NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:804.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: syitahfadilah

S 4

Rangga begitu terpuruk saat Fiona, istri tercintanya meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua mereka. Di saat duka masih menyelimuti, ia dipaksa menikahi Flora yang merupakan adik kembar mendiang istrinya, demi memberikan kasih sayang sosok ibu untuk kedua anaknya.

Mampukah Flora menghadapi sikap Rangga yang dingin dan terkadang tak ramah padanya, sementara hatinya pun sedang tak baik-baik saja. Selain duka atas kepergian saudari kembarnya, ia juga terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12. TAK PUNYA PILIHAN

Beberapa hari setelah perseteruannya dengan Flora sore itu, Rangga mulai menyadari sikapnya itu sangat berlebihan. Ia mendengar sendiri saat itu, ketika Flora memutuskan hubungannya dengan Arkan melalui sambungan telepon. Dan seharusnya ia tak mencurigai Flora bila pun di luar sana bertemu Arkan, karena bagaimanapun Flora dan Arkan itu juga masih saudara. Bisa dibilang sekarang, Arkan adalah kakak iparnya.

Entah kenapa, sore itu ia benar-benar tak bisa menetralkan emosinya. Mengingat keseruan Flora dan anak-anaknya bersama Arkan sungguh membuatnya kesal, entah apa yang ia rasakan dan intinya ia tidak suka melihatnya. Dikatakan cemburu, ia juga menegaskan tidak demikian. Memangnya sejauh apa hubungannya dengan Flora sehingga ia harus cemburu. Begitulah kata hati Rangga, pemirsa. 🤭

Sejak sore itu pun, perlahan Rangga mulai sedikit mengubah cara bicaranya. Meski tak seketus biasanya, namun cuek itu terkadang masih ketara dan Flora tak mau ambil pusing lagi akan sikap suaminya itu. Dia sadar, pernikahannya dengan Rangga terjadi karena kesepakatan dan hanya untuk memberi sosok ibu untuk Kia dan Azka.

"Flo, kenapa gak beli bubur instan saja untuk Azka? Repot kayaknya kalau harus membuat MPASI sendiri." Kata Rangga saat Flora kembali ke kamar dengan membawa mangkuk kecil yang berisi bubur lengkap dengan lauk pauknya yang dimasak sendiri oleh Flora untuk Azka.

"Aku sama sekali gak merasa kerepotan kok, itu justru menjadikan pembelajaran tersendiri untukku jika nanti aku juga sudah..." Flora menjeda kalimatnya lalu menarik sudut bibir tersenyum getir. Rasanya masih terlalu mustahil jika sekarang ia berpikir suatu hari nanti memiliki anak sendiri dan stimulasi yang ia lakukan terhadap Azka akan memudahkan untuk ia terapkan pada anaknya sendiri nantinya. Jangankan berpikir untuk memiliki anak sendiri, pernikahannya dengan Rangga saja entah sampai kapan akan seperti itu.

"Sudah... Apa?" Tanya Rangga akhirnya karena Flora tiba-tiba saja diam tak meneruskan kalimatnya.

"Em, maksudku itu kalau bubur bayi buatan sendiri dapat disesuaikan dengan bahan makanan yang sama seperti menu makanan keluarga di rumah. Cara tersebut akan membuat Azka akan lebih cepat terbiasa makan menu keluarga, sehingga memudahkannya untuk beradaptasi jika sudah tidak makan makanan dalam bentuk bubur lagi." Ujar Flora memberi penjelasan tentang alasannya membuat MPASI sendiri ketimbang memberikan bubur instan untuk Azka.

Rangga hanya mengangguk pelan kepalanya. Padahal jelas jika kalimat terpotong Flora, tidak sesuai dengan apa yang baru saja dijelaskan oleh istrinya itu. Tapi karena ketidakpekaan nya, membuatnya menyimpulkan demikian saja.

Rangga lalu kembali duduk bersandar di ranjang sembari membawa laptopnya. Meski weekend dan tetap di rumah, tapi masih ada saja masalah pekerjaan yang harus ia periksa.

Flora pun meletakkan mangkuk bubur Azka di meja, kemudian memposisikan baby chair di dekat sofa. Setelah itu ia menghampiri Azka yang masih berada di box bayi.

Azka yang duduk dalam box sambil memainkan kerincingan, merespon kedatangan Flora dengan gerakan lincah yang membuat bayi laki-laki tapi mirip ibunya itu langsung terjungkal ke belakang, jatuh dengan posisi berbaring. Untuk saja sekeliling box bayi Azka sudah Flora kreasikan dengan kain-kain tebal sehingga Azka terbentur pun tidak akan membuatnya kesakitan.

Flora terkekeh melihat Azka yang jatuh tapi malah tertawa terpingkal-pingkal. "Yuk makan yuk," dia lalu menggendong Azka.

Setelah menundukkan Azka dengan posisi nyaman di baby chair, Flora pun lalu duduk di sofa. Ia meraih semangkuk bubur di meja dan mulai menyuapi Azka. Seperti kebanyakan bayi bila sedang diberi makan, akan memainkan makanan di mulutnya dengan cara menyemburkan. Begitu pun dengan Azka, bayi itu menyemburkan bubur yang baru saja disuapi Flora sehingga mengenai beberapa bagian tubuh hingga wajah Flora yang posisinya memang sangat dekat dengan Azka.

Kesal? Tentu saja tidak. Justru Flora ikut tertawa yang membuat Azka pun semakin jadi saja.

"Azka, kenapa seperti itu. Ayo makan." Rangga yang melihat kelakuan Azka spontan saja langsung menegurnya.

