NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis Berbaju Pink

Membayangkan hasil dari penglihatan itu, hati Salsa terasa seperti dirobek.

Salsa sungguh ingin memeluk bahu Maya Amelia dan berteriak kencang, menyuruhnya menjauhi gadis berbaju pink itu sejauh-jauhnya.

Namun, melihat tatapan bingung Maya, Salsa menahan diri.

Maya mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyodorkannya pada Salsa, “Salsa, kok mata kamu merah lagi sih? Kayak kelinci aja.”

“Akhir-akhir ini aku memang kurang enak badan, gampang keluar air mata,” jelas Salsa. “Lagian, aku juga ikut senang banget buat kamu, May.”

Maya tak tahan untuk tidak mengusap puncak kepala Salsa. “Duh, gemas. Kalau beneran keterima, Kakak traktir makan gede-gedean!”

“Kodenya untuk apartemennya udah Kakak kasih tahu, kamu lihat-lihat aja dulu ya. Kakak harus ke bawah nih, mau pesan taksi, bay”

Maya melambaikan tangan ke Salsa, lalu berbalik hendak pergi.

Salsa buru-buru memanggilnya, “Kak Maya!”

Maya menoleh. “Salsa, ada apa?”

Perasaan tidak berdaya pada diri Salsa tiba-tiba muncul. Ia berkata dengan kaku, “Kak Maya, sekarang ini banyak orang jahat, kita harus bisa selalu jaga-jaga.”

“Pokoknya, jangan ngobrol sama orang asing, bahkan ke sesama cewek pun kamu harus waspada.”

“Jangan minum minuman yang sudah lepas dari pandanganmu.”

Maya, yang mendengar perkataan Salsa, hanya melambaikan tangan dan tertawa kecil, penuh kelegaan. “Iya, iya, tahu kok. Aku bukan anak kecil lagi, Sayang.”

Sementara Maya melangkah pergi dengan langkah ringan.

Namun, hati Salsa terasa berat. Ia tidak berani bicara terlalu banyak pada Maya, apalagi menawarkan diri untuk menemaninya casting.

Ia takut memicu butterfly effect. Kalau sampai memengaruhi mood Maya untuk casting, itu bisa gawat.

Melihat punggung Maya yang semakin menjauh, Salsa merasa gelisah.

Ia mengepalkan tangan, lalu membuat sebuah keputusan.

Mengikuti Maya, mengawasi setiap gerak-geriknya.

Salsa tidak punya pengalaman menguntit, jujur ia merasa takut.

Ia benar-benar khawatir ketahuan Maya. Suasana pasti akan sangat canggung.

Kenalan baru yang kalem dan pendiam, ternyata seorang penguntit! Siapa pun pasti akan kaget, kan!

Salsa juga tidak ingin memengaruhi casting Maya. Jika terjadi kesalahan yang memengaruhi psikologis Maya, hasilnya bisa jadi buruk.

Satu-satunya cara paling aman adalah menunggu Maya selesai casting, lalu ia akan melihat Maya dan gadis berbaju pink itu keluar bersama, pergi ke restoran.

Selama proses itulah ia harus mencegah kejahatan gadis itu.

Setelah menetapkan rencana, Salsa mulai bergerak.

Pukul lima lewat dua puluh sore, di Hotel HillMoon.

Maya Amelia memegang sebuah folder, lalu menekan tombol lift menuju lantai sebelas.

Di dalam folder itu terdapat data aktor dan kartu model dirinya.

Bulan di Balik Jendela bercerita tentang seorang tokoh utama wanita yang berstatus murid senior. Setelah dikhianati oleh Guru, kakak, dan adik seperguruan, ia terlahir kembali. Ia memutus ikatan asmara, beralih ke jalan tanpa perasaan, membalas dendam pada para bajingan, dan akhirnya mencapai keabadian.

Kisah yang benar-benar memuaskan dan sedang digemari.

Karakter yang akan Maya casting adalah Kakak Seperguruan Kedua sang tokoh utama wanita.

