Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik
Malam berganti pagi, mentari perlahan muncul dari ufuk timur, setelah melaksanakan Shalat subuh bersama dan berzikir sejenak, Luna merasa lebih tenang dan penuh semangat untuk menjalani hari ini.
Luna perlahan melepas mukena yang di pakainya, "Mas, mau di masakin apa pagi ini?" Tanya Luna.
Jay menoleh ke belakang, lalu Luna meraih tangan Jay dan menciumnya.
"Terserah kamu saja sayang, Mas makan apapun yang kamu masak." Jawab Jay lalu mencium kening sang istri.
"Nasi goreng, mau?" Tanya Luna.
"Boleh sayang." Jawab Jay.
"Ya sudah, Luna ke dapur dulu ya Mas." pamit Luna gegas bangkit dan melangkah menuju dapur.
Seperti biasa, di dapur sudah ada Kiara yang akan menemani Luna untuk memasak.
Sementara Jay, segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia segera bersiap karena harus berangkat ke Kantor.
Dua piring nasi goreng sudah tersaji di meja makan. Luna duduk, mengamati nasi goreng buatannya itu. Dia baru saja selesai masak, namun entah kenapa dia merasa kepalanya sedikit pusing.
"Nyonya tidak apa-apa?" Tanya Kiara yang panik melihat Nyonya nya sedang memegangi kepala.
"Tidak apa-apa Mbak, cuma sedikit pusing." Jawab Luna.
"Sebaiknya Nyonya kembali ke kamar saja, Mari saya antar Nyonya." Tawar Kiara membantu Nyonya nya bangun.
"Terimakasih Mbak." Jawab Luna menerima tangan Kiara yang terulur untuk membantunya berdiri.
"Pelan-pelan Nyonya." Ucap Kiara membantu Luna berjalan.
"Emmmm Mbak... biar Luna jalan sendiri saja, kalau Luna jalan seperti ini, pasti semua akan heboh, Luna tidak mau semua menjadi panik, jadi tolong jangan bilang kalau kepala Luna pusing ya, ini hanya pusing biasa kok, mungkin tekanan darah Luna turun lagi." Ucap Luna saat hampir keluar dari dapur.
"Tapi Nyonya, saya takut Nyonya kenapa-kenapa." Ucap Kiara.
"Luna tidak apa-apa Mbak, Mbak tidak perlu khawatir, Ya?" Sahut Luna cepat.
Kiara mengangguk lalu melepas pegangannya pada Luna, dan Luna mulai melangkah tanpa bantuan Kiara.
"Ohh ya Mbak." Luna kembali menoleh pada Kiara, "Tolong bersihkan bekas masaknya ya, Maaf Luna ngga bisa bantuin." Pintanya.
"Iya Nyonya tidak apa-apa, Nyonya hati-hati ya?" Ucap Kiara yang mengkhawatirkan Nyonya nya.
Luna begitu baik pada semua pelayannya, membuat semua yang bekerja dengannya merasa senang dengan kehadirannya, termasuk Kiara.
"Iya." Sahut Luna lalu melangkah keluar dari dapur.
"Huffftttt." Luna menghela napas saat melihat pelayan yang berdiri di depan dapur.
"Nyonya..."
"Pak Mat, Luna sudah selesai masak, Luna ke kamar dulu." Sela Luna yang gegas melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Pak Mat tak bicara lagi, dan membiarkan Nyonya nya masuk ke dalam kamar.
"Mas." Panggil Luna saat sampai dikamar dan langsung memeluk Jay yang kini tengah berdiri di depan cermin.
Jay tersenyum, lalu mengancing Jas yang baru saja ia kenakan tadi, "Sudah masaknya?" Tanyanya.
"Sudah Mas." Jawab Luna.
Jay berbalik badan lalu menatap wajah Luna, "Are you okay?" Tanya Jay.
"Hah?" Luna malah kebingungan suaminya bicara apa.
"Maksudnya, Kamu baik-baik saja kan?" Ralat Jay.
"Ohhh, Luna baik-baik saja kok Mas." Jawab Luna tersenyum.
Jay menyentuh dahi Luna, memastikan kalau Luna memang baik-baik saja, Jay merasa Luna tidak seperti biasanya, wajahnya nampak lesu dan sedikit pucat, tapi tidak ada peningkatan suhu tubuh.
"Luna baik-baik saja Mas." Ucap Luna.
"Ya sudah, kamu jangan terlalu capek ya, nanti siang tidak perlu masak, Mas akan ajak kamu makan siang di luar." Ucap Jay.
"Iya Mas." Sahut Luna.
"Tunggu sebentar." Jay pergi ke arah meja dan mengambil sesuatu dari laci.
Setelahnya dia berjalan kembali mendekati Luna.
"Coba menghadap kesana sayang." Jay memutar tubuh Luna menghadap ke cermin, lalu dia berdiri di belakang Luna.
Jay membuka sebuah kotak beludru berwarna biru, lalu memasangkan sesuatu di leher Luna.
"Cantik." Puji Jay.
Luna seketika meraba lehernya, dia tersenyum menatap kalung yang melingkar di lehernya.
