NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.6k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Arumi duduk terpaku di sebuah kursi sambil menatap ke arah luar jendela kamarnya, matanya kosong menatap langit pagi yang terlihat cerah. Cahaya lembut dari luar seolah tak mampu mengusir bayang-bayang kelam yang menggelayuti pikirannya. Pikirannya melayang mengingat wajah putrinya sebelum meninggalkan rumah. Rasa bersalah menghantui perasaannya.

Matanya mulai basah, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia tahan lagi. "Maafkan mama sayang" hanya itu yang mampu keluar dari mulut Arumi. Dia terpaksa ikut mengucilkan sang putri karena takut pernikahannya gagal lagi.

Arumi menundukkan kepala, berharap suatu hari putrinya mau memaafkannya, meski ia tahu, mungkin semuanya telah terlambat.

Rindu yang dulu selalu membantu serta menemaninya pun menjauhinya, dia marah dengannya, dengan semua tindakan yang dia lakukan terhadap Bella.

Sudah berulang kali Rindu menasihatinya namun tidak pernah dia dengar. Arumi lebih memilih egonya sendiri. 

Ceklek......

Pintu yang dibuka pelan memecah keheningan. Alvaro masuk, langkahnya tenang mendekati istrinya dan berdiri di belakangnya. Dengan lembut Alvaro memegang kedua bahu istrinya.

"Kenapa, sayang?" tanya Alvaro sambil mengecup kepala istrinya dengan penuh kasih. Perlahan, tubuh Arumi yang tegang mulai mereda, meski penyesalan di hatinya belum sepenuhnya hilang, Namun kehadiran Alvaro sejenak mampu mengusir kesedihan yang dia rasakan saat ini.

Arumi menatap suaminya dengan mata yang berkaca-kaca, dadanya terasa sesak seolah ada beban berat yang menahan napasnya. Bukanya menjawab, Ia justru bertanya balik kepada sang suami."Kenapa kamu belum berangkat ke kantor mas?"

Alvaro menarik napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum duduk perlahan di samping Arumi. "Bagaimana aku bisa pergi bekerja, kalau kamu sedih terus seperti ini. Aku tahu ini berat, tapi kamu harus yakin dengan keputusanmu. Mengusir Bella bukan hal yang mudah, tapi jika dibiarkan, Kairen dan Maureen bisa terjerumus hal yang sama seperti yang Bella lakukan. Kamu tidak mau kan melihat kedua putri kita merokok seperti dia" bahkan Alvaro seakan tidak menganggap Bella putrinya lagi.

Arumi menunduk, jari-jarinya gemetar memegang tangan Alvaro. Rasa bersalah dan kebingungan bercampur dalam hatinya. Yang di katakan suaminya benar, dia tidak mau Bella mempengaruhi Maureen dan Kairen. Tetapi apakah yang dia lakukan sudah benar? Mengusir anak kandungnya sendiri, dan membiarkan hidup sendirian di luar sana.

"Kamu benar, aku tidak mau Maureen dan Kairen mengikuti kelakuan buruk dia," ucapnya pelan, menyetujui ucapan suaminya.

"Kalau begitu tidak usah dipikirkan lagi, sekarang lebih baik ikut aku ke kantor, temani aku bekerja." Senyum tipisnya menyembunyikan maksud sebenarnya yang hanya Arumi yang tahu.

Arumi merotasi bola matanya malas, tahu maksud dan tujuan suaminya mengajak dirinya ke kantor. Jika dia ikut ke kantor, bukan sekadar menemani suami bekerja, tapi juga harus menghadapi tuntutan lain memuaskan hasrat suaminya itu.

******

"Kamu dimana? Ayo kita jalan" 

Layar ponsel Bella menyala menampilkan notifikasi pesan masuk dari nomor asing. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, restoran tempatnya bekerja masih ramai dengan gelak tawa dan suara piring beradu. 

Dengan rasa penasaran Bella segera membalas pean tersebut."Ini siapa?" tanya Bella.

Tak lama, balasan masuk dengan cepat, "Aku Rifky, tolong save nomorku." 

Bella menatap pesan itu sejenak, dia tersenyum membacanya. "Maaf Ky, aku tidak bisa. Aku sedang bekerja, mungkin lain kali kalau aku libur."

