NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:85.2k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 33

Selamat membaca ♥️

...----------------...

"Sampai kapan? saya harus menjadi boneka Anda wahai,Tuan Rahardian yang terhormat?"

Sagara mencengkram sandaran sofa, mendengar kalimat sarkas putri sulungnya. Sedangkan Agam, Senja dan Bintang sangat terkejut. Baru pertama kali ini May berbicara ketus seperti itu.

"Jaga sikapmu Maysarah!"

"Anda-lah yang seharusnya menjaga kelakuan, Bapak Sagara!"

"Maysarah!!" Tangan Sagara sudah terangkat.

"Apa! mau menampar? ini, tampar! bila perlu bunuh sekalian. Daripada hidup hanya untuk memenuhi ambisi kalian!" Teriaknya lantang sambil tangan memegang pipinya, mempersilahkan sang ayah untuk menampar dirinya.

"Diam lah Maysarah. Jangan menjadi anak pembangkang!" Sagara menurunkan tangannya.

"Kelakuanku yang mana bisa disebut membangkang? selama ini, setiap perintah kalian aku lakukan! semua larangan yang tidak masuk akal-pun tak patuhi. Lantas, harus bagaimana lagi? supaya kalian puas dan tidak lagi mencengkram erat diriku. Hah!!"

"Kami melakukan semua itu karena sayang samamu, Nak!" Senja ikut menyanggah kalimat sang Anak, dirinya berdiri ingin memeluk Maysarah.

"Cukup Bunda! jangan pernah bersembunyi dibalik kata sayang, cinta, mengasihi, agar semua hal yang kalian bebankan kepadaku dapat dimaklumi!" May mundur, menghindari sang Ibu.

"Maysarah! Dia itu ibumu Jagan sekali-kali kau meninggikan suaramu!" berang Sagara.

"Kalau memang Dia ibuku, dimana dirinya saat aku terbaring dalam keadaan tak berdaya di rumah sakit. Kemana Dia saat aku meraung-raung menangisi kepergian anakku. Lalu, dimana orang yang harus aku panggil ibu itu, saat penerimaan raport, perkumpulan wali murid, dan dimana dirinya saat aku mengikuti lomba melukis... Dimana, hah!?" Dada May naik turun, emosinya sudah tidak dapat dia kendalikan.

"Dan kau Ayah, apa peranmu selama ini dalam hidupku? dirimu begitu menjunjung tinggi adab sopan santun. Begitu ingin dihormati. Perintahmu wajib dipatuhi, kata-katamu tak boleh dibantah dan keputusanmu adalah mutlak. Kau menuntut diriku untuk patuh sebagai seorang anak, tetapi apa pernah dirimu memenuhi hak-ku sebagai seorang anak!?" Sambungnya lagi, tidak memberikan sang ayah menyela perkataannya.

"May... kamu tahu pasti bagaimana keadaan kita waktu dulu, adikmu terkena penyakit yang sangat mengerikan. Dia membutuhkan perhatian lebih, Nak!" Senja menyanggah, berusaha mengambil hati Maysarah.

"Apa aku harus menjadi seperti Mahira dulu, Bun? Supaya mendapatkan perhatian lebih? Induk ayam saja bisa melindungi belasan anaknya sekaligus, tetapi Bunda...? selama ini aku berusaha mengerti, tidak marah, mencoba untuk menerima serta memahami situasi dengan sangat baik. Menjadi yang seperti kalian mau, begitu mandiri, tidak menyusahkan apalagi menuntut diperlakukan sama. Apa yang aku dapat dengan menjadi anak baik Budi bukanlah kebaikan, tetapi kekecewaan serta ketidakadilan."

May menatap langit-langit plafon, berusaha mencegah laju air matanya. Dia berusaha kuat untuk tidak menangis. Cukup tadi dirinya membuang air mata saat melihat kepergian Dodi.

"Kalian mengambil semua yang aku miliki. Membuang bahkan membunuh setiap impianku. Menjegal langka kaki kecil ini yang selalu berusaha bangkit dari puing-puing kehancuran akibat ulah kalian. Apa yang nggak kalian ambil dan singkirkan dariku, coba tolong sebutkan!"

Hening, tidak ada yang bisa menjawab apalagi mengelak, empat pasang mata itu hanya diam menatap nanar Maysarah. Sekali lagi Senja berjalan mendekati putrinya.

"Berhenti! aku muak melihat kalian semua! Selalu aku yang kalian tumbalnya demi membahagiakan orang lain, segitu banyaknya pengorbananku tak pernah cukup dan tak pernah terlihat!" Teriaknya dengan tatapan penuh kesakitan dan amarah.

Kalimat pedas May, berhasil menyakiti keempat orang itu. Senja dan Bintang sudah menangis sedari tadi, mata Agam dan Sagara memerah menahan sesak di dada mereka.

"Ini terakhir kalinya kami meminta bantuan mu, May. Setalah ini, sebisa mungkin Ayah tidak akan merecoki hidupmu." Sagara terlihat seperti seseorang yang tengah mengajak bernegosiasi, daripada menyembuhkan hati sang anak yang sedang terluka.

 "Tidak merecoki lagi? tentu saja Ayah sudah gak punya hak lagi atas diriku. Kalau tetap memaksa untuk mengendalikan hidupku seperti sebelumnya, berarti Ayah tidak tahu malu! sebab wanita yang sudah menikah, sepenuhnya menjadi milik suaminya." Maysarah menatap sinis sang Ayah.

