Rumah pojok yang selalu bersuara desahan nikmat setiap malam nya selama beberapa tahun terakhir ini, seorang gadis belia yang menjadi primadona sehingga tidak pernah istirahat dapat tamu.
namun ada pula kabar mengatakan bahwa diri nya memiliki susuk, karena setiap pelanggan yang usai berhubungan dengan nya selalu meninggal dunia dengan cara bermacam macam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Dugaan gantung diri
Pohon yang biasa untuk berteduh para tukang ojek itu mendadak jadi sangat ramai karena hari ini sudah di temukan mayat seorang pria dalam keadaan tergantung, banyak yang menduga bahwa ini memang tindakan bunuh diri, sebab tidak ada luka lain selain jerat di leher nya saja yang membuat dia kehilangan nyawa.
Orang orang awam maka sudah pasti akan menduga nya begitu, sebab mereka memang sama sekali tidak tau bagai mana yang sudah terjadi sebenar nya. Jordan meninggal dalam keadaan tubuh yang kering seperti ikan asin, pucat semua seolah tidak ada darah yang mengalir di tubuh atau pun sebelum dia meninggal dunia.
Kalau di bilang pendarahan hingga darah habis pun rasa nya tidak lah masuk akal, karena tidak ada sedikit pun luka di tubuh pria tampan yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun ini. jadi murni mereka semua menduga ini adalah kasus bunuh diri, sampai juga Nyonya besar nya Jordan datang setelah mendengar kabar kematian sang bodyguard.
"Jordan, mungkin kah kau bunuh diri?" Emi menatap jasad bodyguard nya.
Toh selama ini dia tidak pernah jahat atau pun memberikan tekanan pada anak buah nya secara berlebihan, malahan Emi menganggap Jordan sebagai anak nya sendiri karena dia juga sudah tidak punya anak. kabar meninggal nya Jordan menyisakan duka yang besar untuk nya, sehingga menangis lah wanita setengah baya ini di sana.
"Dia anak buah nya orang kaya, aku curiga malah sengaja di bunuh." bisik para warga.
"Masa sih begitu?" yang lain tidak percaya mendengar nya.
"Ya bisa saja lah begitu, kan memang anak buah orang kaya biasa nya banyak tau hal hal serius sehingga di bunuh lah kalau sudah tau." ujar yang pertama.
Polisi juga sudah datang dan mengatakan akan menyelidiki kasus ini sampai selesai dan terungkap apa yang terjadi pada Jordan, namun dugaan sementara adalah bunuh diri karena dia mati tergantung dan sama sekali tidak ada luka lain di tubuh nya. memang lebih pantas di sebut bunuh diri, sebab yang mau di katakan pembunuhan ini terasa agak tidak mungkin pula.
"Kok rame banget ini, ada apa ya?" motor Arka berhenti karena macet.
"Enggak tau juga, kayak nya pembunuhan bukan sih." Lula melihat agak kedepan.
"Pembunuhan apa? loh iya itu seperti nya!" Arka juga baru sadar.
"Udah lah enggak usah lihat, aku takut nanti malah terbayang bayang." seru Lula tidak mau bila Arka berhenti.
"Udah di tutup juga itu kok jasad nya, tabrakan apa ya?" gumam Arka masih kepo.
"Bukan, dia gantung diri." celetuk warga yang mendengar ucapan Arka.
"Ya Allah malah gantung diri, kok bisa nya sih orang berpikiran pendek." gumam Arka pelan.
Lula sama sekali tidak bereaksi apa apa, justru dia mengalungkan tangan di pinggang nya Arka agar tidak jatuh. Arka sendiri hanya tersenyum karena memang dia cinta berat dengan Lula ini, cuma dia sedang kepikiran saat tadi Lula mengambil foto mereka berdua untuk di kirim pada Bintari.
Entah kenapa dia merasa agak bersalah dan tidak merasa nyaman, memang Arka punya nomor nya Bintari, cuma selama ini ia tidak pernah berhubungan dengan gadis itu lagi. Bintari menjauh secara ugal ugalan, karena dia tidak ingin hati nya tambah merana untuk berteman dengan Arka.
