perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Perkenalan
Setelah wanita muka pucat alias Dewi maut penyebar kematian pergi,Barata bergegas menghampiri Andini dan melihat gadis yang di tolongnya.
"Bagaimana keadaan gadis itu Andini? " tanya Barata dari kejauhan.
" Dari tadi dia masih pingsan tuan, mungkin luka dalamnya para "jawab Andini.
Barata segera mempercepat langkahnya. setelah berada di depan gadis itu,barata segera memeriksa keadaan Sari Ningrum dan memang benar luka gadis itu pun lumayan parah.
" Andini coba kau cari air di dalam kereta itu, aku membutuhkannya "perintah Barata sambil menunjuk ke arah kereta.Andini mengangguk dan bergegas menuju kereta yang di depannya.
Tak lama kemudian Andini pun sudah kembali dengan membawa sekantong air.
"Ini air tuan" Andini menyerahkan kantong air kepada Barata.
Setelah mendapatkan air, Barata segera memberikan sebutir pil kepada gadis sang gadis,kemudian menyandarkan ke pohon di belakangnya.
"Untuk sementara kita singgah di sini dulu Andini, menunggu sampai wanita itu sadar" ucap Barata lalu mengarahkan pandangannya pada kereta.
"Lalu kapan wanita itu akan sadar tuan? " tanya Andini sambil memperhatikan suasana hutan di sekitar mereka beristirahat.
"Tenang saja aku sudah berikan pil terbaik untuknya, kalau dia sadar berarti luka juga sudah sembuh .Dengan begitu perjalanan kita tidak akan terlalu repot" Barata menjelaskan.
"Lalu, bagaimana dengan mayat-mayat itu,apakah tuan akan menguburkan mereka?" tanya Andini.
"Akan aku kuburkan mayat-mayat itu, kau buatlah lubangnya untuk mengubur mereka" Perintah Barata lalu melangkah ke arah mayat-mayat itu.
Andini bergegas membuat lubang yang lumayan besar untuk mereka berenam. Duuuaaar.... !lubang pun tercipta setelah Andini mengarahkan pukulannya ke tanah yang agak lapang.
Melihat lubang sudah selesai di buat Barata, segera mengangkat enam mayat yang berserakan di jalan satu persatu lalu memasukkannya ke dalam lubang dan menutupnya kembali dengan tanah.Tak lama kemudian semua mayat pun telah di kuburkan dengan layak.
Seusai mengubur semua mayat-mayat itu, Barata lalu duduk di samping Andini,menjaga Sari Ningrum yang masih belum sadarkan diri.
"Tuan, rasanya aku perlu meningkatkan kekuatan ku secepatnya" ucap Andini tiba-tiba.
Barata menoleh ke arah Andini "Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu Andini? "tanya Barata merasa heran.
"Aku merasa kalau wilayah selatan adalah tempat berkumpulnya orang-orang kuat tuan. Buktinya sejak kita sampai di sini langsung berjumpa dengan para pendekar kuat, seperti wanita muka pucat tadi,dua orang tua berjuluk sepasang hantu haus darah dan Arimba sang dewi kematian serta yang lainnya" Terang Andini teringat dengan orang-orang yang kemarin di reruntuhan.
Barata mengangguk dan membenarkan apa yang Andini katakan. Seorang pendekar langit tahap akhir seperti Andini memang akan kesulitan jika nanti bertemu dengan orang-orang seperti mereka, begitu juga dengan dirinya.
"Kau tenang saja Andini ,secepatnya aku akan membantu mu supaya kau bertambah kuat.Yang penting kau harus bersabar dulu dan percaya pada ku. " Barata seraya bmengusap kepala gadis kecil itu.
"Baik tuan, aku mengerti" sahutnya sambil tersenyum.Gadis kecil berpakaian merah mudah itu kemudian merebahkan dirinya di atas rumput di bawah pohon rindang.Di dalam kepalanya samar-samar terlintas beberapa kejadian waktu dulu.Masa kelam yang penuh penderitaan,namun semakin ia berusaha mengingat kejadian itu kepalanya menjadi sakit. Sehingga ia lebih memilih untuk melupakannya.
Tepat tengah hari,Sari Ningrum yang sudah lama pingsan akhirnya pun siuman.Ia merasakan tubuhnya terasa segar bahkan jauh lebih kuat dari sebelumnya.Ia di liputi dengan tanda tanya di benaknya, ketika melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian biru dan seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian merah muda, sedang duduk di hadapannya.