Maysarah benar-benar melepaskan setan dalam dirinya. Seumur hidup baru kali ini dia meninggikan suara, membentak serta melawan.

"Maysarah, kalau kamu tidak mau menikah dengan Muntaz, maka ratusan karyawan Rahardian MNC terancam di PHK. Saat ini perusahaan benar-benar kacau, semua itu ulah Muntaz. Dia memanfaatkan betul nama besar keluarganya dan pengaruh dirinya di dunia bisnis." Agam memberikan pengertian kepada sang keponakan.

"Baguslah! bila perlu buat bangkrut sekalian. Mungkin dengan menjadi miskin bisa membuat kita hidup harmonis, bukan seperti sekarang penuh kepalsuan!" ujarnya sinis.

May masih berdiri angkuh, tidak bergeming sama sekali. Jawaban May sungguh diluar prediksi mereka. Bukan rasa iba yang May berikan, malah sebaliknya.

"Apa yang aku dapatkan jika menuruti permintaan kalian ini?"

"Apapun yang kamu inginkan." Sagara berujar, matanya mengembun. Dia tahu permintaan Maysarah pasti sesuatu yang akan disesalinya sebagai seorang Ayah.

"Baiklah... Aku ingin lepas dari nama besar Rahardian. ini bakti terakhirku sebagai seorang anak, karena setelahnya aku adalah seorang istri yang wajib mengabdi kepada sang suami, bukan lagi kepada sang Ayah ataupun Ibu. Apapun yang terjadi kepada Mahira kedepannya, jangan sekali-kali meminta bantuanku. Semua janjiku sudah terpenuhi, jadi mari kita sadar diri, untuk tidak saling merusuhi!"

              ***

Disinilah wanita yang telah memenuhi bakti terakhirnya itu, berdiri berdampingan dengan seorang laki-laki masa lalunya. Sedari tadi Muntaz menggenggam tangan kirinya, May sama sekali tidak peduli, membiarkan saja pria itu berbuat sesuka hatinya.

Semakin dekat langkah Dodi mendekati mereka, May berbicara kepada Muntaz. "Tolong berikan aku waktu, untuk berbicara empat mata dengan Dodi." Pintanya sambil melepaskan tautan mereka.

Rahang Muntaz mengeras, dirinya tidak suka May meminta izin untuk berbicara dengan laki-laki lain, tetapi dirinya tidak mau terlihat egois. Sudah bagus sang istri yang sedari tadi diam mau membuka mulutnya.

"Jangan lama-lama, ingat! kamu sudah bersuami! Peringat-nya dengan nada sedikit mengancam, sebelum meninggalkan panggung kecil itu, Muntaz mencuri kecupan pada pelipis Maysarah. Menatap nyalang mantan asistennya itu.

"Hai... selamat ya, May." Ucap Dody sambil memandang sendu wajah wanita yang seminggu lalu telah ia lamar.

"Maaf aku tidak bisa memenuhi janji, untuk menjadikan dirimu istriku." Sambungnya lagi dengan mata memerah menahan tangis.

"Ma-af, Do... Ak-ku." May tidak sanggup merangkai kata, melihat sorot mata penuh rasa kecewa itu, hatinya digerogoti rasa bersalah.

"Hey... jangan menangis. Wanita kesayanganku itu sangat tangguh dan berharga, air mata tidak pantas menghinggapi pipinya." Laki-laki yang melarang seorang wanita untuk jangan menangis, tetapi air matanya sendiri tidak berhenti berderai.

"Ini, sungguh menyakitkan May, aku hanya berhasil datang melamar mu, tetapi gagal menikahi dirimu. Bahkan kini aku hanya sebagai tamu undangan bukan menjadi mempelai... Ya Allah." Dirinya sedikit mengacak rambut dan mengusap kasar wajahnya. Sungguh keadaan ini sangat menyiksa batinnya.

May tidak tahan melihat keputusasaan Dodi, hatinya ikut menangis pilu, bukan perkara tentang cinta. Laki-laki dihadapannya ini begitu baik, tulus dan sangat menghargai dirinya. Lantas May memberanikan diri menggenggam tangan pria yang sedang patah hati itu. Dia tahu perbuatannya adalah hal yang tidak benar, tetapi biarkan kali ini dirinya berbuat egois, demi sedikit menghibur hati yang tengah dilanda lara.

"Do... bukan salahmu, seharusnya aku yang meminta maaf. Telah memberikan harapan palsu, melambungkan tinggi-tinggi khayalanmu, lalu dengan sangat kejam menghempaskan tanpa perasaan." May mengeratkan genggamannya.

Dodi yang semula terkejut akan tindakan berani Maysarah, lantas menyambut tangan lembut itu, menumpukan satu lagi sebelah tangannya.

"Kamu sama sekali tidak bersalah disini, May. Kita sama-sama dikelabui dimanfaatkan dengan sebaik mungkin." Ingin sekali rasanya dia mengusap air mata yang mengalir di pipi May, tetapi urung dia lakukan, dirinya tidak mau menjatuhkan kehormatan wanita yang sampai saat ini namanya masih bertahta di hatinya.

"May... bolehkah aku mengukir kenangan sebelum pergi menjauh dari kehidupanmu?"

~ Bersambung ~

Terimakasih sudah mampir ♥️

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!