Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31# Klarifikasi
Maru menghela nafasnya, seperti tengah bersiap-siap menghadapi sesuatu, oke kali ini apa yang akan ia dapatkan di mistery boxnya, dari Senja?
Tidak pernah ia rasakan sebelumnya akan semendebarkan ini membuka sebuah kotak bekal.
Ada helaan lega, saat melihat tampilan cantik dari bento buatan Senja, meskipun pada awalnya ia cukup dibuat terkejut sebab saat tadi di dapur melirik bentuk sosisnya, ia kira Senja akan membuatnya merasa mengunyah masa depannya sendiri. Nyatanya diam-diam ia sudah memotongnya jadi beberapa bagian.
Nagara Kertamaru
Have a lunch
Ia menyertakan foto lunch box berisi bento ala bocah porsi dewasanya.
Senja yang juga sedang menikmati waktu rehatnya turut mengurai senyuman manakala notifikasi dari Maru menyita sebagian rasa lelahnya.
Aluna Senja
Wah, kok kalo kamu yang foto bagus! Aman ngga sih, udah kamu cobain belum?
Nagara Kertamaru
👍
Senja semakin cengengesan mendengar testimoni Maru kali ini. Hidungnya serasa dilambungkan ke atas awan. Semua akan enak pada waktunya, kan?!
Dan dengan bangganya Senja justru mengirimkan foto itu di grup kkn 21, merasa jika kini ia patut disamakan dengan Lula atau Vio atau mungkin artis yang kini berbisnis kuliner. Usaha Senja tak akan menghianati ruang dokter, bukankah begitu?
KKN 21
(Aluna Senja) take a picture 📷
(Raras Nalula) wah, bento siapa itu, lucu 😍 ponakan, ya Nja?
(Aluna Senja) kira-kira kalo gue bikin usaha ini, laku ngga ya? Promosiin dong, Had @Purwangga Mahadri.
(Purwangga Mahadri) wah, dimana tuh rumah produksinya? Biar gue boikot duluan.
(Nararya Zaltan) Had, promosi\= bu nuh diri.
(Aluna Senja) 😡 rasanya aman kali, udah dapet testimoni kok.
(Livia Syua Tan) itu bikinan lo, Nja?
(Aluna Senja) Yap!
(Raindra Jovian) dari tadi tuh gue perbesar terus foto bento Senja, kaya bermain tebak gambar cari hal janggalnya. Semacam benda asing tertinggal atau tidak di tempat yang seharusnya.
(Meidina Sastro) 😊 semangat Nja. Semua akan enak pada waktunya.
(T. Zioma Arlan) Semua akan ma ti pada waktunya, Mei.
(Lengkara Savio) tunggu, itu ruangan siapa? Kok ada maket neraca keadilan...itu Maru?🧐
(Sultan Tri Alby) eh iya. Itu meja kantor Maru, ya? Maru dibekelin Nja? Cieeeee...waktu lalu ci pokan sekarang dibekelin, besok di kubur, ya Ru?
(Lengkara Savio)😱 ci pok?
(Livia Syua Tan) 🙄 Nja? Dulu Arlan sekarang Maru? Do you have anything to explain?
(Raras Nalula) Aluna Senja?
"Si alan Alby." Senja mengerut kening, niat awal ingin pamer justru menjadi boomerang karena foto yang diambil Maru justru menggiring persepsi anak kkn 21 untuk sedikit demi sedikit membongkar rahasia Senja dan Maru. Tapi tunggu, kenapa? Ia membeliakan mata indahnya.
**Aluna Senja**
*Kenapa Alby bisa tau*?
**Nagara Kertamaru**
*Alby ngga sengaja mergokin kita, waktu mau ke parkiran*.
**Aluna Senja**
*Kamu ngga pengen meluruskan? Aku ngerasa jadi bebek loh, by the way...sosor sana sosor sini. Kalo Arlan aku mengakui, tapi sama kamu*....
Senja membiarkan ponselnya yang sejak tadi menggelepar karena diserbu oleh para anggota kkn perempuan. Jujur saja ia bingung, harus menjelaskannya darimana.
**KKN 21**
(**Nagara Kertamaru**) *gue yang cium Senja*.
(***Meidina Sastro) 😳***
(***Lengkara Savio) 😲***
(***Raras Nalula) 🤤***
(***Raras Nalula***) *pesan dihapus, sorry salah emot*.
