasa lega. Cintanya sangat dalam pada Raf sampai tidak rela berjauhan. Namun, mau bagaimana lagi keduanya punya cita-cita yang berbeda, punya impian masing-masing.
Waktu di sekolah sudah habis, Melati pulang diantar Raf, seperti biasa laki-laki itu selalu membawa motor kesayangan. Sementara Melati, tidak masalah, Raf mau mengantarnya pakai apa pun, dirinya senang asalkan bisa dengan laki-laki itu.
“Mel, peluk aku, dong,” ucap Raf tiba-tiba. Namun, gadis itu tidak mendengar, matanya fokus melihat jalanan yang ramai, sampai tidak sadar. Sementara laki-laki itu, menyadarinya kembali mengulang ucapan tadi dengan suara agak keras.
“Mel, peluk aku, dong!”
“Hah?!”
“Peluk aku! Kamu, ih. Harus disuruh mulu, gak peka banget, gimana, sih!” Kali ini Raf agak kesal, laki-laki itu menghentikan motor dipinggir jalan. Sedangkan Melati, malah ketawa kecil lalu memeluk Raf gemas, menyimpan dagunya di pundak Raf. Gadis itu senang melihat wajah kesal pacar-nya, Raf orangnya emosian, dan kesempatan buat Melati jadikan bahan untuk menjahili.
“Maaf, aku minta maaf, Raf. Udah dong jangan kusut gitu wajahnya. Lihat ini aku udah peluk kamu. Mana senyum manis pacar aku? Pengen lihat, dong, Raf.”
Bagai anak kecil yang dirayu, laki-laki itu tersenyum lebar menunjukan giginya yang putih dan rapi. Melati yang melihatnya mendadak diam perpaku lalu detik itu juga tangannya sengaja memukul paha Raf agak keras.
“Sialan! Aku tergoda senyum manis kamu!”
Laki-laki itu terkekeh dan kembali senyum-senyum menggoda membuat Melati yang melihatnya dari kaca spion mulai salah tingkah, pipinya merah merona.
Jujur dalam lubuk hatinya, senyuman Raf sangat manis, Melati sampai tidak bisa berpaling, rasanya sejuk tatkala senyum itu melengkung seperti bulan sabit.
“Tolong stop! Jangan senyum mulu, aku gak kuat!”
Ucapan Melati membuat Raf tertawa kencang, hingga turun dari motor, menurutnya wajah gadis itu sangat lucu, menggemaskan. Tapi, itu tadi, sekarang sudah berubah drastis wajahnya menjadi datar, tatapannya sinis pada Raf yang belum berhenti dengan tawanya. Menyadari perubahan wajah Melati, laki-laki itu berhenti tertawa. “Kenapa?” tanyanya dengan halis terangkat.
“Selesai ketawanya?”
kayaknya gampang nih deketin melati lagi, yg seru dong thor buat balesan si Rafnya masak langsung mapan aja