Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku ini siapa untukmu?
Kalau biasanya Rhea tersenyum ramah, untuk kali ini Rhea hanya diam dengan ekspresi tenang dan datar. Sikap Rhea tersebut entah kenapa mengusik Rega, karena Rhea bahkan tidak menjawab pertanyaan Rega tadi.
“Mbak Rhea belanja banyak banget, serius itu punya mbak semua? Kami di sini belanja untuk acara BBQ-an kantor nanti malam,” Aldo yang paham hawa-hawa mendung gelap langsung berusaha mengalihkan perhatian.
“Iya, Do. Kebetulan bahan dikulkas sudah habis, sebagian punya Almira juga. Nitip dia,” killah Rhea yang memang tidak ingin Rega maupun Karin tahu kalau dia ingin kepanti.
Rega masih menatap Rhea yang berusaha memalingkan wajahnya dari Rega.
“Bagaimana kalau kita belanja sama-sama saja, kak!” ajak Karin basa-basi.
“Tidak perlu, takut mengganggu kalian. Lagipula aku sudah selesai,” jawab Rhea. “Aku permisi dulu,” pamit Rhea tanpa senyum seperti biasanya.
Aldo pun bisa melihat kali ini sikap Rhea tidak seramah biasanya, entah apa yang sudah terjadi. Aldo cukup was-was sebenarnya, terlebih dia juga melihat Rega hanya menatap Rhea.
“Aku duluan kak,” pamitnya pada Rega.
“Tunggu!” Rega mencekal lengan Rhea, kemudian dia menoleh kearah Aldo. “Kalian lanjut belanja saja, ada yang harus aku bicarakan dengan Rhea. Aku antar Rhea kedepan dulu,” titah Rega pada Karin dan Aldo.
“Siap bos,” jawab Aldo, namun tidak dengan Karin. Gadis itu memasang ekspresi kesal karena Rega malah meminta Aldo yang menemani dirinya belanja.
“Tapi kak, masa hanya aku dan Aldo yang belanja. Yang mengadakan acara kan kak Rega, kita mana tahu harus beli apa saja. Mereka rekan kak Rega, lagi pula kak Rhea sudah selesai belanjanya. Dia hanya tinggal bayar,” ucap Karin.
Rhea tersenyum tipis dengan seringanya, dia menghempaskan cengkeraman tangan Rega. “Kembalikan ikat rambutku,” pintanya dengan sedikit ketus. “Lanjutkan saja menemani Karin belanja,” imbuh Rhea.
Alih-alih memberikan ikat rambut Rhea, dia kembali memegang pergelangan tangan Rhea.
“Aldo sudah tahu apa saja yang harus di beli. Aku tidak lama,” Rega mendorong troli milik Rhea dengan satu tangan, karena tangannya yang lain mencengkeram pergelangan tangan Rhea.
Karin mendengus kesal, Aldo melihat hal tersebut. Namun dia tidak perduli. “Cepat sebelum Rega marah,” Aldo menarik Karin pergi dari sana.
“Kak Rega tidak akan pernah marah padaku,” sahut Karin.
“Terserah,” balas Aldo yang membawa Karin pergi dari sana.
Sementara itu Rhea merasa kesal, karena mengikutinya sampai kasir. Bahkan saat dirinya hendak membayar, Rega menyerobot begitu saja.
“Totalnya dua juta lima ratus ribu mbak. Mau cash atau debet mbak?” tanya kasir setelah menyebut semua total barang belanjaan Rhea.
Rhea mengeluarkan kartu dari dalam tasnya. “Debet mba,”
Rega mengambil kartu tersebut dari tangan Rhea, dokter muda tersebut membelalak. “Sini kartunya, kak. Aku mau bayar,” pintanya pada Rega, namun Rega mengangkat tangan kirinya keatas hingga membuat Rhea tidak bisa menjangkau kartu ATM nya kare tinggi badan Rega.
“Pakai ini mbak,” Rega memberikan kartunya pada kasir.
Kasir mengambil kartu milik Rega. “Duh pasangan muda yang manis,” celetuk salah satu pengunjung yang sedang mengantri di sana.
“Pengantin baru pasti. Masih anget-angetnya,” sahut ibu-ibu yang lain.
Rhea tersenyum kikuk, akhirnya dia hanya bisa pasrah saat Rega membayar semuanya. Rega bahkan senyum-senyum sendiri, sepertinya memang arsitek tampan itu butuh di ruqyah. Bagaimana tidak? Di bibir dia bilang menyukai Karin dan ingin membatalkan pernikahannya dengan Rhea pada Leo dan Dio, kedua sahabatnya tersebut pasti akan mengumpati Rega dengan kesal saat melihat sahabatnya tersebut tersenyum puas hanya karena mendengar orang mengatakan dia dan Rhea pasangan.
“Ini kak, terimakasih. Selamat belanja kembali,” ucap kasir menyerahkan kartu milik Rega.
Rhea berjalan mendorong troli mendahului Rega yang masih dikasir, lihatlah Rega kembali tersenyum seperti orang sa ravv saat melihat Rhea komat kamit sendiri dengan ekspresi memberengut.
Dia kemudian menyusul Rhea keluar dari grocery shopping, dia tidak butuh langkah kaki tergesa untuk mengejar Rhea. Karena hanya berberapa langkah saja dia sudah ada di samping Rhea.