(***Raindra Jovian***) *an jinggg 🤣🤣 Zal...Lula lo ajarin apa, anak baik-baik jadi begitu*.
(***Livia Syua Tan***) *ini kenapa cewek 21 jadi pada begini*?
(***Purwangga Mahadri***) *kaya yang engga aja, Li 😚*
(***Arshaka Mandala***) *ini apa-apaan sih an jing🤣 merit oyyy, ko kopan terus lo semua ya di belakang, zina*!
(***T. Zioma Arlan***) *cewek disini solehot semua. Ampun gue, Nja. Itu si Maru lo apain, bekel dari lo ada ajian peletnya, ya? Ngaku!🔪*
(***Raindra Jovian***) *pantes dibilang aman, Maru yang bilang. Maru mah perutnya spek debus. Empedu aja yang isinya racun dia gares*.
Senja menutup kolom chat yang semakin tak jelas itu. Sekalinya klarifikasi cuma begitu doang, gimana orang-orang ngga makin salah paham, sepertinya kemampuan bersilat lidah dan literasinya digunakan hanya jika ia sedang membela di pengadilan saja.
Ia menggusur kaki, dimana sepatu hak tingginya telah ia ganti dengan sendal jepit. Selepas istirahat ia melangkahkan kakinya ke arah mesin printer dan foto copy divisi pembendaharaan. Awalnya ia ingin meminta bantuan helper. Namun tak ada salahnya ia sambil meregangkan otot dan tulang punggungnya.
Beberapa lembar hasil pekerjaannya telah tercetak, untuk selanjutnya ia merapikan dan foto copy menjadi beberapa rangkap.
Entahlah, tak ada tantangan dalam pekerjaannya, terlampau tenang dengan gaji yang benar-benar membuatnya memotong sebagian lambung. Ia masih melamunkan bagaimana caranya bicara pada mami dan papinya, tentang pekerjaan, tentang penghasilan.
Hingga lembaran demi lembaran keluar dari samping mesin foto copy dan kilauan yang terhenti itu tak lagi bergerak di depannya.
Senja meraupnya dan merapikan kertas-kertas itu untuk kemudian kembali ke mejanya.
Daripada terus menerus memikirkan pekerjaan yang memang sudah menjadi bubur itu, ia lebih baik memikirkan menu sarapan dan bekal untuk esok hari.
Selepas pulang dari kantor ia berencana untuk mampir ke pasar atau supermarket, demi membeli bahan masakan.
"Pasar jam segini tutup ya? Kan belum magrib?" Senja melirik pasar tradisional yang dari luar gerbangnya saja sudah terlihat sepi, tak seperti di pagi hari.
Hanya sisa-sisa sampah di pinggiran dekat drainase saja yang tampak menggunung di kerubungi lalat dan gerobak-gerobak makanan yang biasa menjajakan jualannnya di waktu sore menuju malam hari saja yang terlihat hendak membuka lapaknya.
Jelas ada decakan singkat dari mulutnya melihat itu, kecewa? Sedikit karena setidaknya, jika di pasar tradisional begini ia bisa menghemat budget dengan harga sayur mayur yang lebih murah. Akhirnya Senja memutuskan untuk melanjutkan laju mobilnya ke arah supermarket saja.
Senja diam di depan rak area sayuran. Menatap dengan kebingungan, sesekali jemari dengan kuku yang terhiasi nail art itu mengangkat ikatan bayam, namun kembali ia simpan. Bukan harga yang jadi masalah melainkan akan jadi bencana apa lagi nantinya bahan itu di tangannya? Akan ia masak apa sayur-sayur yang ia beli.
Mungkin butuh setahun untuk Senja berbelanja jika ia memikirkan ide menu. Kini tatapannya tertumbuk pada tofu yang ada di troli, dimana 6 buah tofu masih bergeletakan tanpa teman.
Apa ia tau menu apa yang akan dimasak? Oh bukan-bukan, ia mengambil 6 tofu itu sebab sedang buy 2 get 1, hanya sekadar itu saja alasannya membeli tofu.
Ia menggeleng kencang untuk kemudian menatap mantap ke arah bayam hijau, jagung dan beberapa jenis sayur lain, wajahnya memang tampak clueless tapi masalah itu nanti biar ia cari saja di google.
.
.
.
demi cinta.....poor Maru....😍😍😍😍