Ia putri kepala sekte yang memukau dan sombong. Ia menjadi bidak catur adik seperguruan dan selalu berhadapan dengan tokoh utama wanita.

Meski di dalam lift, dalam waktu kurang dari satu menit ini, Maya terus mengingat dialognya di dalam hati.

Pintu lift terbuka. Maya melihat sekeliling di lantai 11, ia menemukan papan petunjuk lokasi audisi Bulan di Balik Jendela.

Maya mengikuti petunjuk itu, sampai di depan ruang konferensi besar. Setelah menyerahkan data aktornya kepada asisten casting, Maya menerima nomor urut audisinya, lalu menunggu di lorong.

Di lorong, para aktris yang menunggu casting bersaing satu sama lain dengan outfit dan riasan terbaik, seperti pertunjukan yang memukau.

Berada di tengah banyaknya saingan, Maya semakin gugup. Ia berulang kali membolak-balik memo di ponselnya yang berisi analisa karakter berdasarkan naskah.

“Halo, permisi, kamu bawa pensil alis?”

Perhatian Maya teralihkan oleh seorang gadis berbaju pink di lorong. Gadis itu sedang meminjam pensil alis dari para aktris yang menunggu.

“Aku lagi menghafal dialog, jangan ganggu!”

“Hal sepenting ini, kamu nggak dandan dari rumah?”

Melihat gadis berbaju pink itu terus-menerus ditolak, Maya mengerutkan dahi, lalu memanggilnya, “Mbak, aku bawa pensil alis, mau pinjam punyaku?”

Gadis berbaju pink itu menoleh. Ia juga terlihat cantik, bermata besar, dengan aura manja, keras kepala, dan polos ala anak rumahan—sangat cocok dengan karakter peran pendukung wanita keempat.

Beberapa aktris di area tunggu menatap gadis berbaju pink itu dengan tatapan penuh permusuhan.

Melihat uluran tangan Maya, gadis itu tersenyum manis. “Makasih banyak!”

Setelah memakai pensil alis di depan ponselnya, kedua gadis itu mulai mengobrol.

Ia melihat screensaver ponsel Maya. “Kamu penggemar Sindy Fatika? Aku juga!”

“Kita fandom-nya sama dong!”

Di tengah suasana yang tegang ini, Maya menemukan seseorang yang punya minat yang sama. Kegugupannya pun sedikit teralihkan.

Setelah mengobrol cukup lama, keduanya menjadi akrab. Maya mengetahui nama gadis berbaju pink itu, Nela Cindy. Ia juga seorang aktris yang bukan lulusan sekolah akting.

Keduanya membahas banyak hal tentang tips meningkatkan kemampuan akting untuk aktor non-akademik. Maya dan Nela mengobrol dengan sangat asyik.

Di tengah obrolan, Nela bertanya pada Maya, “Kamu udah makan?”

Maya menggeleng. “Belum, mau casting mana berani makan banyak.”

“Aku tahu restoran makanan sehat yang lumayan enak. Gimana kalau setelah casting, kita ke sana bareng?”

Mata Nela yang lincah berkedip-kedip, tampak jernih dan polos. “Aku juga tahu beberapa info audisi drama yang belum diumumkan. Nanti aku ceritain ya. Kita bisa pilih-pilih bareng. Menurutku, peran yang cocok buat kamu itu banyak banget.”

Maya melihat nama restoran di ponsel Nela. Itu adalah restoran healthy food terkenal yang pernah ia lihat di aplikasi Toktok.

Tawaran Nela sangat menggiurkan. Terlebih lagi, setelah mengobrol, Maya memang mendapat banyak informasi dari Nela. Ia mengangguk dan menerima ajakan itu dengan senang hati.

Waktu berlalu cepat. Giliran Maya masuk ke ruang konferensi. Nela memberinya semangat.

Mungkin karena kerinduan akan mimpi menjadi seorang idola, penampilan Maya kali ini sangat bagus.

Setelah Maya keluar, Nela berkata padanya, “Maya, aku masih harus antre lama nih. Gimana kalau kamu tunggu aku di taman hotel aja? Di sana ada tempat duduk dan bisa pesan kopi.”

