NovelToon NovelToon
Kaisar: Dewa Immortal

Kaisar: Dewa Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kisah cinta masa kecil / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Langit senja berwarna jingga keemasan, perlahan memudar menjadi ungu lembut. Burung-burung kembali ke sarang, sementara kabut tipis turun dari gunung di kejauhan, menyelimuti desa kecil bernama Qinghe. Di ujung jalan berdebu, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun berjalan tertatih, memanggul seikat kayu bakar yang nyaris dua kali lebih besar dari tubuhnya.

Bajunya lusuh penuh tambalan, rambut hitamnya kusut, dan wajahnya dipenuhi keringat. Namun, di balik penampilan sederhananya, sepasang mata hitam berkilau seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar daripada tubuh kurusnya.

“Xiao Feng! Jangan lamban, nanti api dapur padam!” teriak seorang wanita tua dari rumah reyot di pinggir desa. Suaranya serak tapi penuh kasih. Dialah Nenek Lan, satu-satunya keluarga yang tersisa bagi bocah itu.

Xiao Feng menyeringai meski peluh bercucuran.
“Ya, Nenek! Sedikit lagi! Kayu ini lebih keras kepala dari banteng gunung, tapi aku akan menaklukkannya!”

Nenek Lan hanya mendengus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 – Bayangan Sekte Naga Merah

Langit malam di kota Hongya begitu hening. Lampion berayun pelan diterpa angin, memantulkan cahaya samar di jalan-jalan berbatu.

Sesampainya di penginapan kecil tempat ia tinggal, tubuhnya nyaris ambruk. Pemilik penginapan yang sudah tua hanya melirik sekilas, namun tidak bertanya apa-apa. Di kota ini, luka dan darah bukan hal asing. Terlalu banyak orang membawa rahasia.

Xiao Feng naik ke kamar, mengunci pintu rapat. Dengan napas terengah, ia duduk bersila, menyalurkan Qi untuk menutup luka dari dalam. Namun tubuhnya menolak, otot-otot terasa kaku, tulang seakan remuk.

“Giok ini… memberi kekuatan luar biasa. Tapi tubuhku masih terlalu lemah untuk menanggungnya.”

Ia menggenggam giok di lehernya, cahaya hijau samar bergetar, seakan mendengar keluhannya. Air mata hampir menetes, bukan karena rasa sakit, tapi karena beban.

Ia menutup mata lebih erat, menolak kelemahan itu.

Keesokan paginya, kabar tentang pertarungan di hutan mulai menyebar. Beberapa pedagang berbicara lirih di pasar:

“Aku dengar ada bocah yang bisa mengeluarkan bayangan naga.”

“Benarkah? Itu bukan kekuatan biasa. Mungkin ada warisan kuno.”

“Sekte pasti akan tertarik. Bocah itu mungkin tidak akan hidup lama.”

Xiao Feng mendengar bisikan itu saat membeli roti kering. Ia menunduk, berusaha tak menonjol, tapi jantungnya berdetak lebih cepat.

Aku terlalu gegabah. Menunjukkan kekuatan itu… sekarang aku jadi buruan.

Saat ia berjalan pulang, tatapan beberapa orang mengikuti. Sebagian penuh rasa ingin tahu, sebagian penuh keserakahan. Dan sebagian lagi… penuh niat membunuh.

Malamnya, di sebuah kedai minum pinggir kota, beberapa pria berjubah merah duduk di meja terpisah. Lambang naga bersisik hitam terlihat samar di lengan mereka.

“Jadi benar?” salah satunya berbisik. “Ada bocah dengan giok hijau, mampu memunculkan bayangan naga?”

Pria lain mengangguk, matanya berkilat. “Informasi sudah dipastikan. Beberapa saudara kita yang menyergap bocah itu tidak kembali. Hanya dua yang selamat, dan mereka gemetar ketika bercerita. Mereka bilang, kekuatan naga itu… nyata.”

Hening sejenak, sebelum salah satu dari mereka tertawa rendah.

“Hahaha… menarik. Itu pasti salah satu warisan yang kita cari selama ini. Kepala Sekte pasti senang mendengar ini. Bocah itu harus segera ditangkap.”

Mereka saling bertukar pandang, gelap dan penuh niat busuk. Nama mereka adalah bagian dari sekte kecil yang terkenal kejam: Sekte Naga Merah.

Di penginapan, Xiao Feng duduk termenung di tepi ranjang. Ia merasa hawa aneh di udara, seakan ada mata tak terlihat mengawasinya.

Ling’er datang diam-diam, mengetuk pintu. “Xiao Feng, kau di dalam?”

Ia membuka pintu dengan hati-hati. Ling’er berdiri sambil membawa kain bersih dan obat luka sederhana.