Setelah itu, Bella memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. Namun, sepanjang Bella bekerja, gadis itu terus tersenyum mengingat pesat dari Rifky.

Waktu begulir begitu cepat, pukul sebelas malam Bella dan Adel menyelesaikan pekerjaannya. Malam itu udara dingin menusuk kulit, membuat langkah Bella dan Adel terasa lebih berat setelah lelah bekerja.

Saat keluar dari restoran, Bella di kejutkan dengan kehadiran Rifky yang berdiri di samping mobilnya yang berada di parkiran. Laki-laki itu tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya.

"Akhirnya kamu selesai juga, aku hampir jamuran menunggu kamu di sini" ucap Rifky.

Bella tertawa kecil, dia menarik tangan Adel berlari kecil menghampiri Rifky.

"Siapa juga yang menyuruhmu menunggu di sini, aku sudah katakan aku ini sibuk. Tapi kamu masih saja ngeyel" ketus Bella.

Adel, yang penasaran memberanikan diri bertanya pada Bella. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Bella dan berbisik lirih."Siapa Bel? Kekasihmu yang baru ya? Atau debt collector yang ingin menagih hutang?" bisiknya, membuat Bella berdecak kesal, dari dulu dia tidak pernah berhutang.

"Jangan sembarangan, dia temanku. Calon dokter, bukan debt collector seperti yang kamu katakan" jawab Bella kesa.

Adel pun terkikik geli, melihat wajah kesal Bella.

"Dia tampan. Lebih baik kamu pacari saja, Bel. Lumayan buat memperbaiki masa depan," goda Adel sambil menyeringai nakal. Tatapan Bella sempat berubah, tapi kemudian dia tertawa ringan.

"Aku sudah pernah memacarinya, tapi dulu waktu masih umur tiga tahun," jawab Bella sambil menahan tawa, wajahnya memerah samar. 

Mata Adel melebar, tak percaya mendengar pengakuan yang tak terduga itu. "Yang benar saja, anak umur tiga tahun pacaran?" gumamnya dalam hati, sambil menatap Bella dengan ekspresi campuran antara geli dan heran.

"Khem" Rifky berdehem menyadarkan mereka bahwa di sana ada dirinya.

Bella dan Adel tertawa kecil, "Maaf Ky, aku lupa kalau masih ada kamu"

"Memangnya kamu anggap apa kamu ini, kamu pikir aku patung selamat datang. Dari dulu selalu saja membuatku kesal" omel Rifky.

"Maaf sih. Katanya calon dokter, masak begitu saja marah. Tidak kebayang nanti kalau kamu menghadapi pasienmu, bisa-bisa mereka kamu suntik mati" cerocos Bella.

"Ya tidak lah, pasienku mah nanti tidak ada yang ngeselin seperti kamu" seru Rifky tidak terima.

Sementara itu Adel hanya diam, melihat perdebatan absurd mereka berdua. Dia baru sadar ternyata Bella cerewet, berbeda dengan selama ini yang dia lihat, pendiam dan iri berbicara.

"Mau sampai kapan kalian berdebat disini?" suara Adel menyadarkan mereka.

Bella dan Rifky tersenyum salah tingkah, "Kamu sih" ucap Rifky sambil mencubit pipi Bella gemas.

"Ayo kita jalan-jalan, sekalian ajak temanmu juga biar ramai" ajak Rifky.

"Memangnya mau kemana? Sudah malam lho, nanti......" Bella menghentikan ucapannya, dia lupa kalau sekarang dia sudah tinggal sendiri, tidak ada yang memarahi dirinya saat pulang malam, tidak ada yang perduli dengan dirinya.

"Nanti apa?" tanya Rifky mengerutkan keningnya.

"Tidak apa-apa, sudah ayo, kita jalan" ucap Bella.

Mereka bertiga masuk kedalam mobil Rifky. Bella duduk di samping kemudi, sementara Adel duduk di belakang, Sejenak suasana di dalam mobil terasa hening. Mereka bertiga masih sama-sama canggung, tidak ada yang mau memulai obrolan terlebih dahulu.

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!