NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nab 12

"Mbak Vivi?" sapa Ajeng cukup kaget melihat madunya datang menyambangi dirinya. Tentunya dengan muka yang tidak bersahabat.

"Iya ... kenapa? Nggak nyangka aku bakalan datang!

Punya hak apa kamu menahan suami saya untuk tidak pulang. Nggak tahu diri kamu ya ... udah ngemis-ngemis dinikahi, sekarang malah nglunjak minta juga ditungguin. Dasar perempuan murahan!" kecam Vivi mengamuk.

"Kalau Anda datang hanya untuk memaki, silahkan pergi, hari ini mood aku sedang tidak baik-baik saja, jangan sampai aku membalas tidak ramah padamu," jawab Ajeng tenang.

"Heh, kamu mengusirku, baru dikasih apartemen hasil ngemis suami orang aja sombong. Denger ya, kamu hanya ibu pengganti yang tidak berarti apa-apa untuk suamiku, jangan pernah mimpi untuk menjadi nyonya muda di rumah ini!" berang Vivi bertambah murka.

Ajeng ternyata cukup berani, berbeda jauh dengan penampilannya yang terlihat sederhana. Membuat Vivi makin jengkel saja.

"Saya tidak tertarik untuk berdebat, dan saya paham dengan posisi saya saat ini, tolong jangan mengganggu ketenangan saya," ucap Ajeng dingin.

Sebenarnya Ajeng tidak minat untuk meladeni madunya itu. Namun, karena Vivi terus menyerangnya dengan kata-kata yang kotor, membuat Ajeng mempertahankan harga dirinya.

Perempuan itu hampir menyerang, saat sebuah langkah mendekati. Rupanya sore itu, setelah pulang kerja, Abi mampir kembali serta membawa kotak susu untuk istrinya.

"Ada apa, ini? Apa yang kamu lakukan di sini, Vi?" tanya Abi penuh selidik.

"Mas, kamu menyusulku? Romantis sekali," ujar Vivi tersenyum. Berhambur memeluk mesra suaminya.

"Tentu saja aku ingin menjenguknya, Mas, aku juga mau tahu pertumbuhan anak kita," ucap perempuan itu bergelayut manja.

Abi menautkan alisnya bingung. Ia tahu istri pertamanya sedang berlakon tidak sesuai perasaannya. Namun, untuk menebus kesalahannya semalam, boleh juga mengikuti acting perempuan itu yang jelas terbaca suaminya.

"Aku hanya mampir sebentar, ayo kita pulang," ujar Abi setelah menyerahkan satu kotak susu berukuran besar pada istri keduanya.

"Kok pulang, aku kan belum masuk, mampir dulu Mas, bolehkan Ajeng?" ujar Vivi terlihat manis.

Perempuan itu mengangguk, membawa box susu bubuk itu ke dalam, lalu berinisiatif membuat minuman untuk tamu yang sempat membuatnya jengkel itu.

"Mas, apa kamu setiap hari ke sini?" tanya Vivi menekan sabar. Perempuan itu sudah mulai anfal jika meladeni suaminya yang dingin.

"Tidak, kadang-kadang saja kalau ada perlu."

"Kadang-kadangnya sering ya? Padahal aku di rumah nungguin loh, Mas, kamu harusnya langsung pulang," ujar perempuan itu tiba-tiba duduk di pangkuannya. Lalu memainkan jangkun suaminya.

Tepat saat Ajeng keluar menyajikan dua minuman hangat untuk tamunya yang terdeteksi kurang sopan.

"Vi, turun dari pangkuanku, jangan seperti ini," bisik Abi mendadak tidak nyaman.

"Apa sih Mas, mumpung belum ada anak yang ngrecokin kita, sebentar lagi kalau anak kita lahir, kita susah loh romantisan kaya gini," ujar Vivi sengaja menampakan kemesraan yang cukup berlebihan.

Sayang sekali, sikap dingin Ajeng melihat keduanya tampak mesra malah membuat Abi kurang nyaman. Bahkan, gadis itu tidak merespon apa pun, berwajah datar dan langsung berlalu begitu saja. Pria itu merasa entah, bahkan merasa tidak tahu rasa apa yang kini sedang menghinggapi hatinya.

"Kita pulang saja, sudah sore," ujar Abi beranjak.

"Wah ... kamu sudah tidak sabaran banget pingin pulang, biar berduaan sama aku ya Mas, so sweet ...." ujar perempuan itu manis sekali. Sengaja meninggikan suaranya agar Ajeng mendengar.