Sebab Bintari mau nya pacaran dan dia sadar kalau Arka tidak mungkin bisa mencintai diri nya, karena di hati Arka sudah ada Lula yang tidak akan pernah bisa di gantikan untuk selama lama nya, mau sekuat apa pun dia berusaha maka itu tidak akan pernah terjadi.
"Mau langsung pulang atau mau kemana dulu?" tanya Arka lembut.
"Gimana kalau main kerumah nya Bintari saja, dia udah kirim lokasi nya sama aku." usul Lula.
"Main di rumah Bintari?" Arka agak keberatan sekarang.
"Aku belum mau pulang, karena besok belum tentu bisa keluar lagi." Lula berkata lirih dengan nada memelas.
"Tapi enggak masalah kah kalau aku ikut kerumah nya Bintari?" tanya Arka agak ragu juga.
"Ya enggak apa apa lah, kan kita juga udah lama loh enggak kumpul bareng! siapa tau nanti dia cerita kalau sudah punya pacar, ih aku tidak sabar mau ketemu dia." Lula sangat antusias.
"Oke, kita kesana saja lah." putus Arka akhir nya.
Walau nanti pasti reaksi nya Bintari agak kurang suka, tapi Arka nekat saja karena dia iba melihat Lula yang bilang kalau besok belum tentu bisa main main. mungkin majikan nya tidak memberi izin apa bila sering keluar, jadi bisa saja cuti nya cuma untuk sehari dan hari ini main di puas puaskan.
...****************...
"Menurut mu perlu tidak kalau aku kirim member untuk mengawasi Arka?" tanya Purnama.
"Aku sebenar nya juga sudah lama kepikiran soal itu, tapi kan rasa nya agak gimana pas dia bilang kalau kita seolah tidak memberi kepercayaan." sahut Arya.
"Kalian jangan terlalu begitu lah, Arka baik baik saja selama ini di kost." Zidan datang dan membela Arka.
"Kamu kan juga enggak tau, Mas! bukan nya kamu setiap hari di sana sehingga tau semua gerak gerik Arka." sanggah Arya pula.
"Yang seperti ini nih yang membuat anak anak tidak nyaman, kita tuh harus memberikan kebebasan dan sedikit batasan. jangan full batasan semua dong!" jelas Zidan.
Purnama masih diam saja karena dia juga agak bimbang masih, di satu sisi firasat nya kuat mengatakan kalau Arka akan membuat ulah dan dia juga belum tau pasti itu ulah apa. namun yang jelas dia akan bertingkah, sudah ada di firasat nya Purnama memang sejak anak nya berangkat ke kota.
"Bukan aku mau ikut campur ya, tapi anak anak seusia itu akan membangkang saat kita terlalu ketat." ujar Zidan lagi.
"Jadi menurut mu bagai mana, Mas?" tanya Arya pula.
"Kita beri saja kebebasan dan rasa percaya, andai kata dia mulai menyimpang maka baru lah kita bisa turun tangan." jelas Zidan lagi.
"Tapi hati ku seratus persen yakin bahwa Arka akan menyimpang." ucap Purnama.
"Itu karena kamu tidak punya rasa percaya sama dia, sayang." Zidan berucap lembut karena takut di banting.
"Terserah kamu mau menilai ku apa, tapi memang aku yakin sepenuh nya bahwa anak itu akan membuat ku naik darah." Purnama sudah malas mau debat.
Apa bila debat maka dia bisa hilang kendali, entah siapa pun lawan nya dia tidak akan peduli, sebisa mungkin dia menghindari debat dengan suami nya. sebab bila tidak tertahan maka akan di banting lah Zidan, untuk menghindari hal itu dia pun memilih untuk pergi saja.
Selamat siang menjelang sore, bab ke empat nih guys jangan lupa like dan komen nya ya.
Astaga arka rasa pngen gaplok kepalanya
cewek kan butuh kepastian Ka Arka
wwkwkkw
smga arka ga kepincut ma dedemit lula...isa sesek jantung ku
bbee.. kenak gibem kan jd nya ma kiara.