“Bawa mobil?” tanyanya yang digelengi Rhea. “Aku naik taksi,” jawabnya.
“Kenapa tidak bawa mobil. Akan lebih efisien,”
“Aku belum tidur semalaman, kak. Aku shift malam di UGD kalau kak Rega lupa, lagipula biasanya Almira yang menjemputku. Pagi ini dia sibuk,” jawabnya tidak seketus ekspresinya.
“Harusnya kamu yang menjemputku,” gumamnya lirih. Tak terdengar Rega.
“Gue antar,”
Rhea menggeleng. “Bukankah kakak ada perlu untuk acara BBQ-an dengan klien? Kalau kakak mengantarku kasihan Aldo dan Karin menunggu lama, biasanya kak Rega juga kan tidak perduli. Lagi pula aku bisa sendiri,” ucap Rhea dengan senyuman penuh arti.
“Aku sudah pesan taksi oline,” imbuhnya menunjukkan aplikasi hijau pada Rega.
Rega menatap Rhea, ada rasa bersalah saat mendengar ucapan Rhea. Apa dia secuek itu padanya selama hampir satu tahun ini? Bimbang kembali menyergap hati dan pikirannya, bukan lagi abu-abu tapi sudah berubah menjadi awan gelap.
Rega kemudian beralih berdiri di belakang Rhea, dia mengambil ikat rambut Rhea yang dia simpan pada saku celana. Rega mengikat rambut Rhea, namun ikatan biasa bukan ikatan cepol keatas yang memperlihatkan leher putih mulus Rhea.
“Aku tidak suka leher cantikmu di lihat orang lain,” bisik Rega.
Deg
Beginilah sikap Rega yang membuat Rhea juga berada di persimpangan, sikap Rega yang kadang perhatian membuat Rhea bingung.
Rhea menoleh kesamping. “Sebenarnya aku ini siapa untukkmu, kak? kakak mencintaiku atau tidak? Sikap kak Rega seperti ini membuatku bingung,” jawab Rhea.
Rega diam membisu, namun dia mencerna kata-kata yang diucapkan Rhea. Bersamaan dengan itu taksi milik Rhea baru saja datang. “Mbak Rhea?” tanya supir.
“Iya pak. Tolong masukkan kebagasi,” pinta Rhea, supir tersebut langsung membantu Rhea memasukkan barang-barang belanjaannya.
“Rhe!” Rega mencekal tangan Rhea.
“Kak Rega bahkan memanggil gue-elo padaku, tapi memanggil aku-kamu pada yang lain.” Rhea melepaskan tangan Rega dari pergelangan tangannya. “Aku pulang dulu kak,” Rhea bergegas masuk kedalam taksi.
“Jalan pak,” ucanya pada supir taksi.
“Siap mbak,” supir tersebut mulai melajukan mobilnya, sedangkan Rega masih diam di sana memandangi mobil yang membawa Rhea melaju.
Diam-diam Rhea menoleh kebelakang, dia masih melihat Rega berdiri di sana. Rhea menghela napas, dua minggu lagi adalah hari H keduanya. Mama Indah dari tadi sudah menghubunginya untuk datang kerumah.
“Rubah aplikasi ya, pak! Kita kepanti,” Rhea berubah pikiran, tadinya dia ingin kepanti asuhan nanti siang. Namun dia memilih untuk langsung kepanti, padahal dia belum sarapan. Untungnya tadi dia sempat membeli roti.
“Baik mbak,”
Satu jam perjalanan untuk Rhea sampai di panti. “Bapak tunggu saya ya! Anggap saja bapak hari ini saya sewa jadi supir pribadi,” ucap Rhea.
Supir paruh baya tersebut tersenyum. “Siap mbak,”
Keduanya kemudian turun, Rhea dibantu supir menurunkan beberapa kantong plastik besar untuk di bawa masuk. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat ibu panti berjalan mendekat saat melihat Rhea datang.
“Kenapa tidak bilang kalau mau datang, nak?” sapa ibu panti.
Rhea mencium tangan ibu panti yang bernama Latifa. “Dadakan ibu. Rhea baru selesai jaga malam,” jawabnya. “Rhea bawa jajan buat adik-adik panti,” imbuhnya.
“Kamu tidak perlu repot, Rhea. Setiap bulan kamu sudah memberikan uang untuk keperluan panti,” ibu Latifa membantu Rhea membawa kantong plastik, dia juga mempersilahkan supir menunggu di ruang tamu.
Rhea memang rutin memberikan uang untuk membantu keperluan panti tempat dia dan sang kakak pernah tinggal. Setiap bulan Rhea tidak lupa menyisihkan untuk mereka, walaupun jumlahnya tidak banya.
“Tidak apa-apa, bu. Selagi Rhea ada uang,”
“Ya sudah, ayo masuk! Ibu yakin kamu belum sarapan, kamu mau ibu buatkan masakan apa?” tanya bu Latifa.
“Rhea pengen nasi goreng,”
Bu Latifa mengusap lengan Rhea. “Ibu buatkan,”
Mereka berdua kemudian masuk kedalam rumah, keduanya disambut adik-adik panti.
“Rhea. Rhea Azelia Huan!” panggil seseorang dari arah belakang
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