Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 – Undangan dari Akademi Sihir Terbesar
Setelah insiden di Pegunungan Batu Sunyi, kabar mengenai munculnya fenomena langit aneh dan meledaknya makhluk eksperimen menyebar diam-diam di kalangan atas. Namun, bagi warga biasa dan para petualang rendah, yang mereka tahu hanyalah:
> “Yoyo Party berhasil menuntaskan misi Kelas D dengan hasil sempurna!”
Itu sudah cukup untuk membuat mereka dikenal di kalangan petualang pemula. Tapi Xiao Chen tidak tertarik dengan reputasi.
Di penginapan kecil yang mereka sewa, Lyra meletakkan sebuah gulungan di meja.
> “Xiao, surat ini... untukmu.”
Xiao Chen mengangkat alis.
> “Dari siapa?”
> “Akademi Sihir Astra. Yang paling besar dan tertua di dunia ini.”
Ia membuka surat tersebut.
> "Kepada Tuan Muda Xiao Chen,
> Setelah menyelidiki kejadian spiritual dan manifestasi langit yang terjadi beberapa hari lalu, kami tertarik dengan bakat luar biasa Anda.
> Kami mengundang Anda dan rekan-rekan Anda untuk mengikuti program pertukaran khusus sebagai siswa tamu.
> — Rektor Agung, Gaius Vermund"
🎓 Akademi Astra – Gerbang Menuju Dunia Atas
Elvira, yang datang pagi itu dengan jubah hitam barunya, segera membaca surat itu dan menatap Xiao Chen.
> “Ini bisa jadi cara masuk ke pusat kekuasaan manusia.”
> “Aku tahu,” jawab Xiao Chen singkat.
> “Tapi...” Elvira terlihat ragu, “di sana, keturunan lima keluarga berkumpul. Bahkan bangsawan buangan seperti Lyra pun bisa dianiaya.”
Xiao Chen menatap langit.
> “Biarkan mereka mencoba.”
> “Kalau sistem sihir dunia ini terlalu angkuh... mungkin sudah saatnya sedikit retak.”
🛡️ Persiapan Menuju Akademi
Yoyo Party panik. Sera langsung mengepak baju, Rey membaca ulang teori sihir, dan Lyra melatih tombaknya di malam hari.
Xiao Chen duduk diam di balkon, menyempurnakan kultivasinya. Sekarang tubuh mudanya sudah menembus Tingkat Inti Ilahi—tingkat yang seharusnya tidak mungkin tercapai di dunia ini.
> “Dunia ini... terlalu rapuh. Tapi aku mengerti. Dunia ini belum siap untuk jalan sejati. Maka aku akan menyusup... bukan sebagai dewa. Tapi sebagai siswa.”
Elvira memberikan satu liontin berwarna biru pucat kepadanya.
> “Ini lambang Kerajaan Elvarion. Simbol perjanjian perdamaian antar ras. Simpanlah... meski belum waktunya untuk menunjukkannya.”
🏛️ Akademi Sihir Astra – Kota Megalis
Akademi Astra terletak di atas danau buatan, bangunannya menjulang tinggi bagaikan istana. Menara-menara sihir berdiri di setiap sudutnya, masing-masing memancarkan aura yang berbeda—api, es, petir, dan ilusi.
Begitu memasuki gerbang, mereka disambut para petugas akademi.
> “Kalian tamu? Wah, jarang banget yang masuk lewat surat pribadi dari Rektor.”
Seorang gadis berambut ungu dengan pakaian resmi menyambut mereka.
> “Saya Clara, murid senior. Akan menjadi pengawas sementara kalian.”
Tatapannya tertuju pada Xiao Chen agak lama, lalu ke Elvira.
> “...Elf?”
> “Apakah Anda—”
“Saya tamu,” potong Elvira cepat, “tidak perlu banyak tanya.”
⚔️ Ujian Masuk Tamuan – Turnamen Mini
Meski undangan datang langsung dari Rektor, para bangsawan di akademi tidak bisa menerima "orang asing" begitu saja. Maka diadakanlah Turnamen Seleksi Tamu.
> “Kalau kalian ingin tinggal, buktikan kalian layak,” kata salah satu guru yang berambut putih.
> “Lawan siapa?” tanya Sera ketus.
> “Lawan para keturunan keluarga besar.”
Di lapangan utama, sudah menunggu murid-murid akademi. Mereka mengenakan lambang dari keluarga Helmont, Varga, Kessner, dan lain-lain.
Lyra maju pertama. Lawannya menggunakan sihir tanah, tapi dia kini menggunakan kombinasi tombak dan api spiritual dari hasil kultivasi bersama Xiao Chen.
> BOOM!
Pukulan pertama langsung membuat tanah pecah dan lawannya terlempar jauh.
Rey, yang dulunya penakut, kini menggunakan kecepatan dan angin seperti kilat.
Sera—satu pukulan, membuat tameng musuhnya hancur.
> “Itu... bukan sihir... teknik mereka... apa itu?”
Para guru mulai mencatat. Rektor sendiri menyaksikan dari menara atas.
Xiao Chen tak ikut bertarung.
> “Kau tidak bertarung?” tanya Clara.
> “Sudah cukup mereka saja. Aku hanya guru mereka.”
🧬 Pengintaian dari Balik Bayangan
Di salah satu ruang gelap, tiga pria berjubah hitam berbicara.
> “Anak-anak itu tidak menggunakan sihir.”
> “Mereka menggunakan sistem energi lain... seperti yang digunakan oleh Raja Elvarion dahulu.”
> “Apa mungkin... mereka penerusnya?”
Saat malam tiba, Elvira diam-diam membangun altar sihir di ruang bawah tanah asrama. Di sana, dia menancapkan cincin warisan Raja Elvarion ke tengah altar.
> BRUUMM...
Getaran ringan terjadi. Suara lirih bergema:
> “Ras minor... bersatulah kembali... Raja Langit telah turun.”