"Mas... ini... ini untuk Luna?" Luna tak berkedip menatap kalung itu, kalung mutiara indah yang baru kali ini Luna lihat dan pakai.
"Bukan, buat Ibu!"
"Jadi ini untuk Ibu Mas?" Luna malah balik bertanya.
"Astaga." Batin Jay, lalu menghela napas sejenak, "Ya bukan lah sayang, Mas kan pasang kalung itu di leher Luna, jadi ya itu buat Luna." Jawab Jay yang gemas karena istrinya ini memang sulit di goda, selalu menganggap serius ucapannya.
"Ya siapa tau Mas cuma uji coba di leher Luna kan, terus Mas mau nanya kalung ini cocok ngga kalau buat Ibu, Gitu."
Jay tertawa kecil, menarik tangan Luna dengan lembut.
"Sayang, Mas memesan kalung ini khusus untuk istri Mas yang paling cantik, sama seperti kalung ini,, Cantik." Jay lalu mencium pipi Luna.
Wajah Luna merona, antara malu dan tersanjung, "Terimakasih Mas." Ucap Luna seraya memeluk Jay.
"Iya sayang, Luna pake terus ya kalung itu, jangan pernah lepas." Ucap Jay.
"Iya Mas, Luna janji tidak akan melepas kalung ini, Luna akan jaga kalung ini baik-baik." Ucap Luna.
***
"Selamat pagi, Mas." Sapa Aryas yang baru saja tiba di perusahaan bersamaan dengan Jay yang juga baru datang.
"Selamat pagi Yas." Sahut Jay, "Kamu sudah kembali?" Tanyanya kemudian.
"Sudah Mas, kemarin sore baru sampai rumah." Jawab Aryas.
"Syukurlah, Rahma bagaimana? Dia ikut kembali kesini kan? Apa dia tetap di Bandung?" Tanya Jay.
"Rahma ada di rumah Mas, dia ikut aku pulang." Jawab Aryas.
"Ya sudah, kapan-kapan Mas ajak Mbak Luna main ke rumah kalian." Ucap Jay.
"Harus dong Mas, Rahma pasti sangat senang kalau Mas Jay datang." Ucap Aryas.
"Iya Yas, ya sudah kita masuk." Ajak Jay mempersilahkan Aryas untuk jalan lebih dulu.
Meski pun Aryas adalah adik iparnya, tapi di perusahaan ini Aryas adalah atasannya.
"Iya Mas." Sahut Aryas lalu berjalan mendahului kakak iparnya.
Jay berjalan sedikit di belakang Aryas, hingga keduanya sampai di ruangan masing-masing, Jay segera mengambil laporan hasil rapat kemarin untuk segera di berikan pada Aryas.
"Ini hasil rapat kemarin Pak, ada sedikit revisi di laporan pengeluaran, saya sudah meminta bagian Finance untuk merevisi kemarin. Dan tadi saya sudah sampaikan pada bagian Finance untuk menyerahkan hasil revisi laporannya." Ucap Jay menyerahkan laporan hasil meeting kemarin pada Aryas.
"Terimakasih Mas." Sahut Aryas lalu membaca laporan itu.
"Ohhh ya, ada yang ingin saya sampaikan Pak." Ucap Jay.
"Mas, disini hanya ada kita berdua, jadi jangan panggil aku Pak." Protes Aryas
"Tapi ini di kantor."
"Tidak apa-apa, disini hanya ada aku dan Mas." Jawab Aryas
"Baiklah." Pasrah Jay, "Ada yang ingin Mas sampaikan Yas, tentang kerja sama perusahaan Mas dan juga perusahaan ini." Sambung Jay.
"Perusahaan Mas berencana membuka cabang di Jakarta, jadi Mas mengajukan kerja sama dengan Pradipta company untuk pembangunan perusahaan Mas." Terang Jay.
"Ohhh, aku percaya sama Mas saja, Mas sudah tau seluk beluk perusahaan, jadi aku yakin Proposal yang Mas buat pasti sudah sesuai dengan kebijakan perusahaan, nanti kita tinggal menentukan tempatnya saja." Ucap Aryas.
"Mas sudah menentukan tempatnya Yas." Ucap Jay.
"Oke, kalau begitu siapa yang akan mewakili pihak perusahaan Mas untuk meeting?" Tanya Aryas.
"Rendi, dia akan datang kesini, tapi tidak dalam waktu dekat Yas." Jawab Jay. Aryas pun manggut-manggut.
Tok
Tok
Tok
Terdengar pintu ruangan Aryas di ketuk, dua orang yang sedang mengobrol pun menoleh ke arah pintu.
"Masuk." Sahut Aryas.
Tak lama Vina muncul dari balik pintu, lalu berjalan mendekat pada kedua atasannya.
"Maaf Pak, di luar ada yang mencari Pak Jay." Ujar Vina menatap Jay.
"Mencari aku? Siapa?" Tanya Jay heran.
"Pak Nathan, CEO dari perusahaan Pram's Corporation." Jawab Vina, sontak Jay dan Aryas saling tatap mata.