Rocky, si anak mami dari keluarga konglomerat, dipaksa menikah dengan Lisa, gadis yang tidak sesuai ekspektasinya.
Kehadiran seorang pengusaha tambang diantara mereka telah menumbuhkan rasa cemburu dihatinya, sehingga dengan segala upaya ia berusaha membuat sang isteri jatuh cinta padanya.
Ikuti kisahnya ; ISTERIKU, CANDUKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bukan Rahasia
"Apa ini Nyonya?" Ribka menatap sesaat pada amplop tebal berwarna kuning kecokelatan yang disodorkan Marta dihadapannya, lalu beralih menatap wanita konglomerat dihadapannya itu.
"Bonus untuk para pegawaimu yang telah berjerih lelah menyiapkan makan siang hingga makan malam di acara pernikahan putraku," jelas Marta, sambil meletakan gelas kosong jus buah segar tanpa gula yang telah ia teguk hingga tandas.
Sudah menjadi kebiasaan, Marta selalu meminum jus buah segar sebelum menikmati makan siangnya. Wanita itu selalu menjaga serat dalam tubuhnya, agar tubuhnya yang sudah jumbo itu tidak bertambah membesar.
"Tapi Nyonya--" Ribka merasa tidak enak.
"Jangan menolak. Saya tau para pegawai Ibu sudah mendapatkan gaji yang pantas dan mungkin juga ada bonus tambahan. Tapi ini khusus dari saya buat mereka, saya ikhlas," potong Marta.
"Nyonya--, restoran ini ada sampai hari ini karena Anda, Nyonya. Saya tidak akan bisa membalas budi. Dan nyonya masih memberikan ini, saya benar-benar merasa tidak enak," Ribka masih berusaha menolak, mengingat asal mula usaha kulinernya yang hanya menjajakan sayuran dan lauk masak saja ketika itu, kini telah maju pesat menjadi restoran cita rasa nusantara yang sangat digemari berkat bantuan wanita baik dihadapannya itu.
"Bukan saya, tapi karena keuletan ibu Ribka sendiri yang gigih memajukan usaha ini," sambil mengedarkan pandangannya pada restoran yang begitu ramai dengan para pengunjung.
"L-Lisa?!" Marta tersentak, kala melihat menantunya itu tidak sadarkan diri disebelahnya, kedua tangan gadis itu bertumpu dikiri dan kanan wajahnya yang menempel diatas meja.
"S-sayang, kamu kenapa?" cemas Marta, begitu pula dengan Ribka. Kedua wanita itu panik sambil memeriksa keadaan gadis itu, begitu pula beberapa pegawai restoran dan pengunjung yang ada didekat mereka.
"Sepertinya menantu Nyonya ketiduran. Tapi suhu tubuhnya lumayan panas, sepertinya demam," ujar Ribka yang memeriksa denyut nadi, permukaan hidung, dan beberapa bagian lainnya pada tubuh gadis itu.
"Kalau begitu, tolong bawa menantuku kemobil, aku akan membawanya kerumah sakit," pinta Marta.
"Baik Nyonya," Ribka melambaikan tangannya, beberapa pegawai laki-lakinya gegas datang menghampiri.
"Ngg-mmh," Lisa melenguh kecil lalu membuka sedikit matanya hingga beberapa detik berlalu. Kepalanya sangat pusing karena semalam memang kurang tidur.
Insiden melorotnya handuk sang suamilah yang menjadi penyebabnya, ditambah lagi suaminya itu terus saja mengawasi dirinya sampai dini hari. Menjelang pagi barulah ia terlelap, namun beberapa menit kemudian ia dibangunkan oleh bi Inem atas suruhan sang ibu mertuanya.
Seketika matanya membola, gegas menegakan tubuhnya dengan rona memerah menahan rasa malu karena banyak orang yang mengelilinginya.
"M-maaf Mami, aku ketiduran," ucapnya merasa tak enak, berpura-pura baik-baik saja, namun kepalanya masih terasa begitu berat karena rasa pusing yang kian intens menyerang.
"Kamu kurang sehat Sayang. Mami meminta para pegawai laki-laki restoran ini untuk membawamu kemobil, kita harus kerumah sakit sekarang," memandangi wajah Lisa yang sedikit memucat.
"Aku tidak apa-apa Mi, masih bisa jalan sendiri," Lisa berdiri, mengambil tasnya lalu menggerak-gerakan sedikit tubuhnya sambil mengulas senyum.
"Tidak, Mami tidak mau ambil resiko," Marta ikut berdiri dari duduknya.
"Tolong papah menantuku," pinta Marta lagi pada para pegawai restoran dan tidak lupa berpamitan dengan Ribka, pemilik restoran.
...***...
"Papi tumben belum pulang?" Rocky memandang heran pada ayahnya yang masih setia duduk dibelakang meja kerjanya. Ia melirik arlojinya sudah menunjukan pukul lima sore lebih dua puluh menit.
Satu jam yang lalu, ia dan Dirly sengaja singgah lagi kekantor setelah pulang dari perusahaan tambang, dan melihat lampu koridor didepan ruang ayahnya masih terang benderang.
