"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Mulai Luluh?
Keesokan hari nya, Sherena sudah heboh sendiri. Dia kehilangan tempat pensil nya, dia kelimpungan sendiri. Tak mungkin rasa nya jika dia lupa menyimpan tempat pensil nya kan? Karena tempat pensil itu selalu ada di dalam tas nya, tapi pagi ini saat dia cek kembali ternyata tempat pensil nya hilang.
"Aduh, ini tempat pensil kok gak ada. Kemana ya? Gak mungkin ada yang ngambil kan? Buat apa coba? Cuma tempat pensil doang." Gumam Sherena.
Akhirnya, dia pun pergi ke sekolah tanpa membawa kotak pensil, hanya membawa pena dan pensil saja. Rencana nya, nanti dia akan membeli nya saja setelah pulang sekolah.
"Lho, wajah nya di tekuk gitu. Anak kesayangan Mama kenapa?" Tanya Arumi pada putri nya, dia melihat wajah putri nya sudah kusut padahal masih pagi.
"Kotak pensil Sheren hilang, Ma."
"Kok bisa hilang, sayang? Apa ada yang ngambil?" Tanya Arumi.
"Mana Sheren tahu, padahal seinget Sheren pas udah selesai belajar, ya kotak pensil nya Sheren masukin lagi ke dalam tas. Tapi kok gak ada ya? Sheren aja heran, Ma."
"Terus gimana?"
"Ya, terpaksalah Sheren bawa pulpen sama pensil nya gak pake kotak."
"Yaudah, nanti papah beliin pas pulang ngantor." Ucap Arya.
"Yahh, tadi nya Sheren mau beli sama temen-temen Sheren aja nanti sepulang sekolah."
"Uang nya ada?" Tanya Arya, Sherena nyengir artinya dia tak punya uang untuk membeli kotak pensil nya.
"Yaudah, nih uang jajan nya papah tambahin. Sekalian buat jajan kamu nanti di toserba." Arya mengulurkan uang dua lembar seratus ribuan.
"Makasih papiw." Jawab Sherena, dia mengambil uang itu dengan senang hati lalu memasukan nya ke dalam saku seragam nya.
"Iya, hati-hati pulang nya ya. Inget, jangan pulang larut." Nasehat Arya.
"Iya, pah."
"Sekarang kamu sarapan dulu." Ucap Arumi, tapi sepertinya Sherena tak bisa sarapan lebih dulu karena dia ada jadwal piket hari ini.
"Duh, Ma. Sherena harus ke sekolah sekarang, bagian piket." Jawab Sherena sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya.
"Yaudah, mama bikinin kamu sandwich yang kayak kemarin aja ya."
"Kali ini lebihin dua, Ma." Pinta Sherena, Arumi menganggukan kepala nya. Dia pun pergi ke dapur dan langsung membuatkan sandwich untuk putri nya, Sherena juga ikut membantu memotong-motong buah nya.
"Sheren, papah masuk siang."
"Gapapa, Sheren naik ojek online aja, Pah." Jawab Sherena. Dia memasukan tiga wadah bekal ke dalam tas nya, lalu pergi keluar rumah.
Seperti kebetulan, Darren juga akan berangkat ke kantor pagi-pagi karena ada sedikit masalah di perusahaan yang harus dia sendiri yang menangani nya.
"Om, nebeng dong." Ucap Sherena pada Darren, pria itu menatap sinis ke arah gadis itu. Tapi, tak lama kemudian..
"Masuk." Tentu saja Sherena bersorak kegirangan, dia pun langsung menyeberang dan masuk ke dalam mobil milik Darren.
"Om.."
"Apa?"
"Tumben berangkat pagi-pagi begini?"
"Ada masalah di perusahaan, jadi harus di beresin secepatnya." Jawab Darren tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sherena.
"Udah sarapan?"
"Belum."
"Kebetulan." Sherena mengambil wadah bekal nya, lalu memberikan nya pada Darren.
"Apaan ini?"
"Sandwich buah, Om." Jawab Sherena. Darren memicingkan mata nya menatap Sherena.
"Gak kamu pakein pelet kan?"
"Astaga, Om. Aku masih bisa usaha sendiri tanpa harus pake begituan kali." Jawab Sherena sambil terkekeh.
"Yaudah, ini aku bawa ke kantor. Nanti aku makan disana."
"Jangan lupa wadah nya di pulangkan ya, soalnya itu tupperware punya Mama, bisa-bisa aku di gantung kalo itu sampai hilang." Celetuk Sherena sambil tergelak, tak sadar Darren juga mengangkat sudut bibir nya. Dia selalu terhibur dengan segala tingkah Sherena, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakui nya.
"Rok mu lebih panjang hari ini."
"Cieee, Om diem-diem merhatiin aku ya? Ngaku aja, Om." Ucap Sherena yang membuat Darren langsung menyadari kalau apa yang dia katakan terlalu perhatian.
"Mana ada, gak usah kepedean."
"Hmmm, aku ganti rok karena kemarin Om komplen, katanya rok aku terlalu pendek." Jawab Sherena sambil tersenyum.
"Om.."
"Apa lagi sih?"
"Om ketus banget sih? Gak bisa apa ya jawab nya yang lembut gitu?" Tanya Sherena.
