Pak Penghulu, Nikahi Aku!

"Ngapain kamu kesini? mau bikin rusuh di bengkel Abang?" tanya sarkas Galaska pada sang adik.

Mulut pria berwajah bule itu terus saja mengoceh, namun kedua tangannya sibuk mengotak atik motor.

"Cici cuma mau mampir aja, masa gak boleh sih." sahut Cia kesal, kedua sudut matanya diam diam melirik pada Alkan, yang tengah sibuk mengotak atik ponsel.

Pria berjaket hitam itu hanya diam membisu, bahkan si Pak Penghulu enggan melirik apa lagi menatap padanya. Cia berpikir apa mungkin, Alkan tidak normal? soalnya pria itu selalu membuang muka kala mereka bertemu. Padahal biasanya, kalau pria lain pasti akan mencuri pandang, atau bahkan menatap secara terang terangan.

Apa lagi tampilannya saat ini, walaupun Cia sudah menutupi pahanya menggunakan jaket Gala, namun itu tidak akan bisa membuat para pria memalingkan wajah darinya. Tapi apa sekarang, si Pak Penghulu malah enggan melirik apa lagi menatap.

Alkan bahkan terlihat menghela napas kasar berkali kali, dan itu tidak lepas dari pandangan kedua mata Grecia.

Jder!

Suara petir dan hujan yang tiba tiba turun, membuat Cia dan Alkan kompak melihat keluar bengkel. Bahkan keduanya menghela secara bersamaan, tanpa di sadari oleh keduanya.

"Motornya udah beres!" ucap Gala, dan itu membuat Cia serta Alkan menatap kearahnya.

Bahkan Alkan kembali harus melihat Cia, yang memang tengah duduk tidak jauh dari Gala. Sedangkan Alkan, terlihat menjaga jarak aman dengan Cia saat ini.

"Tapi, kayak masih hujan, tunggu saja hujannya reda dulu." lanjut Gala, sembari membereskan alat bengkelnya.

"Terimakasih, Mas." ucap pelan Alkan, pria itu bangkit dari duduk dan berjalan menuju meja kasir. Bahkan Alkan melewati Cia begitu saja, tanpa ada berkeinginan untuk melirik apa lagi menoleh.

Setelah melakukan pembayaran, Alkan kembali duduk dikursinya tadi. Hujan diluar masih deras, sialnya lagi Alkan lupa membawa mantel. Kalau dia nekan hujan hujanan, yang ada dia sakit dan seluruh berkas serta laptop didalam tas ransel nya bisa rusak.

"Em, Masnya mau dibikin teh hangat?" suara seorang gadis yang tidak jauh darinya, membuat Alkan mau tidak mau harus menahan kepalanya agar tidak menoleh.

"Kalau mau, a-aku mau bikinin buat kalian, biar agak anget gitu." cicitnya pelan dan ragu, bahkan gadis itu melirik kesana kemari guna memastikan sesuatu.

"Terimakasih, tapi tidak usah. Itu akan merepotkan kamu, sebentar lagi saya juga pulang." tolak halus Alkan, membuat gadis itu tersenyum kecut.

'Gini rasanya ditolak, gak enak banget Mamiii! nawarin teh aja ditolak mentah mentah, apa lagi kalau nawarin cinta sama kasih sayang.' pekik hati si gadis, yang tidak lain tidak bukan adalah Grecia Vyga.

Entah ide dan keberanian dari mana, Cia bertanya serta menawarkan sesuatu yang sederhana pada Alkan. Padahal tadi, Cia sudah percaya diri kalau Alkan akan menerima tawarannya.

"E-enggak ngerepotin kok, serius. Tunggu ya aku bikinin dulu." paksa Cia, tanpa menunggu lagi gadis itu pun segera bangkit.

Tidak lupa, Cia membelitkan jaket jeans milik Galaska di pinggangnya. Cia takut kalau Alkan risih dengan penampilan hariannya saat ini.

Langkah Cia terhenti, saat dia baru menyadari sesuatu. Apa mungkin, Alkan yang sedari tadi membuang wajah darinya itu, karena si pak penghulu risih melihat penampilannya yang terbilang cukup sexy dibagian bawah.

'Aaakkhh, pak penghulu pasti ilfil sama aku kan? lagian ngapain kamu pake celana ini sih, Ci. Lihat penghulu kesayangan kamu ilfil kan jadinya, bukan karena dia gak normal, tapi karena terlalu normal makanya dia menghindar.' pekik hati Cia, bahkan diam diam dia menoleh, untuk memastikan kalau Alkan masih ditempatnya.

''Masih ada, syukurlah. Oke Cici, ayo tutupi sejenak tubuhnya dengan jaket Bang Galak, jangan bikin calon suami kamu ilfil, sebelum kamu bergerak," ujar pelan Cia, sembari kembali melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang ada dibengkel Gala.

UDAH CANTIK BELUM