NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.

Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.

Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 - Menuju Bab 1 Bagian 2

Detik ke detik, musim berganti, dan tahun tak terasa sudah terlewati, tubuh mungil berusia empat tahun kini menjadi gadis kecil cantik jelita.

Tak hanya tubuhku yang berubah. Duniaku, pikiranku, dan hatiku ikut bergeser. Aku tak lagi hanya Yoga, aku adalah Lala, suka atau tidak.”

Usiaku kini sepuluh tahun, tubuhku ramping, namun dadaku mulai tumbuh, rambut panjang menjuntai indah dengan khas warna pink.

Bulu mata lentik, bibir tipis merah alami. Tak kusangka inilah diriku.

Lala Rosalia, tokoh yang tak pernah aku ciptakan.

Latar waktu yang terjadi kini adalah tahun 672 bulan 7 tanggal 8.

Masih tersisa empat tahun menuju outline bab satu.

Embun pagi membekas dari jendela kamarku, sejuknya menembus diantara kain selimut yang aku kenakan saat mata ini terpejam semalaman.

“...Dingin.”

Mataku terbuka, melihat atap yang tak lagi asing, sejenak hatiku merasa bernostalgia didalamnya.

“...Dulu atap kamar ini sangat asing.” ketusku, mengingat kembali saat bertransmigrasi di hari pertama.

Bagi Dave dan Liria, aku hanya mengalami amnesia yang tak kunjung sembuh, tanpa pernah tahu Lala bukan lagi anak dari mereka.

Secara biologi, aku anaknya.

Namun jiwaku masih tetap Yoga Permana dari bumi, penulis dunia ini. Penulis naskah Pe and Kob yang prolognya belum sempat selesai.

Aku sudah terbiasa hidup di dunia ini sebagai Lala Rosalia, terbiasa hidup sebagai perempuan, namun masih menyimpan kejantanan di dalamnya.

Mengingat pertama kali bertransmigrasi, aku bahkan tidak bisa buang air kecil dengan benar, sangat berbeda, tak ada gagang pedang yang tak bisa dipegang saat buang air. Saat itu aku mengompol.

Aku terbangun, melepas kain selimut yang menutupi. celana pendek dan baju santai saat kini tak lagi tertutupi.

“Ini masih pagi banget, ayah mungkin belum ke ladang.”

Matahari masih belum sepenuhnya terbit, aku menatap dunia luar dari jendela kamar.

Sebelum menyapa Dave dan Liria, aku merapikan kasurku. Sebenarnya aku tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, saat di bumi kamarku selalu berantakan, namun karena didikan Dave dan Liria selama bertahun-tahun, aku menjadi pribadi yang lebih baik.

Kini aku menjadi sosok perempuan yang mungkin dicintai secara tak sengaja oleh banyak pria.

Suara langkah kaki terdengar dari luar kamarku, decitan pintu kamar terbuka perlahan.

Aku menoleh ke arah pintu kamar.

“Wahhh, tumben bangun pagi.”

Disana Dave berdiri, ayah Lala. Senyumnya sesejuk embun di pagi hari ini.

“E-ehh ayah...” aku bergumam pada sosok pria yang tingginya belum bisa kusamai.

Aku tahu, saat usiaku masih enam tahun, Dave selalu melihat anaknya terlebih dahulu sebelum berangkat ke ladang.

“Ladang di depan rumah, seperti ingin bekerja jauh saja.” batinku bergumam, bagaikan kami tak akan melihat satu sama lain di sepanjang hari ini.

“Ayah mau ke ladang dulu ya Lala” gumam Dave melambaikan tangan setelah melihatku merapikan kasur.

“Pagi banget” timpalku pada Dave.

“Kamu kalo udah bangun sepagi ini, lebih baik bantu ibumu.” seru Dave, memberiku saran.

Langkah kakinya meninggalkan kamar, menuju ladang.

Kamarku kini serapih kamar khas perawan, aku melangkah menuju keluar kamar. Disana, Liria sedang melakukan pekerjaan rumah tangganya.

Keluarga ini benar-benar memberiku hidup, tak seperti saat ku di bumi, tak pernah ada yang menyiapkan sarapan, tak ada salam selamat pagi, bahkan saat sakit aku hanya terbaring sendirian. Selalu sunyi.

“Ibu.” sapaku pada Liria, dari arah belakang dirinya.

Liria menoleh dengan punggung yang masih membungkuk menyiapkan sarapan diatas meja makan.

“Ehh Lala” ketus Liria “tumben banget nih perawan bangun pagi.” Liria masih sama, sarkasme dari dirinya selalu menggodaku.