“Oke!”

Maya pergi ke taman di hotel itu. Taman itu lumayan sulit ditemukan. Maya melewati banyak koridor panjang, akhirnya ia menemukan taman itu, lalu menunggu di bangku panjang.

Namun, kedai kopi di taman sudah tutup. Meja konter tampak berdebu, seolah sudah lama tidak diurus.

Setelah menunggu lama, Nela datang. Matanya memerah, pipinya penuh jejak air mata.

Maya kaget bukan kepalang, ia buru-buru berdiri dan bertanya, “Nela, kenapa nangis!”

“Maya, aku nggak tahu di mana salahku. Aku baru bilang kurang dari lima kalimat di depan sutradara, tiba-tiba dia langsung kesal dan menyuruhku keluar.”

Sambil bicara, air mata Nela kembali mengalir. “Dia bahkan mempertanyakan, orang kayak aku kenapa berani datang audisi?”

“Kok bisa gitu, sih?”

Maya kelabakan memberikan tisu pada Nela. Ia tahu ada beberapa sutradara yang punya temperamen aneh.

Bertemu sutradara seperti itu benar-benar nasib sial. Lebih buruknya, dimaki bukan masalah terbesar. Kalau sampai membuat sutradara tersinggung, akan sulit baginya untuk berkarier di dunia ini.

“Nggak tahu juga, mungkin karena aku tadi pinjam barang di lorong, terus asisten casting lihat dan bilang ke sutradara kalau aku nggak siap dan nggak serius.”

Nela menangis tersedu-sedu, air matanya berjatuhan seperti mutiara yang putus dari benangnya.

Maya buru-buru menghiburnya. “Nggak apa-apa. Kamu kan masih tahu banyak info audisi drama lain. Ditolak casting itu hal biasa. Jangan dipikirin lagi ya, yang udah selesai biarkan selesai.”

Nela merasakan ponsel di sakunya bergetar. Ia menarik napas, menyeka air matanya, lalu mendongak ke arah Maya. “Maya, kamu benar. Yang sudah berlalu, jangan dipikirin lagi. Siapa tahu sutradaranya lagi ada masalah keluarga, terus lampiaskan kekesalannya ke aku.”

Nela tersenyum optimis dan kuat. “Bagaimanapun juga, sekarang kita makan dulu!”

Ketegaran Nela membuatnya merasa iba. Maya mengangguk. “Oke, kita makan dulu. Urusan perut nomor satu.”

“Aku tahu pintu belakang taman ini, langsung tembus ke pinggir jalan. Di sana gampang banget cari taksi. Yuk, kita pergi!”

Nela berdiri, menggandeng pergelangan tangan Maya dengan akrab, dan berjalan menuju pintu belakang taman.

Beberapa saat kemudian, sesosok bayangan putih keluar dari balik belokan koridor taman, dan buru-buru mengikuti mereka.

Sosok putih itu adalah Salsa. Saat ini, ia mengenakan masker dan kaus putih yang sangat umum, jenis pakaian yang mudah menghilang dalam keramaian.

Setelah tiba di Hotel HillMoon, ia langsung menuju lantai 11, diam-diam mengamati Maya dan Nela.

Ia menyadari, setelah Maya selesai casting dan turun ke bawah, Nela yang seharusnya menunggu casting, sama sekali tidak ikut audisi!

Setelah Maya pergi, Nela pergi ke tangga darurat lantai 11 dan sibuk mengirim pesan di ponselnya.

Setelah beberapa lama, Nela menyemprotkan sesuatu ke matanya, lalu meneteskan obat mata. Kemudian, ia menutup wajahnya dan bergegas turun dari tangga darurat menuju taman.

Salsa mulai menduga. Nela memanfaatkan waktu itu untuk mengirimkan foto target yang sudah pasti, yaitu Maya, kepada komplotannya. Ia juga mengatur kendaraan dan merencanakan langkah selanjutnya.

Pintu belakang taman itu seperti pintu masuk staf yang sudah lama tak dilewati. Begitu keluar, ada jalan sempit.