"Azka itu bukan Kiara yang bisa kak Rangga tegur seperti itu." Sahut Flora, membuat Rangga terdiam dan terlihat seperti orang bodoh. Dia tahu tegurannya itu tak akan berefek apapun pada Azka, namun tetap saja ia melontarkan kalimat teguran itu ketika melihat Flora terkena semburan bubur Azka.

Meski Azka terbilang usil ketika diberi makan, namun Flora menghadapinya dengan tenang dan sabar sampai akhirnya Azka selesai makan. Usai membersihkan area wajah Azka, Flora lalu mengeluarkannya dari baby chair dan memangkunya.

Melihat layar ponselnya menyala, Flora meraih ponselnya tersebut yang berada diatas nakas. Sebuah pesan masuk dari teman kampusnya.

[Flo, gak terasa ya sebentar lagi kita skripsi. Kamu udah tentuin judul dan topiknya belum? Aku baru mikirinnya aja udah kena mental duluan Flo, apalagi pas sidang skripsi nanti, jangan ketawa ya kalau aku tiba-tiba pingsan karena gak bisa jelasin dan gak bisa jawab pertanyaan dosen penguji. 🙈]

Flora terkekeh membaca isi pesan dari temannya itu, Janny namanya, dia memang suka sekali bolos dan tak bosan mendapatkan teguran. Namun meski begitu, Janny adalah type orang yang humoris. Mengingat temannya itu, Flora tak hentinya tersenyum.

Namun, sesaat kemudian raut wajahnya berubah mendung. Yah, tidak lama lagi ia akan menghadapi skripsi, perjuangan akhir dari beberapa tahun mengemban ilmu di perguruan tinggi. Tapi yang ia pikirkan sekarang bukanlah masalah membuat skripsi, atau akan mendapatkan revisi, apalagi harus menyiapkan mental saat sidang skripsi nanti. Yang menjadi bebannya sekarang, bagaimana ia akan membayar uang semester dan keperluan lainnya.

Meminta uang pada orangtuanya jelas tidak mungkin karena sekarang ia sudah bersuami. Meminta pada suami... Flora melirik Rangga yang fokus pada layar laptop, ah tidak mungkin juga ia meminta pada Rangga desahnya dalam hati. Setiap memberi uang Rangga hanya mengatakan untuk keperluan anak-anak, jadi ia harus sadar diri jika posisinya hanya ibu untuk Azka dan Kia, bukan istri yang dianggap oleh Rangga sehingga ia harus meminta nafkah berupa uang.

"Kak Rangga hari ini gak kemana-mana, kan?" Tanya Flora kemudian.

Rangga yang mendengar, hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa menjawab dan menoleh menatap Flora yang bertanya padanya.

"Aku titip Azka ya, aku mau keluar sebentar." Ujar Flora.

Tanpa bertanya Flora mau kemana, Rangga hanya mengangguk dengan tatapan yang fokus pada layar laptop. Ah, rasanya kesal sekali melihat respon suaminya itu, tapi Flora lagi-lagi harus sadar diri dan ia tidak berhak untuk menegur sikap cuek suaminya itu. Lebih baik sekarang ia bersiap-siap untuk pergi.

Ia memasukkan Azka kembali di dalam Box bayi dan memberikan berbagai mainan, kemudian membuka koper yang hingga saat ini masih menjadi tempat penyimpanan barang-barangnya. Peringatan Rangga agar tak mencampur barang-barangnya dengan Fiona masih melekat diingatannya. Tak ada pilihan dan tak ada tempat lain, sehingga koper itulah yang menjadi lemari bagi barang-barangnya. Usai mengambil pakaian ganti, ia menoleh menatap Rangga. Melihat suaminya itu tak memperhatikannya, dengan cepat ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi kalung pemberian Fiona di hari ulangtahun mereka lima tahun lalu. Ia menatap kotak tersebut dengan nanar, kala itu Fiona memberikannya sebuah kalung sebagai kado sementara ia hanya memberikan sebuah buket bunga saja pada kakak kembarnya itu.

'Kak Fio sekali lagi maafkan aku, aku tak punya pilihan.' Gumamnya dalam hati.

Hingga kini, rasa bersalah pada mendiang kakak kembarnya masih bersemayam di dalam hati karena sudah menikahi kakak iparnya sendiri. Dan kini rasa bersalahnya kian bertambah karena harus menjual kado pemberian Fiona untuk membayar uang kuliah. Mau bagaimana lagi, ia benar-benar tak punya pilihan lain atas permasalahannya sekarang.

1
Nuryati Yati
malu2 meong 😅
Nuryati Yati
sabar ya Arkan semoga Dea menerima dan membuka hati utk Arkan
Nuryati Yati
isinya apa hayo penasaran🤔
Nuryati Yati
selamat Arkan Dea semoga bahagia selalu🤗
Nuryati Yati
gemes sama Dea dan Arkan
Nuryati Yati
👍
Jumaiyah Iyah
Biasa
Jumaiyah Iyah
Kecewa
Adriana Wiriadinata
rangga..rangga..mssa gitu aja ga ngrti..
Nuryati Yati
semangat berjuang Rangga
Nuryati Yati
wis sakerepmu Rangga
Nuryati Yati
emang kamu suami gk becus Rangga
Nuryati Yati
cemburu bilang bos gk usah mrh2
Nuryati Yati
semangat Flo
Nuryati Yati
pengen tak tapok mulutnya Rangga pake sandal sejuta umat
Nuryati Yati
demi keponkana Flo ikhlas jd istri kakak ipar
Nuryati Yati
mampir thor..
Nurlinda: mampir jg di karya baru. kak 🤭
total 1 replies
Siti Ramsah
Luar biasa
Nurlinda: terima kasih kk 🤗
total 1 replies
Anda Anda
Lumayan
Anda Anda
baru nyadar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!