Aku bertolak pinggang, menimpali kata Liria.

“Salah gitu? Kalo aku bangun pagi.” raut wajahku cemberut.

Terkadang aku terpikirkan, aku terlalu mendalami peran perempuan.

“Ya, pasti dapat motivasi 'jadi istri Ryan yang baik' kan?” goda Liria, kali ini aku kehabisan kata-kata.

Jiwaku ini pria, mana mungkin aku jatuh cinta ke sesama pria. Namun lubang dibawah perutku ini tak bisa menipu, aku memang perempuan.

Langit semakin cerah, memaparkan teriknya diatas kepala, sedikit berawan namun tidak mendung.

Aku dan para protagonis kecil, yang sudah tidak lagi kecil berkumpul ditempat biasa kami bermain.

Tanah lapang desa Carrington. Disini kami berlatih dan bermain.

Usia James dan Natasya kini berusia sebelas tahun, dan Ryan masih sembilan tahun, paling muda diantara kami. Walau hanya terpaut enam bulan dari usiaku.

“Fleurball”

Rapalan mantra dari bibirku, diatas telapak tanganku, api sebesar bola basket terbentuk.

“Woahhh lebih besar dari lusa kemarin?” James terkesima, memegang pedang kayu yang ditancapkan ke tanah. Rambut hitamnya terkipas oleh sihir api yang kurapalkan.

Namun James tak lagi menggunakan jubah khas pahlawan seperti dulu.

Dibelakang James, berdiri Natasya.

Natasya bertepuk tangan, namun aku tahu dirinya lebih jauh berkembang, mungkin ia bisa membuat matahari kecil di telapak tangannya.

“Lala hebat!” senyum Natasya indah dengan rambut merah yang sudah memanjang.

Ryan, seperti biasa dingin, namun senyumnya selalu tertuju kepada kami bertiga, teman masa kecilnya. Bahkan Ryan sekarang lebih tampan dari James, rambut birunya terkipas sihir apiku, disisi sebelah kanan diriku. Pedang kayunya ia genggam di pinggang sebelah kanan.

Setelah diriku, Natasya memperlihatkan perkembangannya.

Natasya sangat menyukai sihir anginnya, elemen dasar yang gadis itu sangat sukai.

Tanpa rapalan Natasya menerbangkan dirinya ke atas kepala kami, sekitar empat meter.

“Lihat! Hehehehehe!” sifat percaya diri Natasya kini lebih ditunjukan dibanding kami berempat, sesuai warna rambutnya, merah membara.

Kami terkesima, seakan Natasya melampaui kami berempat dalam waktu singkat.

“Buset! lebih tinggi dari kemarin!” James dengan tangan memegang kepalanya sendiri.

“Ya, Nasya memang berbakat sihirnya sih...” lanjut Ryan menatap James.

Kini para protagonis memanggil Natasya seperti panggilanku terhadap gadis itu, Nasya.

“Nasya memang hebat banget.” senyumku datar, rasa bangga dalam benakku, berhasil membawa para protagonis kecil berkembang jauh sebelum cerita utama dimulai, dan masih terus berkembang melampaui pelajar akademi generasi kami empat tahun mendatang.

Namun senyumanku disalah artikan oleh mereka.

Ryan yang pertama kali menyemangati.

“Kamu juga sama hebatnya Lala.” Ketus Ryan menepuk pundakku “Kamu sudah melampaui kebanyakan pelajar tahun terakhir.”

“Ya Ryan bener tuh, cuman Nasya saja yang kelewat normal.” ketus James lalu menatap Natasya “Nasya tuh anomali.” sarkasnya.

Natasya turun dari langit, tepat dihadapanku.

“Kamu jangan sedih gitu dong, kita semua berkembang satu sama lain, kalo bukan karena Lala aku cuman anak penakut.” Natasya dengan tolak pinggangnya.

“Terus siapa yang kamu sebut anomali?!” matanya menyala seperti si jago api. Menatap James dengan tajam.

Dalam batinku, aku kembali bergumam.

“Ehh? Salah paham lagi inimah...” mataku sayu pada para protagonis kecil dengan tingkah konyolnya.

Setelah Natasya menunjukan perkembangan dirinya. Kini James dengan ilmu berpedang yang ia tekuni.

James mengangkat pedangnya ke langit.

“War Cry!”

Aura merah berani memancar dari tanah yang ia pijak. Sebuah skill yang ia miliki untuk menambah kekuatannya.

Ilmu berpedang James adalah menebas tanpa rasa takut.