"Pekerjaan Papi belum kelar. Tolong panggilkan Dirly, Papi butuh bantuannya sekarang," pintanya, memandang wajah Rocky.
"Tapi Pap, ini sudah sore. Dirly pasti lelah pulang dari perusahaan tambang bersamaku."
"Papi tau, sebentar saja," pintanya, tak ingin dibantah.
"Baiklah." Rocky gegas keluar, memanggil Dirly yang tengah membereskan beberapa berkas diatas mejanya yang berada tepat didepan ruang kerjanya.
"Bapak memanggil saya?" ucap Dirly, begitu dirinya sampai didepan pintu Gusman.
"Masuklah Dirly," panggil Gusman sambil membenarkan kacamatanya.
"Dan kamu Rocky, pulanglah dulu. Nanti Dirly pulangnya bersama Papi," melirik pada Rocky yang masih berdiri didepan pintu setelah memanggil Dirly untuk menemui dirinya.
"Tapi Pap--"
"Sudah tidak perlu manja pada Dirly, ada sesuatu yang harus dia lakukan disini bersama Papi," datar Gusman.
"Baik Tuan besar!" sungut Rocky sedikit kesal mendengar ucapan ayahnya, lalu berbalik dan gegas meninggalkan ruangan sang ayah. Ia paling malas menyetir seorang diri tanpa Dirly, karena jam pulang kerja lalu lintas selalu saja macet setiap sore.
Mendengar sungutan Rocky putranya, Gusman hanya melihatnya tanpa ekspresi lalu beralih pada Dirly yang mematung didepan mejanya.
"Duduk," datar Gusman.
Tatapan Gusman membuat Dirly mendadak nervous. Perasaan pemuda itu tiba-tiba saja tidak enak.
"Rocky sudah menikah. Apa kamu tidak merasa iri padanya? Usia kalian berdua sama, hanya beda bulan saja bukan?" Gusman membuka obrolan dengan suara rendahnya.
"Sejak usia lima tahun kalian sering bersama, selalu satu sekolah hingga perguruan tinggi. Hingga sekarang berkerja pun berdua. Dan kini, Rocky telah menikah. Apa kamu tidak ingin menyusulnya juga?" memandang Dirly yang terlihat tegang.
"Bukan rahasia, semua orang dikantor ini tau kalau kalian berdua memiliki banyak kekasih. Jadi apa salahnya kamu segera menyusul Rocky, ada isteri yang merawat dan mengurus segala keperluanmu nanti. Seperti Rocky."
Dirly menelan salivanya, baru kali ini sang pimpinan dingin itu banyak bicara.
"Sepertinya saya belum siap menikah Pak," Dirly menatap sejenak pada Gusman lalu sedikit menunduk.
"Apa yang membuatmu tidak siap? Finansial, atau apa?" tanya Gusman, menegakkan punggungnya dari sandaran kursi kebesarannya, terlihat serius.
Ia sangat tahu kemampuan finansial Dirly. Tanpa bantuan ibundanya, pemuda blasteran itu sudah mampu membiayai hidupnya sendiri. Ia pun tahu kalau Dirly baru-baru ini telah membeli satu unit rumah mewah di komplek perumahan elit yang ada dikota mereka.
"Belum menemukan wanita yang cocok untuk dijadikan teman hidup saya Pak," jujurnya, kembali memandang wajah sang pimpinan.
Gusman tersenyum tipis, dan itu sangat jarang ia lakukan. Dirly sedikit ngeri melihatnya, karena lebih mirip seringaian mahkluk alam lain.
"Menikahlah dengan Yuliana. Dia gadis baik, dan juga cantik. Kamu tidak rugi menikah dengannya."
JEDAR!
Dirly mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat lamanya. Sama sekali tidak menduga bila Gusman akan menjodohkan dirinya dengan sekretarisnya.
"Kenapa?" tanya Gusman penuh selidik, begitu melihat raut kaget Dirly.
"Maaf Pak, nona Yuliana memang baik dan cantik, tapi saya tidak bisa," tolak Dirly spontan, tapi tetap sopan. Pemuda itu tanpa sadar menyingkirkan rasa sungkan yang biasa muncul bila berhadapan dengan Gusman.
"Saya memang tidak jauh beda dengan pak Rocky, tapi kami tidak pernah mencicipi kekasih-kekasih kami sebelum halal. Dan nona Yuliana, dia telah mengandung."
Deg.
Gantian Gusman yang tersentak kaget.
Ternyata kehamilan diluar nikah sekretarisnya itu sudah diketahui semua orang dikantornya, hanya dirinya saja yang baru mengetahuinya, dan itupun dari mulut isterinya tadi pagi, yang membuatnya sepanjang hari ini pusing tujuh keliling memikirkannya.
"Saya rasa, nona Yuliana lebih baik menikah dengan ayah bayinya," tutup Dirly, sementara Gusman masih belum selesai dengan rasa kagetnya.
Bersambung...👉
aku cicil ya kak