Keduanya pamit pulang dengan Vivi yang selalu menempel dan bergelayut mesra berjalan keluar. Ajeng pun mengangguk, dengan senyum sahaja tanpa merasa ada perasaan apa pun. Memang pada kenyataannya begitu, Ajeng sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan hatinya lebih kuat, lebih lapang. Tentu itu mudah, mengingat di antara keduanya tidak ada perasaan apa pun khususnya bagi Ajeng saat ini. Ia memilih fokus pada kesehatan bayinya, dan ingin sembilan bulan ini cepat berakhir.

Sampai di mobil, kemesraan itu pun luntur. Sikap dingin Abi yang mendadak kumat, membuat Vivi lama-lama jenuh dan bosan bila sudah begini.

"Jadi benar semalam kamu tidur di apartemen Ajeng?" tanya Vivi meminta penjelasan.

"Hmm, ada yang salah?" tanya Abi santai.

"Jelas salah lah, kok kamu santai gitu, aku nungguin kamu loh semalam ini, kamu malah enak-enakan tidur berduaan."

"Kamu cemburu? Aku nggak ngapa-ngapain, numpang tidur doang karena capek, jadi tidak perlu ada yang membuat kamu khawatir," ujarnya tenang.

Abi tetap fokus menyetir sambil mendengarkan celotehan dari istrinya sepanjang pulang. Sialnya, Abi hanya menanggapi dengan iya, hem, oke, dan tak jarang mengangguk membenarkan. Membuat Vivi lama-lama tidak tahan untuk tidak semakin marah.

"Mas, kamu itu sebenarnya merhatiin aku ngomong nggak sih!" omel Vivi ngegas.

"Denger kok, walau tetep merhatiin jalan," jawab Abi sesantai itu.

"Denger doang, kamu tuh nggak jelas lama-lama, bikin kesel, udah jelas salah, malah nggak respect gini," kesal Vivi marah-marah tidak jelas.

Abi type laki-laki yang tidak suka didekte wanita, baginya cinta tetapi tetap logis. Ia tidak segan menegur bahkan memarahinya bila memang tidak sesuai hatinya. Ia juga bisa sangat lembut dan penyabar pada saat-saat tertentu.

"Kamu maunya aku gimana?"

"Ya kamu nggak usah sok perhatian gitu sama Ajeng, aku istrinya, dia cuma sementara, kamu jangan berlebihan!" tukas perempuan itu.

"Aku hanya memperlakukan sewajarnya saja, sama sekali tidak adil untuk gelar dengan status yang sama, atau kamu benar-benar ingin aku bersikap adil, kalau perlakuan aku seperti ini saja masih membuat kamu kurang terima?"

1
Moertini
terimakasih thor sudah tamat bagus bahasanya mudah dimengerti ceritanya asyik terus berkarya thor semangat
Dian
Luar biasa
#ayu.kurniaa_
.
Praised93
Sudah baca sampai Bab 40an, ceritanya menarik dan mengalir apa adanya tidaj dibuat-buat dengan kelemahan tidak terlalu banyak tokoh, kelemahan lainnya tidak dijelaskan suasana perkantoran sang suami yang punya perusahaan juga siapa saja kolega bisnis dan bagainana dimata kolega bisnis, juga kehidupan masing2 tokoh seolah-olah berdiri sendiri tidak ada keponakan, pa man bibi, kakek nenek, ibu mertua semuanya hilang bahkan sampai Bab 40an hanya tokok inti yang dibahas selah olah hanya bertiga yang aktif tak ada selingan ber Bab Bab ttg tokoh lainnya selain ke-3 tokoh tsb
Adhyta Wahyuningsih
Luar biasa
lilis indri hastuti
kasihan Abi...sebenarnya dia baik
lilis indri hastuti
nahlo ketahuan
Aromah Iyut
Luar biasa
Anonymous
ok
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
Goresan Receh
abi cemburu dng denis, tdr diistri muda
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuh dn cerai?
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuhdn cerai?
Fincencia Fatmawati
Sangat suka karya2 Asri Faris 👍🏻
Hera Puspita
panggilan nya sering ganti2 ya thor, kadang bunda, kadang mama 🤭🤭🤭
Hera Puspita
betul tebakan ku kl terjadi apa2 sama abi
Hera Puspita
mgkin terjadi sesuatu dgn abi
Hera Puspita
😁😁😁😁😁perempuan dapat rayuan seperti itu pasti melehoi hati nya 🤭🤭
Hera Puspita
😭😭😭😭
Hera Puspita
yg nabrak hanan, vivi x ya 🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!