"Siapa kalian berdua? " tanya Sari Ningrum.
Barata dan Andini segera menoleh ke belakang begitu mendengar suara dari arah belakang.
"Nona sudah sadar," sahut Barata.
"Kami berdua adalah orang yang menolong nona dari wanita muka pucat tadi nona sudah aman,karena wanita itu sudah di kalahkan oleh tuan ku. " ucap Andini memberikan penjelasan.
Sari Ningrum memandang ke arah Barata dan Andini secara bergantian."Kalau begitu aku ucap terima kasih kepada kalian berdua,lantas bagaimana dengan para pengawal ku? "tanya Sari Ningrum.
"Semua pengawal nona sudah tewas dan aku sudah menguburkannya di sana" tunjuk Barata ke arah gundukan tanah merah.
Wajah Sari Ningrum terlihat sedih, karena keenam pengawal itu adalah orang-orang yang sangat setia kepada ayahnya.Sudah bertahun-tahun mengabdi kepada keluarganya.
"Aku tahu perasaan nona,tapi yang sudah mati tidak bisa hidup kembali sebaiknya relakan saja mereka" Ucap Barata memberi pengertian.
Sari Ningrum mengangguk dan menyadari hal itu. "Kalau boleh saya tahu siapa kalian berdua ini? " tanya Sari Ningrum,
"Aku.. "
"Biarkan aku saja yang jawab tuan" ucap Andini melarang Barata bicara.Barata hanya mengangguk mengiyakan.
"Ini tuan ku namanya Barata dialah yang mengobati nona tadi dan aku Andini pengawal setianya,"ucap Andini sambil menunjuk ke arah dirinya menegaskan bahwa dia adalah pengawal satu-satunya.
Sari Ningrum pun memandang ke arah Barata dan Barata pun mengangguk sambil tersenyum padanya.
"Aku Sari Ningrum ." sangat berterima kasih atas pertolongan kalian berdua.
"Lalu ke mana tujuan kalian berdua ini? " Sari Ningrum berharap dapat satu arah dengan mereka.
"Kami berdua adala pengembara bebas yang sedang menuju ke selatan nona,lalu nona sendiri akan ke mana? " tanya Andini sambil memperhatikan wajah Ningrum.
"Aku juga akan ke selatan ,dan desa ku ada di balik bukit itu. kalau kalian berdua mau kita bisa berangkat bersama dengan kereta itu" ucap Sari Ningrum.
Andini tidak langsung menjawab tapi menoleh ke arah Barata untuk minta persetujuan dan Barata pun langsung mengangguk.
"Baiklah aku dan tuan tidak keberatan, untuk berjalan bersama dengan,nona."jawab Andini.
"Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang" Sari Ningrum segera berdiri, begitu juga dengan Barata dan Andini. Mereka bertiga lalu menuju ke arah kereta.
Sesaat kemudian kereta pun melaju dengan Barata yang menjadi kusirnya. Sepanjang perjalanan Sari Ningrum masih kepikiran tentang luka dalamnya yang tiba-tiba sembuh. Ia kagum dengan ramuan yang di berikan oleh Barata.Dan ia pun berencana akan membawa mereka berdua singgah ke rumahnya.
...----------------...
Siang itu di kaki gunung Surodadu udara mengalir pelan mengusik dedaunan. Kicau burung terdengar bersahut-sahutan saling memanggil satu sama lain.
Suara air terjun terdengar mengalir bergemuruh dan jatuh terpecah oleh bebatuan.Tidak jauh dari air terjun itu terdapat sebuah gua yang yang sangat sepi dan gelap.Tapi pada hari itu ada seseorang berumur empat puluh tahunan yang berjalan pelan dengan tertatih-tatih keluar dari mulut gua. Penampilan orang itu terlihat sangat lusuh dan rambutnya pun acak-acakan.Jubah putih yang di pakainya sudah terlihat menghitam kecoklatan karena saking kotornya.Selain penampilannya yang buruk , tubuh orang tersebut juga terlihat kurus kering. Sampai tulang-tulangnya seakan terlihat dari luar.
Orang itu terus berjalan berusaha sekuat tenaga tanpa henti dengan harapan bisa cepet sampai di air terjun.
mksh atas sajian ceritanya Thor