"Gak bisa."
"Yaudahlah." Jawab Sherena, dia pun memilih memalingkan pandangan nya ke arah jendela, menyaksikan pemandangan kendaraan yang berlalu lalang kesana kemari, jalanan terlihat sangat ramai pagi hari ini. Tidak hari ini saja, setiap pagi pasti ramai begini hingga tak jarang kemacetan yang tak bisa di hindari.
Tak lama berselang, akhirnya mobil yang di kendarai oleh Darren berhenti di gerbang sekolah Sherena. Gadis itu bersiap akan turun dari mobil, tapi suara Darren menghentikan nya.
"Tunggu, Sheren.."
"Ada apa, Om? Mau kecupan pagi hari seperti kemarin?" Tanya Sherena dengan antusias. Darren menggelengkan kepala nya, dia menyentil pelan kening Sherena hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Aissh, Om sakit.." Rengek Sherena sambil mengusap-usap kening nya yang terasa sakit.
"Pikiran mu itu terlalu mesuum untuk ukuran anak SMA, Sheren." Ucap Darren, dia mengeluarkan kotak pensil milik Sherena.
"Ini milikmu."
"Lho, kok bisa ada sama Om?" Tanya Sherena.
"Ketinggalan di rumah." Jawab Darren yang membuat Sherena manggut-manggut, pantas saja dia yakin kalau dari sekolah dia benar-benar memasukkan nya ke dalam tas. Dan benar saja, dari sekolah dia memang membawa nya, tapi rupa nya malah tertinggal di rumah Darren karena dia pulang dengan terburu-buru kemarin sore.
"Ohh, iya. Makasih ya, Om."
"Sama-sama." Jawab Darren, saat tiba-tiba saja Sherena mendekat dan langsung mencuri kecupan di pipi kanan nya. Pria itu mengusap pipi nya yang terasa basah, sedangkan Sherena sibuk sendiri memasukkan kotak pensil itu ke dalam tas nya.
Tiba-tiba saja, Darren mendekat dan menyusupkan tangan nya ke tengkuk belakang Sherena. Dia mencium bibir gadis itu, jujur saja dia gemas setengah mati pada gadis itu. Dia tidak bisa menahan keinginan nya untuk mencium bibir Sherena yang terasa sangat manis.
Darren melumaat perlahan bibir gadis itu, untung saja suasana sekolah masih sangat sepi karena masih pagi sekali. Bahkan, satpam penjaga sekolah juga belum datang, tapi gerbang sudah terbuka khusus untuk yang jadwal piket pagi hari.
Setelah beberapa menit berlalu, Sherena menepuk-nepuk dada bidang Darren. Pria itu pun paham, dia melepaskan tautan bibir nya, lalu mengusap bibir Sherena yang basah karena ulah nya.
"Turunlah."
"Terimakasih, Om. Tau aja aku lagi lemes, soalnya jadwal piket." Jawab Sherena, sambil terkekeh. Gadis itu turun dari mobil dan melambaikan tangan nya saat mobil Darren mulai menjauh dari kawasan gerbang sekolah.
Sherena senyum-senyum sendiri, bukan nya marah dia justru bahagia saat Darren mencium nya. Kemarin dia juga berhasil mendapatkan ciuman dari pria itu, tapi dia yang memulai nya. Tapi pagi ini, pria itu yang memulai nya. Dia hanya menggoda nya saja, sungguh dia tidak menyangka kalau Darren akan berinisiatif untuk mencium nya lebih dulu.
"Aaaahhh, senang nya. Auto semangat mau piket juga ini mah." Gumam Sherena, gadis itu berjalan ceria ke kelas nya.
Sedangkan Darren, dia juga tengah memikirkan kelakuan nya yang menurut nya saja terlihat aneh. Kenapa dia bisa kehilangan kendali? Kemarin dia membalas ciuman Sherena, lalu pagi ini dia mencium gadis itu duluan? Dia pikir dia sudah gila karena melakukan hal ini pada gadis kecil itu.
"Apa yang sudah aku lakukan? Aku tak mungkin menyukai gadis itu bukan?" Gumam Darren, dia menggelengkan kepala nya lalu kembali fokus mengemudikan mobil nya ke perusahaan.
Sesampai nya di kantor, Darren langsung di sambut oleh penampilan Sarah yang memakai kemeja ketat dengan rok span hitam di atas lutut. Dia mencebikan bibir nya, kenapa sekarang dia merasa risih melihat wanita itu memakai pakaian seperti itu? Padahal, biasa nya dia santai-santai saja, bahkan terkesan tak peduli.
"Pagi, Tuan Darren."
"Hmmm, pagi." Sarah pun mengekor di belakang Darren, langkah wanita itu terdengar nyaring karena dia memakai sendal hak tinggi. Itu terdengar mengganggu bagi Darren.
"Tuan, agenda anda hari.."
"Ya, aku sudah tahu. Perbaiki pakaian mu, jangan terlalu ketat, aku risih melihat nya. Keluar dari ruangan ku dan ganti pakaian mu." Jawab Darren datar, membuat kening Sarah mengernyit. Karena tak biasa nya pria itu berkomentar tentang cara berpakaian nya.
.....
🌻🌻🌻🌻