Saat Salsa tiba di pintu itu, kedua gadis itu sudah menghilang. Sebuah mobil hitam melaju menjauh di ujung jalan sempit.

Saat itulah, penglihatan super jernih 5.3 milik Salsa sangat berguna. Ia bisa melihat jelas tipe mobil dan nomor pelatnya!

Jakarta B5968PRM.

Salsa, dengan mata setajam elang, melihat mobil itu. Tiba-tiba, sebuah tangan keluar dari jendela pengemudi dan menjentikkan puntung rokok. Tangan itu tampak seperti tangan pria paruh baya, dan jari manisnya mengenakan cincin emas.

Salsa mengerutkan dahi.

Jika itu adalah taksi online, kenapa mobil itu datang begitu cepat? Gang ini terlihat sepi, bahkan pejalan kaki pun jarang, bagaimana mungkin sopir taksi online bisa datang secepat ini?

Dia sudah mengamati Maya dan Nela begitu lama. Nela terus menangis, tapi ia tidak melihat Nela mengeluarkan ponsel untuk memesan taksi.

Setelah mencatat nomor pelat, Salsa tiba-tiba teringat saat di rumah sakit. Bodyguard pernah bilang bahwa ia punya kenalan di tim polisi lalu lintas untuk melacak asal kendaraan.

Namun, Salsa kayaknya nggak punya kenalan seperti itu...

Jari Salsa menggeser-geser daftar kontak di WhatsApp-nya. Matanya tiba-tiba tertuju pada nama Bu Lenny, ini polisi wanita yang menangani kasus bayinya Pak Dono dirumah sakit waktu itu.

Salsa berpikir sejenak, lalu mengirim pesan pada Bu Lenny. “Bu Polwan, maaf mengganggu tiba-tiba.”

“Teman saya dan seorang gadis bertemu di Hotel HillMoon saat menunggu casting. Mereka janji mau makan bareng di restoran makanan sehat setelah selesai.”

“Tapi saya lihat, setelah teman saya selesai dan turun duluan, gadis itu malah nggak ikut casting.”

Salsa menceritakan semua kejadian setelah Nela tidak ikut casting pada Polwan Lenny.

“Teman saya dan gadis berbaju pink itu naik mobil dengan pelat nomor Jakarta B5968PRM.”

“Saya rasa ada yang tidak beres, semuanya seperti sudah direncanakan matang-matang oleh gadis berbaju pink itu.”

Polwan Lenny tidak langsung membalas. Mungkin ia sedang sibuk.

Salsa keluar dari WhatsApp dan mulai mencari restoran makanan sehat di aplikasi. Gadis pink tadi pasti tidak akan memesan restoran yang terlalu jauh.

Kalau jaraknya lebih dari tujuh atau delapan kilometer, orang akan curiga atau menolak ajakan karena merasa terlalu jauh.

Setelah berpikir, Salsa mencari restoran makanan sehat dalam jarak 7 kilometer dari lokasi.

Sebuah restoran hits bernama “Green Healthy Food” menarik perhatian Salsa.

Ia melihat kolom komentar restoran itu, dan menemukan dekorasi interior, meja, kursi, dan seragam pelayan restoran itu persis sama dengan yang ia lihat dalam halusinasinya!

Salsa bergegas berlari ke arah mobil hitam itu menghilang. Saat itu, sebuah taksi dengan lampu “Kosong” melintas di depannya.

Green Healthy Food

Restoran dengan desain gaya pedesaan Prancis, musik yang ceria, dan pengunjung yang tersenyum, semuanya membuat hati terasa nyaman.

Begitu Maya dan Nela masuk ke restoran ini, mereka merasa sudah memilih tempat yang tepat.

Seorang pelayan mengantar mereka ke tempat duduk di pojok dalam. Pelayan itu kemudian memberikan menu, dan keduanya mulai memesan.

Maya tak bisa menahan diri untuk memuji. “Suasana restoran ini enak banget, makanannya juga kelihatan menarik.”

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!