Tubuhnya diperkuat mana dari skill War Cry, kemudian James mengaktifkan skill kedua.

“Berserk!”.

Lalu menebas.

Whoooshhh!!

Hempasan angin mengipas rambut kami, tebasan pedangnya tak terlihat. Dengan pedang kayu yang ia genggam menjadi sangat ringan, tebasan itu tak akan terlihat oleh mata amatir.

Ini adalah kombo James, aku belum pernah merancang premis tentang skill-skill.

“Skill ini adalah skill yang ia punya sebagai protagonis utama ya?” batinku terkagum pada James.

“James hebat!” seru Natasya dengan suara yang menggema.

“Ohh kamu sudah lebih kuat yaa?” Ryan seolah ingin menantang James.

Aku terpikirkan, Ryan sendiri tak pernah menunjukan kekuatannya secara penuh, pria itu adalah tokoh yang memiliki seribu pengalaman dari masa depan.

Ryan hanya menutupi fakta tentang dirinya dengan menyesuaikan kemampuannya pada kami bertiga.

Aku sendiripun tidak tahu potensi seperti apa Ryan.

Sedangkan James semakin kuat, pria itu hanya kurang pengalaman bertempur. Hanya Ryan sebagai mentornya.

“Ini kombo buff ku.” gumam James “Berserk menambah kecepatan, namun mengurangi kekuatan, sedangkan War Cry sebaliknya.”

“Aku harus saling menutupi skill yang melemah.” lanjutnya.

Dan kini, giliran Ryan.

Ilmu berpedangnya berbeda.

“Aku hanya perlu menghunus.”

Sebuah teknik berpedang, sayatan pedang, hanya menghunuskan pedang dan menyarungkannya kembali, pola serangan yang unik namun tajam karena memanfaatkan sisi tajam pedangnya.

Kemudian Ryan menunjukan skillnya hari ini.

Sebuah batu besar dihadapannya.

Ia menghunus pada batu besar itu, pedang kayu dikeluarkan dari sarungnya perlahan.

“Shadowlesh!”

Pedangnya bersinar seiring dengan sarung pedang yang mulai terbuka. Lalu tebasan pedang beberapa kali pada batu.

Zrkkk!! Zak!! Zrkkk! Zrkkk! Zak!

Ia menyarungkannya kembali lalu melompat.

“Divine Slash!”

Pedangnya kembali dikeluarkan dari sarungnya. Dan menghantam batu besar itu.

BAM!!

Tak terjadi apa-apa. Ryan berjalan ke arah kami dengan menyarungkan pedangnya, setelah pedang terbungkus kembali.

Dari balik punggung Ryan, disaksikan mata kami.

Boom!!

Batu hancur berkeping-keping.

Kami membeku, terpaku.

Dalam benakku hanya keindahan seni berpedang Ryan.

“Jadi ini pengguna pedang Nodachi no Katana!”

Batinku bergumam, terkesima, sekaligus dengan rasa takut.

Bukan tanpa alasan, sistem pernah mengatakan diriku adalah Boss Akhir novel Pe and Kob.

1
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
Tiga Titik Hitam: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
Tiga Titik Hitam: shappp paman/Applaud/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu aja sih masukkan dari saya kak
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Good kak ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Nah kan... Ini yang selalu saya pikirkan 🤣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
666
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dikirain namanya bakal punya marga. Ternyata enggak. Soalnya dilihat dari sampulnya sih ada bangunan fantasi abad pertengahan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebenarnya sih lebih enak "Gak" daripada "Ga" waktu lihatnya kak
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu hanya menurut aku ya kak
total 1 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buwung nya ilang 🗿
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pe and Kob. Keseringan kebaca jadi PeKob :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saran kak. Supaya lebih enak dibaca harusnya begini "Layar laptopku mulai retak seperti pecahan kaca, padahal sebelumnya belum pernah terjatuh." itu aja sih kak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Gpp kak. Saling berbagi ilmu. Saya juga ilmunya masih dikit ilmunya kak ✌️
Tiga Titik Hitam: ku lupa balas komenmu jir, saranmu oke udah kuliat dinovelmu bg—lumayan serap sedikit ilmu/Smile/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jd keinget salah satu anime yang dimana villain utamanya terlalu op dan kalah sama MC karena karet gelang yg dilempar MC.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Gak usah pake prolog klo malas nulis prolog :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mulyono /Hammer/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ngomong² soal "Citayam" jadi ke inget "Citampi Story"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dibagian "filem" bukannya lebih enakkan story atau alur ya kak? Nanya aja sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!