“Kau terlihat semakin pucat. Jangan bilang kau bertarung lagi di luar.” Suaranya lembut, tapi penuh kecemasan.

Xiao Feng terdiam. Ia tidak ingin membahayakan gadis itu dengan kebenaran, namun juga tidak tega berbohong. Akhirnya ia hanya berkata pelan, “Aku memang mengalami pertarungan… dan mungkin banyak orang akan mencariku setelah ini.”

Ling’er terkejut, matanya membesar. “Apa yang kau maksud? Siapa yang mengejarmu?”

“Orang-orang yang tidak seharusnya kutemui. Mereka ingin sesuatu dariku.”

Ling’er menggigit bibirnya, jelas takut. Namun ia tidak lari. Sebaliknya, ia meletakkan kain dan obat itu di meja.

“Aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan, Xiao Feng. Tapi aku percaya… kau bukan orang jahat. Jadi, setidaknya, rawat dirimu dengan baik.”

Perkataannya sederhana, namun menyalakan sedikit cahaya di hati Xiao Feng. Untuk pertama kalinya sejak perjalanannya dimulai, ia merasa tidak sepenuhnya sendirian.

Beberapa hari berlalu, ketegangan di kota semakin terasa. Orang-orang asing dengan pakaian serupa mulai muncul, menyamar sebagai pedagang atau pengembara. Mereka bergerak dalam bayangan, menanyakan tentang bocah bernama Xiao Feng.

Rumor semakin liar: ada yang bilang giok hijau bisa membuka gerbang rahasia, ada yang bilang itu kunci menuju kekuatan naga kuno.

Bagi sekte-sekte kecil, rumor itu adalah emas. Dan bagi Xiao Feng, itu adalah kutukan.

Malam itu, ketika ia mencoba tidur, suara derap kaki terdengar di luar penginapan. Bukan satu atau dua orang, tapi belasan.

Mata Xiao Feng terbuka seketika. Tangannya menggenggam giok di lehernya.

Sudah saatnya… bayangan itu mengejarku.

Tiba-tiba, suara keras terdengar. Pintu penginapan didobrak paksa. Para tamu berteriak kaget, pemilik penginapan menjerit.

Belasan pria berjubah merah masuk, membawa senjata. Aura mereka penuh niat membunuh.

“Xiao Feng!” teriak salah satu dengan suara menggema. “Atas nama Sekte Naga Merah, serahkan giok di lehermu, dan kami mungkin akan membiarkanmu hidup.”

Para tamu lain segera lari terbirit-birit. Hanya Ling’er yang tetap bersembunyi di sudut, wajahnya pucat pasi.

Xiao Feng berdiri di tangga, menatap para penyusup itu dengan tatapan dingin. Tubuhnya masih penuh luka, tapi matanya tak gentar.

“Kalau kalian ingin giok ini…” ia menarik napas dalam, lalu menghunus pisaunya yang berkilat api.

“…kalian harus menginjak mayatku lebih dulu.”

Para anggota Sekte Naga Merah tertawa mengejek. “Hahaha, lihatlah! Bocah desa berani menantang sekte kami!”

Namun meski tubuhnya gemetar, Xiao Feng tidak mundur. Bayangan naga samar muncul di belakangnya, seakan menanggapi tekadnya.

Ling’er menutup mulut, menahan teriak. Ia tahu malam ini akan menjadi malam yang menentukan: apakah Xiao Feng akan bertahan… atau binasa.

Dan di kejauhan, di atas atap-atap kota, beberapa mata lain mengawasi. Ada sekte-sekte lain, pengembara misterius, bahkan mata-mata kerajaan. Semuanya menunggu hasilnya.

1
Nanik S
Lanjutkan dan Gas Poool
Nanik S
Warisan Darah... apakah Xiao Feng bisa menyelamatkan Ling er
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Bikin cerita lebih hidup Tor
Nanik S
GO Liang ternyata punya niat jahat
Nanik S
Benarkah Ling er bukan manusia
Nanik S
siapa sebenarnya Ling er
Nanik S
Cengeng sekali Lin er
Nanik S
Gagal membuat pil pertama 🤣🤣🤣
Nanik S
Kapan selesai petirnya
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Harusnya Mcnya Masuk Gua sendiri
Nanik S
Ceritanya kurang hidup dan hanya berkutat didesa saja
Nanik S
Oewaris Naga...
Nanik S
Ling er harusnya tdk mengekor... biar tidak jadi sasaran
Nanik S
Harusnya Xiao Feng secepatnya pergi dari penginapan
Nanik S
Maaantaaap
Nanik S
kenapa Shen Lao tidak membawa Xiao Feng pergi
Nanik S
NEXT
Nanik S
Orang2 sekte tidak malu mengeroyok anak kevil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!